Semua Bab Bu, Aku Menantu Atau Babu?: Bab 41 - Bab 50
70 Bab
Bentuk Perhatian Rangga
Maya berencana membuka usaha di depan rumah yang ditempatinya karena mencari pekerjaan untuk lulusan SMP sangatlah susah.Dengan bekal keahlian memasak yang dimilikinya, dia bertekad mencari uang di bidang kuliner, dengan membuka warung nasi atau menerima pesanan katring. "Bagaimana menurut Bi Ijah kalau aku jadi berjualan nasi di depan halaman?" tanya Maya meminta pertimbangan."Bibi mendukung penuh ide Mbak Maya apalagi di sini juga belum ada yang berjualan nasi dengan aneka menu. Apapun pekerjaannya asal halal dan ditelateni, Insya Allah akan mendatangkan rejeki yang berkah, Mbak. Nanti Bibi akan membantu Mbak Maya sebisa mungkin. Ngomong-ngomong apa Mas Rangga sudah tahu soal ini, Mbak?" tanya Bi Ijah antusias."Senang banget kalau Bibi juga setuju. Soal Mas Rangga, aku sudah sempat berbicara dengannya, Bi. Awalnya dia tidak mengijinkan karena takut jika aku kecapekan tapi aku bersikeras, Bi. Selama aku bisa, aku akan berusaha mencari uang dengan tenagaku sendiri." jawab Maya sun
Baca selengkapnya
Hati yang Membeku
Dewi mendapatkan kabar tentang keberadaan anaknya. Polisi menghubunginya dan memintanya untuk datang ke rumah sakit karena kondisi anaknya yang menyedihkan.Dengan berlari kecil, Dewi dan Galih juga Bu Nur menuju ruang rawat inap di mana Farel kini dirawat."Mana anak saya, Sus?" tanya Dewi pada perawat yang berjaga.Setelah mendapatkan keterangan tentang Farel, Suster itupun mengantarkan mereka ke kamar Farel.Dewi menangis histeris melihat anaknya terbaring lemah tak berdaya. Tubuh kecilnya terlihat kurus kering, wajahnya pucat dengan mata yang cekung."Farel!?" Dewi menjerit menyebut nama anaknya, Bu Nur pun ikut meratapi kondisi cucunya."Ya Allah, Farel! Kenapa jadi begini, Nak?" seru Dewi.Dokter masuk ke dalam ruangan itu ditemani seorang polisi dan juga perawat."Ibu, kondisi Farel sangat memprihatinkan. Anaknya mengalami dehidrasi karena kurang cairan, diduga dia juga kelaparan. Banyak luka di sekujur tubuhnya. Sepertinya mereka memperlakukan Farel dengan tidak baik." jelas d
Baca selengkapnya
Keceplosan
Maya sudah menjalankan usaha kulinernya. Selain dibantu Bi Ijah, dia juga mempekerjakan satu lagi tetangga samping rumahnya untuk meringankan pekerjaannya.Dia menyajikan banyak menu setiap harinya. 1Tetangga sekitar sangat antusias dengan usaha yang Maya jalankan. Apalagi di sekitar tempat itu belum ada orang yang berjualan nasi beraneka menu.Etalase diisi dengan aneka macam lauk pauk dan sayuran yang menggugah selera. Dia menyajikan makanan dengan rasa yang lezat dan penampilan estetik sehingga membuat orang senang menikmatinya "Mbak Maya, nasi pecelnya enak banget ini," ucap sesebapak, pembeli yang makan di tempat."Wah mantap tuh, lain kali boleh dicoba, nasi ramesnya juga enak banget ini," sahut seseibu yang makan bersama suaminya."Terima kasih testimoninya Bapak Ibu, semoga menjadi langganan setia kami ya," sahut Maya dengan wajah berbinar."Mbak, aku bungkus nasi rendang buat anakku ya, dia suka banget sama makanan itu," sahut seseibu tadi.Maya mengacungkan dua jempolnya un
Baca selengkapnya
Karma Mulai Mengintai
Spontan Maya menutup mulutnya, kini wajahnya bahkan seperti kepiting rebus karena malu."Lebih dari itu maksudnya?" tanya Rangga seraya menelisik wajah Maya yang sudah memerah.Terlihat sekali kegugupan yang dirasakan Maya, melihat itu Rangga merasa iba. Lantas dia mengambil segelas minuman yang dibawa Bi Ijah dan memberikannya kepada Maya."Minumlah, May," ucap Rangga seraya menyodorkan gelas berisi teh hangat yang dicampur madu dan lemon.Karena panik, Maya mengambil gelas itu dan menandaskan isi di dalamnya. Bi Ijah melongo melihat minuman untuk Rangga dihabiskan oleh Maya."Segar, 'kan? Ingat, itu teh hangat dicampur madu dan lemon, minuman kesukaanku, May," jelas Rangga dengan senyuman menggoda."Ya ampun ... maaf banget, Mas. Aku gak nyadar udah menghabiskan minumanmu," seru Maya menyesal."Gak apa, May. Setidaknya kamu sudah tahu minuman kesukaanku, jadi nanti kalau udah sah, aku gak perlu repot-repot untuk ngasih tahu kamu lagi," sahut Rangga kembali menggoda Maya."Cie ... c
Baca selengkapnya
Perasaan Maya
Maya membuka totebag yang diberikan oleh Rangga, di dalamnya terdapat baju gamis cantik warna soft yang tampak mewah. Seulas senyum terbit di wajah ayu Maya, dia menyukainya.Selain baju, ternyata ada yang lainnya, sebuah amplop berukuran besar. Maya mengernyitkan dahinya melihat amplop itu. Perlahan diambil dan dibukanya. Ternyata isinya adalah akta cerai yang sudah dikeluarkan oleh pengadilan agama.Matanya berbinar, rasa lega mengalir dalam hati dan pikirannya, akhirnya statusnya sekarang sudah sah menjadi janda. Setetes air mata kembali jatuh dari mata beningnya. Bukan karena sedih, tapi karena rasa haru yang menyeruak begitu saja.Jika banyak yang merasa hancur setelah perpisahan, tidak begitu dengan Maya. Dia justru merasa seperti burung yang baru lepas dari kandangnya. Terbang bebas tanpa ada beban."Mbak Maya kenapa nangis?" tanya Bi Ijah yang melihat Maya menghapus air matanya."Akhirnya surat ceraiku keluar juga, Bi. Aku merasa beban yang ada di pundakku seakan telah hilang
Baca selengkapnya
Kedengkian Diana
"Astaga ...." Diana lemas seketika, bahkan untuk berdiri pun dia tak mampu, kini dia terduduk di kursi ruang tunggu dengan wajah pucat pasi."Mas, siapa wanita itu, kita samperin dia terus kita minta uang hasil penjualan tanahnya. Kita anak-anak Ayah yang lebih berhak bukan dia!" Dikna emosi "Perempuan itu telah kabur ke luar negeri begitu tahu kalau Ayah akan ditangkap," sahut Haris."Kita sudah tak punya apa-apa lagi sekarang," sambung Haris dengan wajah kecewa.Dikna dan Diana terduduk lemas dengan wajah menyedihkan, mereka merasa telah hancur, rasa malu dan kecewa berbaur menjadi satu.****Sementara Galih dan Dewi yang sudah tahu kabar buruk itu malah berdebat di rumah."Mas, jadi setelah ini kita sudah tak punya apa-apa lagi?" tanya Dewi meyakinkan."Iya, semua harta dan isinya akan disita oleh negara," sahut Galih dengan wajah kusut."Ya ampun ... lalu kita akan tinggal di mana, Mas? Setiap hari kita akan makan apa, kalau kamu saja gak kerja begini?" tanya Dewi cemas dengan pi
Baca selengkapnya
Jadikan Dia Satu-satunya
Rangga merasa jengkel dengan Diana yang suka merendahkan Maya, pria itu ingin memberikan sedikit pelajaran untuk perempuan itu.Diana memelototkan matanya kepada Rangga, dia merasa terhina dengan ucapan Rangga."Dasar, duda sombong!! Semoga harimu kelabu terus!" ketus Diana lalu perempuan itu pun pergi meninggalkan rumah Rangga.****Melihat wajah Rangga yang sumringah akhir-akhir ini, membuat Bu Lina bertanya-tanya. Berbeda saat baru pindah ke rumah ini, Rangga tampak dingin dan tak banyak bicara.Insting seorang ibu memang tak dapat dibohongi, dia merasa putranya kini sedang bahagia atau sedang jatuh cinta."Rangga, kamu dari mana?" tanya Bu Lina yang duduk di samping Lia.Rangga lalu duduk di sofa yang berhadapan dengan ibunya. "Dari rumah kita yang ada di kampung sebelah.""Oh, kamu mengunjungi rumah, kenapa gak bilang. Kan Ibu bisa ikut sekalian silaturrahim sama Bu Ijah," sahut Bu Lina."Iya, Bu. Ada yang mau aku bicarakan. Tapi sebelumnya aku minta maaf sama Ibu karena baru bic
Baca selengkapnya
Bu Romlah Buat Ulah
Diana diam dan memikirkan ucapan adiknya. " Baiklah, Ibu bisa ikut kami, tapi nanti giliran sama yang lainnya juga. Aku gak mau repot sendiri."Arya menggeleng-gelengkan kepala merasa heran dengan kelakuan istrinya terhadap ibu kandungnya sendiri.Setelah Galih dan istrinya pergi meninggalkan rumah itu, Diana pun berkemas dan hendak pergi juga. Arya membantu istrinya berkemas dengan menyiapkan barang-barang yang akan dibawa.Bu Ullah menatap sedih ke seluruh ruangan, wanita itu tak berhenti menangis sejak tadi. Perasaannya perih, dia tak menyangka dalam sekejap semua berubah. Roda memang telah berputar untuk keluarga Raharjo, mereka yang tak pernah kekurangan dan selalu bergelimang harta kini mendapatkan musibah tak terduga dan harus kehilangan semua harta bendanya."Ibu jangan bisanya menangis aja! Ibu pikir aku pun tak merasa sakit dengan hancurnya keluarga kita? Ditambah Ibu yang sekarang malah menjadi beban bagi kami," seru Diana kesal.Arya menghampiri istrinya yang membentak Ibu
Baca selengkapnya
Sakit Hati Maya
Tiba-tiba terdengar teriakan di depan rumah. Maya sangat mengenal siapa yang kini berteriak memanggil namanya."Maya! ... Maya di mana kamu?" seru Bu Romlah di luar rumah.Rangga dan Maya saling berpandangan, setelah itu mereka berdua berjalan beriringan keluar untuk menemui Bu Romlah."Oh, di sini kamu rupanya! Malah enak-enakan berduaan, gak malu sama tetangga! seru Bu Romlah dengan nada tinggi.Maya lantas menarik tangan ibunya untuk masuk dan berbicara di dalam. Dia merasa tak enak jika tetangga mendengar ucapan ibunya yang suka ceplas-ceplos."Mau apa Ibu ke sini?" tanya Maya yamg masih belum bisa menguasai dirinya."Eh, anak kurang ajar! Orangtua datamg bukanmya disambut baik atau dibikinin minum malah diinterogasi kek gitu," omel Bu Romlah.Maya lantas masuk ke dalam mengambilkan minuman untuk ibunya."Silakan diminum, Bu. Lalu Ibu bisa pergi setelah ini," ucap Maya masih merasa sakit hati, apalagi Bu Romlah masih bersikap seenaknya seperti biasanya.Rangga memberi kode pada M
Baca selengkapnya
Karmanya Galih
"Ini, bawa uang ini untuk Ibu!" Maya menggenggamkan sejumlah uang berwarna merah ke tangan ibunya."Ka-kamu?" sahut Bu Romlah terbata."Kenapa? Apa masih kurang uangnya, Bu? Bagaimana jika Ibu menjualku saja agar Ibu menghasilkan uang lebih banyak lagi," sahut Maya emosi.Bu Romlah hendak melayangkan tamparannya kepada Maya, tapi dengan sigap Rangga mencekal tangan perempuan itu."Cukup, Bu! Lebih baik Ibu pergi saja karena semakin lama Ibu di sini, Ibu hanya akan menambah luka di hati anak Ibu," ucap Rangga dengan wajah memohon.Bu Romlah melengos, dengan wajah merah padam, perempuan itu pun berbalik tanpa ada sepatah kata pun dia ucapkan lagi setelah memasukkan uangnya ke dalam saku dasternya.Setelah kepergian ibunya, Maya bernafas dengan lega, sendi di tubuhnya seakan lemas seketika. Bukan dia tak sayang dengan keluarganya, tapi luka yang terlalu sering ia dapatkan membuatnya merasa tak nyaman berada dekat dengan mereka. Kemudian perempuan itu duduk di kursi dengan tangisan pecah.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status