Halo, Kisah Lama Belum Kelar!의 모든 챕터: 챕터 71 - 챕터 80
125 챕터
71. Sejak Kapan?
Hujan lebat di pagi hari ini menyisakan hawa dingin yang menusuk tulang. Siapa sangka langit sepertinya juga punya mood swing sama seperti manusia?Baru saja kemarin menginjakkan kaki di tanah Bali yang cuacanya panas luar biasa bahkan hampir membakar kulit. Bisa- bisanya kini langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Hujan hampir badai sejak pagi yang membuat siapapun tentu jadi malas beraktivitas diluar ruangan.Termasuk Dinara dan Kiran yang masih menggulung diri masing- masing dalam selimut tebal mereka. Hujan diluar membuat keduanya semakin malas bergerak. Apalagi saat sempat mengintip keluar jendela tadi, langit terlihat masih cukup gelap untuk ukuran pukul delapan pagi.Bahkan kala Julie yang tidur di kamar sebelah sejak tiga puluh menit lalu sudah mencak- mencak gusar di dalam kamar mereka, keduanya masih memutuskan untuk tidak bergerak. Hanya bisa menyorot Julie yang mondar- mandir mengecek jendela lalu kembali menghela nafas kasar dan rapalan kalimatnya."Gila ya? Niat
더 보기
72. Cek Lokasi
"Jadi, sebenarnya sejak kapan lo naksir Dinara?" Sandi menyunggingkan senyum tipis penuh makna kala pertanyaan itu kembali hinggap di rungunya. Dia sendiri tidak tahu pasti sebenarnya sejak kapan dia mulai menyukai Dinara.Sementara Sandi tak mau sibuk menghabiskan waktu untuk mengingat awal mula, matanya masih menerobos santai memandangi Dinara yang diyakininya tengah tersipu. Semburat merah muda malu-malu kucing itu jelas bukan efek blush on! Bibirnya menarik seutas senyum gemas. Dinara masih menunduk berpura-pura tidak peduli. Seolah dia akan bodo amat dengan apapun yang kawannya lontarkan. Padahal telinga gadis itu sudah makin memerah. Tapi dibanding memenuhi rasa ingin tahu kawan- kawan jahilnya, Sandi memilih lurus pada aturan utama permainan. "Ini bukan giliran gue buat jawab, kan?" Dia mematahkan harapan gadis- gadis kepo dihadapannya. Semua menghela nafas kesal. Sekarang mereka tentu berharap setelah ini punya kesempatan untuk menggali dalam perihal Sandi dan Dinara yang
더 보기
73. Bukan Tugas Mudah
"Terus kenapa repot-repot kesini kalau semua udah deal?" Sandi mengeluh. Dari awal pun dia yakin keluarga besarnya sudah mengatur semuanya dengan baik. Begitu dia mengetahui bahwa gedung utama yang digunakan adalah salah satu milik pamannya, Sandi yakin semua ini sudah pasti diatur sampai tuntas oleh keluarganya. Alana tersenyum sekilas, "menurutmu, aku sama Arkasa mau terima jadi aja? Both of us have an eye for every little detail," ucapnya sebelum menyeruput teh hangat yang disuguhkan. Sandi menghela nafas, hampir lupa bahwa kakak sepupu dan calon kakak iparnya itu perfeksionis luar biasa. Saat ini mereka tengah duduk di salah satu meja bundar sembari mereview kembali hasil temuan hari ini. Mulai dari memastikan jumlah undangan, pemilihan warna dekorasi, menggambar layout peletakan barang dan lain sebagainya. Gedung ini punya ballroom yang cukup megah hingga bagian taman outdoor yang juga terlihat cantik. Alana tak perlu pikir lama untuk deal menyewa tempat karena usut punya usu
더 보기
74. Rehat
Kata orang, Dinara seperti slogan 'i want it i get it' berjalan. Meskipun diperoleh dengan upaya keras, tapi apapun yang gadis itu inginkan pada akhirnya selalu dia dapatkan. Itu kata orang. Kata orang-orang yang hanya tahu dia di permukaan tapi tak mengenalnya lebih dalam. Mereka yang hanya silau pada pencapaian Dinara tanpa tahu sakit dan perjuangan macam apa yang harus gadis itu lewati. Berjalan dengan orientasi hasil dibarengi proses yang konsisten dia jalani. Setidaknya Dinara tahu apa yang dia inginkan dan berupaya keras untuk mewujudkannya. Tapi khusus untuk kasus Sandi Arsena, Dinara berubah menjadi payah. Jujur, dia tidak tahu apa yang ingin dilakukannya. Dinara punya ketakutan sendiri yang membuatnya jadi banyak pikiran. Kalau mau lurus pada tujuan akademik dan karirnya, harusnya Dinara bisa menolak Sandi dengan tegas sejak awal. Dinara sudah menetapkan set tujuannya sejak awal. Jadi halangan apapun pasti akan dia singkirkan agar bisa tetap fokus pada cita-citanya. Tapi
더 보기
75. Shall We?
Hanya ada gemericik air keran dan detak bersahutan yang memenuhi telinga. Dinara hening saja saat lelaki bertubuh tegap dihadapannya meraih telunjuknya dan kembali dibasuh di air mengalir. Lanjut mengoles obat dan menutupnya dengan perban steril. Keduanya masih berada di dapur. Viviane tadi sempat membawakan kotak P3K dan langsung diusir Sandi untuk menyelesaikan masakan mereka. Dinara harus dia sekap sementara. Lagipula mayoritas pekerjaan tadi sudah dikerjakan Dinara, finishing lain-lain masih bisa percaya pada sobat-sobatnya lah. "Ditungguin Vela, tuh!" Dinara jelas merasa tak nyaman berada di ruangan berdua usai perdebatan alot yang tak menghasilkan putusan apa-apa itu. Apalagi sekarang mereka seperti mengasingkan diri dari kawan-kawan yang sibuk menyelesaikan persiapan makan malam. Sandi meliriknya dengan jenis pandangan tak suka. "Kenapa jadi Vela?"Berdecih sinis sembari memutar bola matanya malas, "kan masih asik sandar-sandaran, ngapain juga lama-lama disini?"Sandi mau ta
더 보기
76. Si Paling
Lagi dan lagi Sandi seolah lupa daratan kalau sudah bersama Dinara Jeandra. Waktu itu di lift usai wisuda, di muka umum yang untungnya tidak disergap langsung oleh sang mama. Kali ini justru di dapur villa yang tiba-tiba dibuka duo upin ipin paling ember seantero sekolah pada zamannya. Malu! Dinara menarik diri dan membalik tubuhnya kembali menghadap wastafel. Sementara Sandi bergerak canggung sembari berdehem mengamati perubahan ekspresi di wajah dua kawannya itu. Dia dengan cepat memahami situasi, "Free Pass Sky High VIP minggu depan," ucapnya enteng. Nathan dan Kevin saling berpandangan saat mendengar nama klub mahal itu. Sandi sepertinya tahu saja jenis sogokan yang tepat untuk mereka. "Padahal kita gak niat kasitau siapa-siapa, ya kan? Udah pada gede masa hal kaya gini digemborin juga?" Kevin si munafik senyum-senyum dengan tampang tengilnya. Nathan mengangguk mengiyakan, "tapi karena udah lo tawarin, ya gak bisa diambil balik! Jangan lupa plus minum sama jatah rokok!" Nath
더 보기
77. Pilihan Satu
"Aku rasa kamu terlalu berlebihan."Sandi mengernyitkan alisnya saat sebuah kalimat merayap menyapa pendengarannya. Ia baru saja keluar dari kamar mandi yang terletak tak jauh dari dapur dan taman tempat pesta sederhana teman- temannya berlangsung. Begitu berbalik badan, dia menemukan gadis yang cukup dikenalnya bersandar pada tembok sembari bersidekap di depan dada memandangnya dengan jenis tatapan aneh."Maksudnya?"Mau tak mau Sandi menghentikan langkahnya, memberi pertanyaan sekaligus raut tanya pada sang pelempar kalimat. Vela menghela nafas lalu berjalan mendekat, refleks membuat Sandi mundur karena tak mau terlalu dekat. Ingat sekali bahwa sekarang ada hati yang harus dia jaga, hehehe.Melihat Sandi mundur dua langkah membuat Vela otomatis mengembangkan seringaian tipis. Biasanya Sandi tidak pernah berlaku seperti itu sebelumnya. Laki- laki yang dikenalnya sedari remaja itu tipikal yang santai dalam pergaulan dengan siapapun. "Aku gak tau kalau selama tinggal di Jakarta kamu
더 보기
78. Truth or Dare Jilid 2
Semuanya kembali duduk di taman dekat kolam renang. Memulai sesi makan cemilan santai, minum-minum dan sesekali meledek siapapun yang kebetulan menjadi sasaran. Adegan kekerasan berupa jewer menjewer bahkan menggeplak duo Upin Ipin yakni Kevin Nathan juga tak ketinggalan dilakukan oleh Julie yang seolah berperan menjadi Kak Ros. Mereka duduk melingkar di taman belakang, dekat dengan kolam renang yang bahkan belum sempat mereka jajal sama sekali selama berada disini. Obrolan dan gelak tawa kali ini juga pastinya tak lepas dari permainan tadi siang yang pada akhirnya mereka lanjutkan. Truth or Dare. Biarpun awalnya Kevin dan Nathan sempat berkomentar miring soal games yang sudah terlalu umum ini, pada akhirnya mereka semua bergabung dalam satu kesatuan. Bedanya, kali ini terdapat sanksi bagi mereka yang tidak menjawab atau melakukan dare. Minum dua gelas minuman beralkohol yang baru saja keluar dari koleksinya James. "Yaelah, niat banget ya lo pengen bunuh gue?" Nathan melengos s
더 보기
79. Hot Hangover
"Mau sekali lagi?" Dinara seolah mati rasa. Begitu kalimat ambigu yang diucap oleh bibir seksi itu merayap menyapa rungunya, gadis itu mendadak punya tenaga lebih untuk loncat dari kasur empuk tempatnya berbaring tadi. Dia menarik selimut lalu duduk meringkuk di depan walk in closet sembari menggigit bibir gelisah. Ini tidak seperti yang terjadi pada film-film, kan? Tanah serasa bergetar, pun kepalanya masih pening serta perut rasanya seperti diobrak abrik. Dinara meringis saat merasakan nyeri disekujur tubuhnya. Ditambah lagi kini netranya yang perlahan fokus seperti efek bukaan pada bokeh kamera baru semakin tajam. Dinara menggigit bibir bawahnya gelisah, apa yang Sandi Arsena lakukan diatas ranjangnya shirtless seperti itu? Laki- laki itu tersenyum bak iblis sembari menyangga kepalanya dengan tangan sebelah kanan, menatap Dinara bak om-om pedo yang hendak menyergap mangsa. "Good morning sweet heart! Feel better?" Sandi kembali berujar santai seolah tak ada yang salah dengan
더 보기
80. Road To The New Trip
Usai menyelesaikan sarapan hampir kesiangan dan merapikan aneka barang- barang di Villa Ubud, rombongan itu akan mulai bergerak menuju Pelabuhan Padang Bay guna menyebrang ke Nusa Penida. Tentunya mereka sudah mengkompress barang- barang menjadi lebih sedikit dari sebelumnya karena Kiran dibantu ciwi- ciwi sudah menyeleksi mana- mana saja yang benar- benar perlu dibawa. Sisanya dititipkan di Villa dan nanti akan bantu dikirim balik ke Jakarta oleh James. Kalo gak nyusahin, ya bukan Kiran namanya! Mereka semua bekerja keras menata barang masuk ke dalam mobil. Sementara perjalanan kali ini akan menggunakan dua mobil karena muatan mereka juga bertambah. Selain menggunakan mobil milik James, ada mobil Sandi juga yang akan bergerak menuju pelabuhan. Dinara masih menjadi objek utama bahan ledekan oleh teman- temannya yang pada akhirnya mengetahui fakta bahwa Dinara dan Sandi memang tengah dalam status hubungan. Sedikit memalukan baginya karena ternyata akibat alkohol sialan semalam Dina
더 보기
이전
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status