Semua Bab Halo, Kisah Lama Belum Kelar!: Bab 61 - Bab 70
125 Bab
61. Rumah Sandi
Pukul tujuh malam usai Sandi Arsena mengantar Dinara pulang ke rumahnya. Laki-laki itu baru saja turun dari mobil ketika satu panggilan masuk dari ayahanda praktis membuatnya mengernyit di tempat. Oke sebelum membahas lebih jauh, perlu digarisbawahi bahwa sangat jarang sekali ayahnya ini menelpon ataupun bicara langsung secara empat mata pada putra sulungnya itu. Pertama, ayah Sandi itu termasuk yang sangat sangat sangat jarang berada di rumah. Kedua, kalaupun di rumah, ia akan lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kerja. Kalaupun ada sesuatu, biasanya sang ayah akan mengutus ibunya untuk bicara dengan Sandi. Bukannya tak akur, ayah anak ini hanya berada dalam stase canggung. Mungkin karena Sandi benar-benar baru bisa bertemu ayahnya saat SMP dulu. Ayahnya sempat bertugas di benua lain sehingga Sandi nyaris tak pernah bertemu ayahnya sama sekali. Berbeda dengan Sean yang saat lahir pun sudah ditemani dan banyak dirawat langsung oleh ayahnya ini. "Halo, pa?"Bahkan terkadang, me
Baca selengkapnya
62. Sleep Call
Setelah menandai satu per satu daftar pekerjaan yang telah ia selesaikan selama dua hari belakangan, Dinara akhirnya bisa bernafas sedikit lebih lega. Dia benar-benar menulis, mereview kembali, dan menyelesaikan semua pekerjaannya untuk minggu ini bahkan hingga yang tenggatnya minggu depan. Mulai senin kemarin dia lembur dan bahkan membawa pulang pekerjaan ke rumah ngebut menyelesaikannya hingga pukul empat pagi. Pengumuman penerimaan dan juga beasiswa sudah keluar. Puji tuhan, semua hasilnya bagus dan yang jelas Dinara bisa berangkat ke negara orang dua bulan lagi. Ada banyak yang perlu dia selesaikan dalam rangka mempersiapkan keberangkatannya. Dinara juga sudah menyerahkan surat permohonan resign. Ada sisa waktu satu bulan bagi gadis itu untuk tetap bekerja sebelum ia secara resmi berhenti bekerja. Agendanya untuk minggu ini akan sangat padat.Gadis itu sudah terjebak janji dengan ciwi-ciwi sobat masa SMA-nya untuk membantu Viviane survey lokasi pembukaan cabang butik keluargany
Baca selengkapnya
63. Destinasi
Kemacetan efek jam makan siang tak terhindarkan. Ditambah lagi ada proyek perbaikan jalan yang membuat laju kendaraan semakin melambat. Dinara mencuri kesempatan untuk touch up sedikit riasannya. Sebatas bedak padat dan sapuan lip cream untuk membuat penampilannya terlihat lebih proper. Dia tak sempat ganti baju atau apapun karena tadi begitu pekerjaannya selesai, gadis itu langsung meluncur keluar kantor meminta izin pulang kerja lebih dulu. Bahkan hingga selesai memastikan penampilannya, deretan mobil di depan masih belum bergerak satu senti pun. Gila deh ini macetnya. Dinara merogoh ponselnya untuk menghubungi Sean. Adik si wisudawan yang katanya hari ini hadir. Pantang baginya untuk menghubungi Dikta langsung karena seingatnya para wisudawan tidak boleh mengaktifkan ponsel selama prosesi. "Halo, acaranya udah selesai belum, dik?" Sean diseberang terdengar seperti berada di tengah hiruk pikuk keramaian. Remaja itu sepertinya perlu sedikit berteriak untuk menjawab Dina
Baca selengkapnya
64. Meledaknya Sean
Atmosfer canggung begitu kentara terasa. Dinara duduk tegak dengan senyum kecil yang masih berusaha mati-matian dia jaga. Satu meja dengan wanita lain yang secara terang- terangan menunjukkan ketertarikan pada Sandi Arsena membuatnya jelas kikuk. Apalagi gadis itu juga tahu Dinara kesana untuk lelaki yang sama. Kalau bukan karena ajakan Tante Sandra, Dinara akan menolak mentah- mentah makan siang canggung ini. Semua makanan dihadapannya seolah tak bisa dia telan dengan sempurna karena rasa mengganjal yang mengganggu."Jadi kalian tetangga, ya? Wah, pasti seru banget," celetuk gadis yang beberapa saat lalu Dinara ketahui bernama Selena. Oh, jadi ini 'Selena' anak teman mamanya Sandi yang kapan hari ceritanya mau dijodohkan dengan Sandi? Gadis itu cantik, bertubuh sedikit lebih pendek daripada Dinara dan punya eyesmile yang menawan. Tipikal everyone first crush karena kepribadiannya yang terlihat ceria menyenangkan. Dia cukup banyak bicara, terutama tentang kepindahannya dari Seattl
Baca selengkapnya
65. Drama Keluarga
"Sean!"Tante Sandra mengejar langkah lebar putra bungsunya, meninggalkan tiga muda mudi sebaya yang masih diliputi suasana tegang. Selena memandang pilu Sean dan Tante Sandra yang sudah menjauh. Tak menyangka bahwa kedatangannya ini justru ditanggapi begini. Sangat jauh dari ekspektasinya. Dengan raut sedih, dia beralih menatap Sandi yang menghela nafas lelah. "Maaf, aku bikin hari bahagia kamu justru jadi begini," sesalnya. Sandi melengos tak menanggapi. Dia langsung meletakkan beberapa lembar uang di kantong bill. Dinara yang sedari tadi hanya diam karena tak paham memilih untuk tidak ikut campur. Dia meraih tas tangannya lalu hendak membiarkan dua orang itu untuk menyelesaikan masalah mereka. "Aku balik duluan!" ujarnya sambil beranjak. Sandi mencekal lengannya lalu justru menarik Dinara tanpa basa-basi. Meninggalkan Selena yang menatap cekalan tangan itu dengan perasaan campur aduk. Belum beberapa langkah, Selena kembali bersuara. "Tapi kamu tetap bisa kan bantu a
Baca selengkapnya
66. Curcol
Sandi menilik sekitarnya yang terasa sedikit asing. Rungunya dapat menangkap jelas lagu dengan lirik berbahasa korea dilengkapi video klipnya yang tayang di layar besar. Kali ini dia duduk bersila di lantai dilengkapi meja kayu panjang persegi. Berhadapan langsung dengan gadis cantik yang sesekali menggumamkan lirik lagu yang terputar. Atribut wisudanya telah dilepas dan dititip di mobil Dinara. Tersisa kemeja hitam dengan lengan tergulung, celana kain hitam dan sepatu pantovel hitam yang diletakkan di depan pintu masuk. Setelah dari hotel tempat penyelenggaraan wisuda, Dinara justru memboyongnya masuk ke dalam rumah makan dengan konsep korea. Gadis itu bilang dia tidak bisa mengunyah dan menikmati makanan di rooftop dengan tenang tadi. Alhasil perutnya jelas keroncongan."Kita gak terlalu tua untuk makan disini, kan?" Sandi mengernyit saat menyadari beberapa orang disekitarnya masih berseragam putih abu atau bahkan remaja-remaja libur UN. Kontras dengan mereka yang datang de
Baca selengkapnya
67. On The Wayyy
"Astaga kita cuma pergi empat hari, bukan pindahan ke Bali selamanya!" Rencana liburan berkedok survey lokasi untuk bisnis baru milik Viviane belum apa-apa sudah menghasilkan drama. Empat gadis yang sedang bersiap itu nampak kelimpungan mengurus barang apa saja yang hendak dimasukkan kedalam mobil. Julie daritadi sibuk mengatur tumpukan koper yang didominasi oleh barang-barang entah penting atau tidak milik Kiran. Jika yang lain membawa satu koper dan satu tas bahu, Kiran berbeda sendiri. Seperti biasa, Kiran itu sudah seperti lemari berjalan yang membawa banyak sekali pakaian, makeup, aksesoris dan aneka perintilan lainnnya. "Tuh, ini udah gue susun serapih mungkin, tapi barang lo sendiri kayaknya perlu truk buat ngangkut!" sarkas Julie lagi. Mulai lelah menjadi bak seksi perlengkapan yang mengatur barang-barang gerombolan tur ini. Kiran melotot, "itu di depan masih bisa astaga!" gadis itu mencoba memasukkan lebih banyak barang lagi di kursi belakang. "Terus kita ma
Baca selengkapnya
68. Holiday Plan
"Bali panassss!"Kiran membuka sesi vlog rutinnya begitu gerombolan mereka keluar dari bandara. Bulan Juni memang sedang panas-panasnya. Apalagi sengatan Bali yang lumayan membakar kulit. Supir keluarga Viviane sudah menunggu di areal kedatangan dan dengan sigap membantu gadis-gadis untuk memasukkan barang-barang mereka. Setelah itu mereka langsung meluncur untuk makan siang dulu lalu kearah Canggu. Menengok gedung lama milik keluarganya yang sempat terbengkalai. "Ini udah ditinggal berapa lama, Vi?" tanya Dinara saat melihat-lihat kondisi gedung. Viviane bilang gedung ini sempat dikontrakkan lalu di tengah jalan berhenti sewa karena bisnis si penyewa tercegat akibat zaman covid kemarin. "Dua tahun lebih?" dia mengira- ngira. Dinara mengusap debu di bagian meja besar yang cukup menggumpal. "Masih kelihatan oke meskipun udah sempet ditinggal. Emang cuma perlu dibersihin ulang aja sih," komentar Dinara. Tempat itu dulunya sempat digunakan sebagai distro, jadi Viviane mungkin tak a
Baca selengkapnya
69. Hari Pertama
Tubuh-tubuh super lelah setelah seharian kesana kemari itu akhirnya terlempar nyaman diatas kasur empuk villa. Saking lelahnya, bahkan tadi hampir semuanya tertidur dalam perjalanan dari Canggu menuju Ubud yang memakan waktu sekitar satu setengah jam itu. Hari ini mereka belum mau lanjut mulai berwisata karena masih perlu istirahat. Beberapa dari mereka mungkin belum seratus persen lepas dari pengaruh jet lag. Turun dari pesawat sekitar jam setengah dua belas siang. Langsung makan siang dan cek bangunan hingga pukul tiga. Setelah itu nongkrong di cafe bersama Nathan dan Kevin hingga pukul tujuh petang dan baru on the way Ubud. Untungnya sudah pada makan di cafe, jadi setidaknya tidak akan ada drama kelaparan kali ini. Dinara mendapat bagian satu kamar bersama Kiran. Sementara Julie bersama Kanaya, Chakra sendiri dan tentu saja kamar tunggal untuk Viviane. Tahu kan siapa yang mengatur? Tentu saja James yang ternyata juga punya akses langsung pada si pemilik Villa. Bagaimana tidak? P
Baca selengkapnya
70. Kurang Manis
Siapa manusia aneh yang pakai kacamata hitam pukul sembilan malam begini? The one and only Sandi Arsena. Syukurnya bukan dia orang yang berada dibelakang setir. Lelaki itu dijemput supir sanak keluarganya yang juga sedang ada di Bali saat ini. Pria itu turun dari mobil, bergegas menurunkan beberapa buah koper setelah berhasil memastikan bahwa ia sudah sampai sesuai alamat yang sebelumnya dikirimkan. Langkahnya tegap dan pasti kala kaki panjang dibalut jeans biru muda itu melangkah masuk melewati gapura ukiran yang langsung disapa ramah resepsionis. Setelah mengutarakan tujuannya, seseorang lanjut mengarahkannya untuk masuk lagi dalam private villa yang sudah dikuasai oleh antek-anteknya itu. "Oii Sandi!" Lelaki dua puluh dua tahun yang pada akhirnya melepas kaca matanya itu tersenyum tipis. Punggung tegapnya ditepuk pelan sang kakak kelas yang dulu sempat berada dalam klub basket membela sekolah bersamanya. "Sorry gue malem banget nyampenya, yang lain pada dimana, Cak?" Sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status