Semua Bab Membungkam Mertua Dengan Penghasilanku: Bab 41 - Bab 50
78 Bab
Hamdan
PoV Hamdan"Untuk apa, Nissa anakku. Dia tak punya Ayah seperti kamu! Kenapa kamu membawa-bawa Nissa sekarang!" "Jangan sok kamu Nas, bagaimana pun aku tetap ayah kandung Nissa! Kamu tak bisa memisahkan kami,""Hamdan, bisakah kamu pergi dari hadapan kami! Dan jangan ganggu Nasna lagi, jika tak mau berurusan dengan saya!" ucap Pak Arkan. Pria ini lebih muda dariku, aku memanggil Pak karena dia atasanku saja. Jika bukan, tak sudi aku pura-pura hormat padanya. Tatapan Arkan sangat mengintimidasi, membuat nyaliku ciut dan beranjak pergi dari hadapan mereka berdua. Silakan nikmati waktu kalian, setelah ini tak akan kubiarkan hubungan kalian lancar.**"Udahlah Ham, tahan cemburumu!" ujar Fadil tertawa kembali meledekku ketika akan menuju mobil Heru yang terparkir di basement."Cemburu, heh siapa yang cemburu pada dia!" "Gak usah ngelak bro! Keliatan dari matamu itu. Ikhlasin aja memang itu rejeki mantan istrimu mendapat pria kaya setelah lepas dari pria medit haha...!" Fadil kembali me
Baca selengkapnya
Musibah
PoV HanaIbu dan aku mengambil banyak foto di showroom. Bahkan aku langsung memposting foto itu di media sosial berwarna biru, tak lupa video untuk aku masukkan juga ke akun tek tok milikku."Pencapaian bulan ini, bisa kebeli mobil baru dan Cash! Yang panas makin panas! Alhamdulillah rejeki istri sholehah." tulisku pada captionnya di sertai emot keluar lidah. Biar mereka lihat aku punya mobil baru, terutama untuk Nasna dan Olla yang berteman denganku."Kamu udah tandai Ibu, kan?" tanya Ibu."Sudah dong. Lihat saja postingannya!" jawabku senyum-senyum kembali melihat ponsel. Menunggu reaksi teman di dunia maya berkomentar dan memberi like. Pasti mereka akan memujiku pamer itu nomor 1.Mereka pikir hidupku pasti sedang menderita, aku tak boleh memperlihatkan kesedihan pada orang-orang. Aku akan terus tetap pamer, dengan begitu hidupku akan di anggap sedang baik-baik saja. Karena aku juga tak mau di anggap kena karma atas perbuatanku selama ini. Aku di minta menanda tangani beberapa b
Baca selengkapnya
Sudah Jatuh Tertimpa
PoV (3)Mendengar musibah ini membuat Hana ingin pingsan, ia menyandarkan tubuh pada mobil."Han," ucap Bu Irina mendekati Hana dengan raut wajah khawatir. "Ini belanjaannya, aku taruh di sini saja ya," ucap Nasna dan meletakkan 2 plastik besar itu di jalan. "Kamu puas lihat hidupku begini?!" hardik Hana pada Nasna yang akan melangkah pergi dari hadapannya."Astagfirullah Mbak, jangan suudzon terus padaku. Aku ikut prihatin atas musibah yang terjadi padamu," jawab Nasna. Hana selalu saja berpikir buruk tentangnya, padahal selama ini Nasna selalu menjaga jarak dari mereka."Halah gak usah sok istighfar karena itu tak bisa menutupi kebusukan hatimu!" Hana menunjuk Nasna."Mbak, jangan ribut sekarang. Sebaiknya kita segera pulang!" Hamdan membuka pintu mobil dan meminta Hana segera masuk. Ia lelah jika harus melihat kembali pertengkaran Kakak dan mantan istrinya di waktu yang tidak tepat. Nasna menghela nafas dan pergi kembali masuk ke dalam toko. **"Rumahku, gak mungkin! Ini mimpi
Baca selengkapnya
Apakah Karma
PoV (3)Hana tadi di bawa ke klinik, keadaannya baik-baik saja hanya lecet sedikit dan luka ringan."Mas Dion kemana, kenapa dia tak melihat keadaanku?" tanya Hana ketika sudah tiba di rumah Ibunya. Sepulang dari klinik."Nanti mertuamu yang akan menjemput dia dari rumah selingkuhannya. Sekarang kamu istirahat dulu, Ibu antar ke kamar," Bu Irina menuntun Hana menuju kamar untuk istirahat. Prihatin melihat keadaan putrinya, ibarat pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula.**Hamdan menatap Mega yang sibuk dengan ponsel berlogo apel tergigit. Sesekali Mega tertawa menatap layar ponsel dan menikmati cemilan, yang ia beli ketika pulang kerja."Dari mana kamu mendapatkan uang, bisa membeli ponsel semahal itu?" tanya Hamdan penasaran. Ponsel yang dipegang Mega itu harganya 20 juta ke atas, dan istrinya baru bekerja beberapa hari."Oh ini aku beli menggunakan uangku sendiri kok Mas! Dan ini juga bekas, aku dapat setengah harga," jawab Mega santai."Kamu cuma bekerja di salon dan bisa membeli
Baca selengkapnya
Bertemu
PoV (3)"Anak kita jenis kelaminnya cowok, Bu," ujar Ferdi dan menatap Septi kekasihnya. Septi hanya tersenyum getir karena merasa takut barusan, melihat respon dari keluarga Ferdi."Cowok? Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Hana mendelik pada adik bungsunya."Aku sudah mengantarkan Septi kemarin untuk USG. Jadi sudah tahu Mbak, jenis kelaminnya," jawab Ferdi dan menyenderkan tubuhnya pada sofa. Pria yang masih remaja dan berusia 19 tahun itu, raut wajahnya slengean dan seperti tak bersalah.Bu Irina merasakan lehernya tegang dan semakin sakit hingga kepala, apalagi ia mempunyai riwayat hipertensi. "Kepala Ibu sakit.." rintih Ibu Hamdan.**Hampir 2 hari Bu Irina opname di rumah sakit, karena tensi nya naik usai mendengar kabar dari Ferdi. Kini beliau sudah boleh pulang ke rumah, dan di jemput oleh Hamdan. Hari ini juga weekend.Keadaan rumah berantakan, banyak bekas bungkus cemilan dan abu rokok bertebaran di atas meja kecil. Selama Ibunya di rumah sakit, hanya Hana yang ikut menunggu. M
Baca selengkapnya
Piknik
PoV NasnaTerlihat jelas ketidaksukaan Mas Hamdan pada Mas Arkan. Dan raut wajahnya bertambah masam saat Nissa menolak ajakan Ayahnya untuk membelikan boneka. Apakah kamu baru menyadari jika anakmu saja sudah tak mau dekat denganmu Mas. "Ayah akan belikan yang lebih besar, dan kita beli banyak," ucap Mas Hamdan dan meraih tangan Nissa.Namun Nissa berusaha melepaskan genggaman Mas Hamdan."Tidak Ayah, Nissa udah cukup ini saja kok! Dan Nissa udah capek mau pulang aja," jawabnya. Kami dari tadi sudah menghabiskan waktu, dan Nissa memang sudah terlihat lelah. "Aku ingin bicara denganmu!" Mas Hamdan menarik lenganku dan menjauh. Mas Arkan terus memperhatikan kami."Kamu jadi perempuan harus punya harga diri! Masih dalam masa Iddah sudah jalan dengan pria lain!" ujar Mas Hamdan dan sekilas menatap Mas Arkan dan kembali menatapku lekat.Aku memang masih dalam masa iddah. Dan kurang 1 bulan lagi, aku juga belum mengiyakan ajakan Mas Arkan untuk menikah."Yang penting aku tidak menikah, d
Baca selengkapnya
Kehilangan
PoV Nasna Dari pada mereka semakin menyudutkan aku. Lebih baik, aku ikut saja bersama Nissa. "Baiklah kami akan ikut, aku akan memanggil Anwar terlebih dahulu!" jawabku dan berniat kembali kedalam rumah. Adikku juga senggang dan tak ada kegiatan untuk hari ini."Kenapa panggil Anwar? Aku hanya mengajakmu dan Nissa," ucap Mas Hamdan."Mau duduk di mana dia!" timpal ibu Mas Hamdan ketus. Mantan Ibu mertua itu, jika bicara denganku selalu ketus dan sinis. Padahal sudah tua, jadi semakin cepat keriput nanti wajahnya. Hobinya marah-marah saja."Aku akan ikut mengajak keluargaku sekalian, dan mobil sendiri," jelasku."Kenapa pakai mobil sendiri! Mau pamer ya?" cetus Mbak Hana."Nanti gak muat, bukan pamer!" aku berlalu jadi lama jika meladeni cibiran mereka. **Aku mengajak keluargaku untuk bersiap-siap, kita akan pergi ke kebun binatang bersama keluarga Mas Hamdan."Mbak yakin? Kita pergi dengan mereka?" tanya Riri mengerutkan dahinya karena syok mungkin dengan ajakan ini.Aku menjelask
Baca selengkapnya
SESUAI KEINGINAN IBU
PoV HamdanGina tak ada bersamaku, sedari tadi aku hanya bertiga bersama Mega dan Nissa. "Di mana anakku, Ham?" tanya Mbak Hana panik, aku pun ikut cemas. Bagaimana jika Gina hilang, haduh masalah lagi."Kenapa Mbak gak ngawasin Gina, sih? Dari tadi awal masuk aku lihat, Mbak sibuk dengan hape saja!" ucapku. Karena Mbak Hana tak mau memperhatikan anaknya, dan sibuk dengan ponsel."Kamu kenapa nyalahin Mbak? Ini karena kamu yang terlalu sibuk sama Nissa, biasanya kamu perhatian sama Gina. Karena kamu mengabaikan Gina, jadinya keponakanmu hilangkan!" gerutu Mbak Hana yang justru memarahiku. "Kenapa jadi aku yang salah, wajar aku dekat dengan Nissa. Karena memang niatku mengajak putriku piknik! Lah Mbak, jangan menyerahkan semua padaku!" kesal di buat Mbak Hana yang selalu merasa benar."Ham, cepat kamu cari cucu Ibu. Jangan sampai dia hilang! Hana benar, ini salahmu. Mentang-mentang ada Nissa, kamu tak peduli dengan keponakan sendiri!" Ibu tak kalah panik, turut menyudutkanku. Kemudia
Baca selengkapnya
Ayah Menyesal
PoV Hamdan"Kamu mau pergi kemana? Kamu mau ngontrak rumah kecil seperti dulu lagi!" ujar Ibu mengalihkan pandangan ketika aku menatapnya. Perempuan yang selalu aku hormati dan patuhi selama ini, tidak pernah menyayangi aku sebagai anak. Keinginan Ibu sebisa mungkin aku turuti, dan begitu juga Mbak Hana. Tapi mereka hanya memanfaatkan aku saja. "Aku akan membeli rumah, kalian tenang saja. Mungkin hidupku setelah ini akan lebih tentram," ucapku dan menarik koper."Tunggu Ham, maksudmu apa? Apa kamu tidak merasa tentram tinggal di rumah Ibu?" "Bukan aku, tapi Ibu yang merasa tidak nyaman jika aku tinggal di sini dengan Mega. Kami hanya menumpang gratis dan menyusahkan Ibu saja kan?" jawabku dan menunduk. Maafkan aku Bu, tapi hatiku sakit karena sikapmu."Kamu mau beli rumah seperti apa? Jangan yang mahal, Ham." tukas Ibu seakan tak rela jika aku mengeluarkan uang untuk diriku sendiri."Memangnya kenapa jika aku membeli rumah yang bagus, aku punya uang Bu. Saatnya sekarang aku menikmat
Baca selengkapnya
Terancam
PoV (3)Mega memberikan uang pada Ibu mertuanya, semalam uang itu telah dikirim oleh Hamdan ke rekening Mega. Pagi tadi ia mengambilnya di mesin ATM setelah itu, gegas Mega menuju rumah Ibu mertuanya untuk memberikan uang jatah bulanan.Bu Irina menghitung uang itu dan hanya satu juta. "Kenapa hanya satu juta? Tidak mungkin Hamdan memberikan uang sebanyak ini pada ibu, kamu pasti telah mengambil sebagian!" Bu Irina merasa syok karena Hamdan biasanya selalu memberi ia uang yang cukup banyak, uang bulanan saja kadang dia bisa menerima 5 juta belum lagi uang untuk arisan mungkin satu bulan Hamdan bisa mengeluarkan 10 juta lebih untuk Ibunya. Belum lagi untuk saudaranya."Aku memberikan sesuai dengan apa yang Mas Hamdan titipkan padaku. Ibu jangan menuduh sembarangan!" Mega menjawab dengan raut wajah kesal."Biasanya Hamdan itu kasih Ibu uang bulanan saja lima juta, lah ini cuman satu juta, belum lagi uang arisan. Pasti kamu curi kan!" Bu Irina kembali menuduh menantunya. "Kalau Ibu ng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status