All Chapters of PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN: Chapter 81 - Chapter 90
126 Chapters
Bab 81
"Akhirnya kamu paham gimana perasaan yang selalu aku pendam selama ini, Yu. Aku benci prasangkaku yang mengatakan kamu tidak setia dan terlalu mau dijebak sama masa lalu padahal sudah ada aku di sisimu.""Andai kamu juga memahami bagaimana kerasnya aku berusaha memaafkan kamu, gimana aku berusaha untuk tetap tersenyum dan berprasangka kalau perasaanmu itu hanya sesaat dan pulih seiring berjalannya waktu. Dan apa kamu tahu?"Akbar menjeda kalimatnya dengan tarikan napas panjang. Dia tetap mematung, tetapi tatapannya pada sang istri begitu lekat."Kadang aku membatin sendiri, andai ada sosok masa lalu juga, maka mungkin kamu bisa merasakan lukaku. Namun, kemudian aku berjanji pada diri sendiri untuk tidak pernah membuatmu merasakan luka ini. Aku gak sanggup hidup dengan wanita yang hatinya masih tertinggal di masa lalu, Ay!"Wanita itu menunduk, dia membiarkan tubuhnya luruh ke lantai karena kaki sudah tidak lagi mampu menopang berat badan. Perasaan Ayu campur aduk sekarang. Dia menyesa
Read more
Bab 82
Semalaman Ayu tidak bisa tidur. Dia kepikiran sama Akbar yang belum juga kembali. Wanita itu ingin keluar kamar, sayangnya dia lebih memilih menghindari pertanyaan dari mertua.Tentu saja Ayu akan langsung ditodong banyak pertanyaan ketika dirinya keluar kamar dan menanyakan keberadaan Akbar. Dia memilih menunggu dengan gelisah dan resah sambil beberapa kali melirik pada jam dinding.Bukannya bodoh karena tidak mengirim pesan WhatsApp, Ayu hanya takut semakin salah dalam berucap. Kasihan sekali, dia bahkan tidak bisa memejamkan mata padahal azan subuh telah berkumandang."Yu, bangun, Yu!" panggil Bu Laila dari luar.Ayu bergegas meninggalkan tempat duduk. Kini wanita itu berpikir bisa menemukan jejak di mana suaminya berada. Namun, ketika sampai ke dapur, dia tidak menemukan sosok Akbar."Ke mana dia?" gumamnya tanpa sadar."Yu, buruan wudu, kita sholat berjamaan. Ayah sama Akbar biar ke masjid.""Iya, Bu," jawab Ayu pelan sambil menduga-duga keberadaan suaminya.Dia mengambil wudu de
Read more
Bab 83
“Siapa yang tidak mensyukuri nikmat, akan kehilangan nikmat itu. Siapa yang mensyukurinya, berarti ia telah mengikat nikmat itu dengan tali yang kuat.”—Ibnu Athaillah Al-Iskandary***Bahkan setelah mandi sekalipun, Ayu tetap tidak bisa tenang. Padahal kata orang, dengan keramas bisa menyegarkan pikiran. Tidak dengan wanita itu, dia sangat sibuk memikirkan di mana keberadaan Akbar.Entah, dia tidak memberi kabar yang jelas. Ayu semakin merasa bersalah. Kepergian Gio harusnya membuat dia sadar kalau mereka memang tidak ditakdirkan bersama dan rasa rindu yang Gio ucapkan adalah ujian bagi pernikahan Ayu.Setan telah mengalahkan keduanya. Baik Gio ataupun Ayu, mereka sama-sama tidak bisa menahan diri. "Aku salah, aku harus meminta maaf begitu Akbar kembali!" gumamnya memukul jidat pelan berulang kali.Baru saja Ayu ingin menelepon Akbar ketika pintu kamarnya diketuk berulang kali. Sudah pukul sebelas siang, pasti itu Akbar. Ayu menduga-duga.Akan tetapi, ketika daun pintu terbuka lebar,
Read more
Bab 84
Setelah salat zuhur tadi, Ayu diminta Akbar pulang ke rumahnya diantar Dian. Wanita itu merana sendiri karena semakin penasaran apa yang akan terjadi nanti.Tidak ada petunjuk membuat Ayu sulit menerka sebuah jawaban. Hatinya resah, dia tidak berhenti mondar-mandir di ruang tamu sekalipun kepalanya sudah berdenyut nyeri."Mungkin ini hukuman buat aku, Dian, karena sudah ngeremehin suami sendiri.""Enggak kok, tenang aja. Kamu harus berprasangka baik dan minta pertolongan sama Allah."Jawaban Dian memang bisa menyejukkan hati, tetapi tidak berlaku bagi Ayu yang merasa sudah keterlaluan. Dia menyadari semua kesalahan itu dan semoga saja Akbar mau menerima permintaan maafnya.Ini bukan kali pertama, Ayu memang sudah sering meminta maaf hanya karena masalah Gio. Bagaimana Akbar bisa yakin kalau pernikahan mereka bisa lanjut ke depannya?Tidak lama kemudian, terdengar deru mobil memasuki halaman rumah. Jantung Ayu berpacu cepat, kakinya terlalu lemah untuk menopang berat badan apalagi berl
Read more
Bab 85
Di sebuah rumah bambu milik mendiang kakek Gio, ada dua pemuda yang saling menikmati kopi. Tentu saja dia adalah Dani dan Gio. Mereka sama-sama memiliki masalah hidup dengan kadar yang berbeda.Rumah bambu itu tersembunyi, hanya dilihat oleh beberapa teman Gio saja. Ayu dan juga Dian termasuk dalam pengecualian. Sebuah tempat yang asri tidak boleh diketahui oleh mereka berdua, begitu pikir Gio selama ini."Sebenarnya aku juga bingung gimana cara menghindari Ayu lagi, Dan. Kamu sebagai laki-laki tentu paham gimana perasaan aku, kan?"Dani mengangguk samar. "Perempuan, kalau dia sakit hati karena ditinggal kekasih, paling seratus hari kemudian sudah bisa move on. Kalau pun ada yang menunggu bertahun-tahun, maka hanya lima dari seratus orang saja. Berbeda dengan laki-laki, mereka itu terlihat baik-baik saja. Dia haha hihi sana-sini padahal hatinya hancur.""Iya, bener. Aku kayak gitu tuh. Keliatan dari luar oke aja, tapi hati gak bisa dibohongi, men. Aku gak bisa ngelak kalau masih ada r
Read more
Bab 86
Setelah menelepon Dian tadi, Dani memutuskan untuk menjemput sang adik saja. Gio mengizinkan gadis itu mengetahui rumah bambunya. Hati Gio resah, dia terus berusaha meyakinkan diri kalau memang harus membuka hati lagi.Kepergian Dani satu jam yang lalu tidak berhasil membuat hatinya tenang. Gio takut dirinya hanya menjadikan Dian sebagai pelampiasan saja agar tidak lagi teringat pada Ayu. Sudah banyak kasus rumah tangga yang gagal karena menikah tanpa cinta."Aku bisa gak ya menerima Dian? Atau jangan-jangan Dian yang gak bisa nerima–""Assalamualaikum!" sapa Dani tiba-tiba. Gio terkejut dan menjadi salah tingkah saat matanya tidak sengaja beradu pandang dengan gadis itu.Padahal mereka sahabat dan sudah sering kali terlibat obrolan, kenapa bisa mendadak canggung? Wajah Gio bahkan memerah mengingat dirinya akan meminang gadis itu. Akan tetapi, benarkah dia sanggup menjadi pengganti Ayu?"Salam kok gak dijawab!""Eh, iya. Waalaikumussalam. Duduk-duduk!"Dani tertawa kecil melihat perub
Read more
Bab 87
"Lupakan tentang Ayu, lupakan kalau mereka pernah ada hubungan. Sekarang aku tanya, kalau kamu dilamar Gio, kamu mau?""Mana mungkin aku bisa lupa kalau Gio ada kisah sama Ayu? Ya aku tahu itu masa lalu, tapi apa dia sudah bisa nerima?""Ini bukan masalah kisah, tetapi ini tentang takdir. Kalau kamu misal mau menerima Gio, maka kalian bertiga diminta Tuhan untuk menjalani takdir yang sudah dijalani. Ayu harus sadar dan ikhlas kalau ternyata lelaki yang pernah dia cintai adalah jodoh sahabatnya. Gio harus bisa menerima takdir yang dijalani dan melupakan Ayu, sementara kamu tidak boleh berpikir bagaimana perasaan Ayu lagi.""Gak mikir gimana perasaan Ayu? Hei, Dan. Ayu itu sahabat aku!""Tapi dia sudah menikah. Kamu tahu kan kalau dia masih dipenjara masa lalu? Dengan menikahnya Gio, dia akan merasa punya alasan untuk benar-benar lupa.""Gimana kalau ternyata aku dianggap pengkhianat?"Dani menarik napas panjang. Ternyata sulit juga meyakinkan Dian perkara takdir. Ah, tidak. Dani yakin
Read more
Bab 88
Sore hari baru mereka melanjutkan pembicaraan karena dijeda oleh waktu salat. Seperti posisi sebelumnya, kali ini Dian merasa lebih karena sudah mengadukan perkara itu kepada Tuhan."Baiklah, mari kita coba. Kuizinkan Gio datang meminang ke rumah, aku sambil salat istikharah. Jawaban 'ya' atau 'tidak' nanti kita tahu sama-sama.""Oke, aku setuju." Gio menjawab cepat. Pasalnya lelaki itu tidak mau terkesan memaksa keadaan.Dia harus belajar ikhlas menerima segala ketetapan dari Tuhan. Kalaupun harus menikah dengan Dian, Gio akan terima. Sungguh, lelaki itu menyadari bahwa sekuat apapun dia menolak, kalau jodoh tidak akan ke mana, begitu pula sebaliknya.Tuhan memberi bukan di waktu yang kita inginkan, tetapi yang Dia inginkan. Gio berusaha berpikir positif bahwa segalanya akan menjadi mudah jika menyandarkan harapan kepada Yang Mahaesa."Pada akhirnya, kita akan berjalan di atas takdir sendiri." Dian kembali menambahkan."Jadi kamu setuju dilamar, kan? Urusan orangtua, serahkan sama ak
Read more
Bab 89
Lima hari setelah pertemuan mereka di rumah bambu, Gio datang bertamu ke rumah Dian bersama paman kandungnya yang bernama Hartawan.Sekalipun berdua, keluarga Pak Seto tidak mempermasalahkan hal itu. Dia menerima mereka berdua dengan baik karena sudah lama mengenal Gio.Sebelum tiba di hari lamaran itu, sungguh Dani berusaha sebisa mungkin untuk meyakinkan orang tua serta keluarganya kalau Gio tidak pernah setuju dengan pekerjaan ibunya. Meski sulit, akhirnya mereka menaruh kepercayaan untuk Gio.Acara lamaran yang tidak semewah orang lain, hanya dihadiri oleh keluarga inti sesuai permintaan Dian. Gadis itu bahkan tidak ingin mengundang Ayu untuk hadir menyaksikan karena khawatir oleh kesalahpahaman yang bisa berujung renggangnya persahabatan mereka.Dian tampil dengan penampilan sederhana, memakai gamis biru muda yang senada dengan khimarnya. Meski sederhana, tetapi aura kecantikannya begitu memikat hati siapa saja yang memandangnya.Termasuk Gio. Lelaki itu menundukkan pandangan ket
Read more
Bab 90
Hari minggu cuaca begitu cerah, Ayu baru saja menyiapkan teh hangat dan sepiring pisang goreng sebelum Akbar ke bengkel mencuci mobil."Kamu lucu ya kalau ngidam gitu, gak mual-mual atau pengin makan ini itu kayak yang lain," tutur Akbar tertawa kecil sebelum meminum sisa tehnya.Ayu menghentikan gerakan tangannya yang baru saja ingin menggigit pisang goreng. "Iya, yah? Kok aku gak mual atau pengin makan sesuatu ya? Apa emang beda dari yang lain?"Bukannya menjawab, Akbar malah bangkit dari kursi. "Anak papa yang baik, jangan nakal-nakal. Kamu harus nurut sama orangtua, oke?""Kalau gitu, papa harus janji bakal sayang sama aku dan mama!" Ayu bersuara bagai anak kecil membuat Akbar gemas dan mencubit pipi istri tercintanya. Dia meminum sisa teh tadi, lalu melanjutkan, "aku berangkat dulu ya. Kamu jaga diri, cuma sebentar kok. Abis nyuci mobil aku pulang.""Iya, By."Ayu mengantar suaminya sampai ke depan karena merasa sangat bahagia. Seolah pergi jauh, Ayu mencuri peluk dari Akbar. Sam
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status