Bu, Aku Menantu Atau Babu?

Bu, Aku Menantu Atau Babu?

By:  Yani Artan  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
70Chapters
16.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Maya selalu diperlakukan seperti Upik Abu oleh suami dan keluarganya. Meski sulit, Maya menerima karena dia pikir mereka akan berubah. Terlebih, posisinya yang tidak berdaya untuk melawan karena keluarga Maya pun melakukan hal yang sama, seakan Maya adalah anak tiri. Ketika seorang pria dari masa lalunya hadir dan kembali mengembalikan senyum Maya, dia menahan diri untuk tak berharap apa pun. Meski demikian, pria itu terus saja mendukungnya. Latas bagaimana nasib Maya? Akankah Maya mendapatkan kehidupan seperti pelangi, penuh warna dan ceria setelah keluar dari sangkar mertua dan ... keluarganya? Lalu, bagaimana nasib pernikahannya?

View More
Bu, Aku Menantu Atau Babu? Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Eshar Damanik
ceritanya bagus.terkadang memang ada mertua dan ipar gak suka dengan menantu tanpa alasan.
2023-03-15 08:02:39
0
user avatar
Agus Irawan
hai kak izin promosi mampir juga ke Novelku yuuk. Judul "Kembang Desa Sang Miliarder" pena " Agus Irawan
2023-03-01 17:45:28
0
default avatar
Kiyowo Girl
Sukaaaa sekali buku ini... Cuss masuk rak buku jadi favoritku setelah novel punya Kak Qeqe yang Istri pilihan pewaris lumpuh.
2023-02-09 16:20:03
0
70 Chapters
Lelah
"May, bumbu yang sudah kamu racik, haluskan pake cobek aja. Jangan diblender." ucap mertuaku."Tapi ini banyak sekali, Bu. Pasti akan menghabiskan waktu yang lama jika aku menguleknya," jawabku.Ibu mertua melirikku tajam, aku yakin dia tak setuju dengan ucapanku."Kalau blendernya keseringan dipakai nanti cepat rusak. Apa susahnya, sih tinggal ulek aja protes. Makanya cepetan kerjain, jangan dilihat aja kapan selesainya kalau begitu," ketusnya."Iya, Bu." Aku menjawab pasrah.Aku menarik nafas panjang, kembali kuletakkan blender ke tempat semula. Membantah perintah ibu mertua sama halnya cari masalah.Kuusap keringat yang membasahi wajahku dengan punggung tangan. Lelah rasanya tubuh ini, sedari tadi belum sempat mengistirahatkan diri.Terdengar gema takbir di mana-mana karena besok adalah hari lebaran, dimana semua umat islam merayakan hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa.Luruh air mata ini setiap kali mendengar suara takbir yang menggetarkan hati. Dalam hati aku berdoa, s
Read more
Pria Misterius
BUGH!Mas Galih melemparku dengan bantal, matanya nyalang menatapku penuh kemarahan."Sekali lagi kamu membantah, aku suruh kamu tidur di luar!" seru Mas Galih dengan mata berkilat.Sakit rasanya hatiku diperlakukan seperti ini oleh suamiku sendiri. Bukan karena dia melempar aku dengan bantal tapi karena sikapnya yang kasar dan tak menganggapku sebagai teman hidup."Kenapa, mau nangis lagi? Bosen lama-lama aku sama kamu, udah gak bisa nyenengin suami malah ngeyel terus kalau dibilangin." Mas Galih menggerutu.Aku menunduk menghindari tatapannya, tak ingin dia semakin marah karena imbasnya pasti tak akan bagus buatku."Buruan pijitin, jangan sampai aku berubah pikiran!" seru Mas Galih padaku.Dengan menahan sesak di dada aku memijit tubuh Mas Galih. Yang aku heran, seharian ini dia cuma rebahan sambil bermain game di ponsel, kenapa dia mengeluh sakit seluruh tubuhnya.Karena lelah dan mengantuk, kadang pijitanku berhenti tanpa aku sadari."Maya! Kamu niat apa gak sih mijitnya" Mas Gali
Read more
Dihina dan Diabaikan
"Mbak, tunggu sebentar! Ini pake sandal saya," ucapnya seraya meletakkan sandal di depan kakiku.Aku melongo tak percaya, begitu pun Mbak Diana. Pria itu rela berjalan telanj*ang kaki demi aku.Pria misterius, aku menyebutnya selama ini. Kata Mbak Diana dia duda sombong, sikapnya juga selalu dingin kepada siapa saja. Tapi ternyata dia bisa baik juga ya ...."Te-terima kasih, Mas," ucapku terbata.Bukannya menjawab pria itu langsung berlalu meninggalkan kami. Sepintas kulihat raut wajahnya, tak ada ekspresi tak ada senyum di sana, dingin! Tak apalah yang penting dia sudah menolongku kali ini."Ngelamun lagi?" Mbak Diana menghardikku."Eh, enggak, Mbak." sahutku lantas mengikuti Mbak Diana yang ngeloyor meninggalkanku.Kulihat sudah banyak yang datang di masjid meskipun aku berangkat pagi sekali."May, fotoin aku sebentar di depan masjid! Yang bagus ya," ucap Mbak Diana seraya menyodorkan ponselnya kepadaku.Aku ambil foto dirinya yang tersenyum manis di depan kamera. Setelah itu kukemb
Read more
Pasrah
Aku melirik Mas Galih, dia pun tahu soal ini. Tapi dia hanya diam saja tak berusaha membelaku.Aku lihat dia malah asyik bermain bersama Farel, anak dari Dewi sepupu jauhnya. Kenapa aku melihat mereka seperti keluarga kecil yang bahagia?Dewi seorang janda, suaminya baru saja meninggal karena kecelakaan. Dia dan Mas Galih masih saudara jauh, mungkin dari nenek terdahulu."Coba lihat, Farel senang banget sama Galih ya, seperti anak dan ayah," ucap Mbak Diana seraya melirikku."Iya, wajar saja Mas Galih menyukai Farel, dia sangat menginginkan anak. Mbak Maya aja yang gak peka," sindir Dikna kepadaku.Aku diam tak menaggapi perkataan mereka, percuma saja karena di sini suaraku seakan tak didengar."Tapi mungkin Maya emang belum siap punya anak, sih. Coba aja lihat belum punya anak saja dia udah kumel begitu. Gak ada menarik-menariknya ya, 'kan. Beda sama Dikna atau pun Dewi, meskipun mereka udah beranak tapi penampilannya masih cetar." sambung Mbak Diana."Bukannya belum siap, Mbak. Dia
Read more
Sahabat Masa Kecil
POV 3Jam 4 sore semua keluarga Raharjo sudah siap menyambut kedatangan calon Diana dan keluarganya.Dikna yang tadi sempat pulang ke rumah mertuanya, kembali lagi untuk ikut menemui mereka.Semua sudah berpakaian rapi dan wangi, juga dengan dandanan yang cetar.Diana yang biasanya tak memakai kerudung, kali ini dia mengenakannya. Dia terlihat cantik dengan kerudung yang dipakainya itu."Maya, nanti kalau mereka sudah datang, kamu jangan ikut nimbrung di sini ya. Aku gak mau ngerasa malu karena keluarga Raharjo memiliki menantu sepertimu," ucap Diana seraya melirik Maya yang duduk di samping Galih.Maya menunduk, tangannya merem*as rok yang dipakainya. Ucapan Diana membuat hatinya mencelos, bahkan keberadaannya pun membuat mereka malu.Tak banyak bicara, Maya lantas hendak meninggalkan tempat itu. Sejatinya dari awal dia cuma ikut menunjukkan rasa bahagianya karena kakak iparnya sebentar lagi akan melepas masa lajangnya."Maya, kamu mau ke mana? Ada orang ngomong bukannya dijawab mala
Read more
Kebohongan Demi Kebohongan
Lantas ibu dari Galih itu berjalan dan menghampiri Maya."Maya ini sebenarnya menantu saya, Bu.Perempuan paruh baya itu merangkul Maya yang cuma menunduk takut. Maya takut jika setelah Arya dan keluarganya pulang, maka dia akan menerima kemarahan keluarga Raharjo.Diana mendongakkan kepalanya setelah itu dia mengurut keningnya, dia malu ... sangat malu saat ibunya mengakui Maya sebagai menantunya secara melihat penampilan Maya yang sangat jauh dari kata modis, apalagi kusut.Bagi Diana soal gengsi dan penampilan adalah nomer satu. Maka dari itu dia gemar mempercantik diri dan berdandan sesuai tren terbaru, barang-barang yang dibelinya pun barang branded atau bermerk."Jadi ... Maya adalah menantu keluarga Raharjo?" tanya Pak Angga dengan mimik tak percaya.Diana lantas menyahuti perkataan calon mertuanya itu."Iya, Pak. Maya menantu di keluarga ini. Mungkin bapak sekeluarga merasa tak percaya, tapi begitulah kenyataanya. Sudah seringkali kami meminta kepada Maya untuk menjaga penampil
Read more
Motivasi dari Pria Misterius
"Maya, mau ke mana kamu?" tanya Diana begitu Arya dan keluarganya undur diri.Mereka semua mengantarkan keluarga Arya hingga ke teras depan."Mau beberes, Mbak." sahut Maya.Diana lantas menghampiri Maya dengan wajah yang memerah."Lain kali kamu jangan s*k akrab sama calon suamiku ya, aku gak suka!" Diana berkata ketus."Kami bersahabat sejak kecil, Mbak. Bu Indah dan Pak Angga dulu juga baik sekali sama aku," sahut Maya."Itu dulu! Sekarang jangan coba-coba mendekati calon suamiku, awas kamu ya," omel Diana seraya mend*rong tubuh Maya ke belakang.Nyaris saja Maya jatuh ke belakang jika saja tangannya tak menyahut pagar yang ada di sampingnya.Galih dan Pak Sandi sudah masuk ke dalam rumah. Tinggal Bu Ullah dan kedua putrinya yang masih menatap ny*lang ke arah Maya."Tuh, dengerin kalau ada orang ngomong, m!skin aja belagu!" seru Dikna.Mereka bertiga kemudian jalan beriringan masuk ke dalam rumah. Tinggal Maya sendiri yang masih mematung di depan pagar.Saat Maya hendak menutup pin
Read more
Terbongkar
Ucapan Hesti semakin membuat Bu Ullah semakin melambung tinggi."Kamu bisa aja, Hes. Kamu itu beda sama kakak kamu. Kalau Maya itu l*let sedangkan kamu lebih pinter," ucap Bu Hesti."Iya sih, Bu. Bapak dan Ibu juga bilang begitu. Makanya mereka lebih sayang ke aku daripada dia," ucap Hesti seraya melirik kakaknya.Maya tak menggubris ucapan adiknya, dia sudah biasa mendengar ucapannya yang pedas itu. Setiap dia mencoba melawan, kedua orangtuanya pasti akan membela Hesti."Aduh, rasanya tubuhku capek semua, Hes. Biasanya kan kalau kamu ke sini selalu nyempetin mijet Ibu," tutur Bu Ullah."Iya, nanti pasti aku pijitin, Bu. Saya kan juga pintar pijat urat jadi membuat otot ibu yamg kaku bisa kembali normal." Hesti membual.Bu Ullah lalu melirik tak suka kepada Maya yang mengamatinya."Andai kamu yang jadi menantu saya, Hes," sindir Bu Ullah.Tanpa diduga Maya yang biasanya hanya diam tak melawan, kini dia mulai bersuara."Dengan senang hati saya akan memberikan posisi saya, Bu," sahut Ma
Read more
Minta Maaf?
"Biar aku bantu, May," ucapnya setelah itu tanpa merasa risih, Arya berjongkok dan menyusut genangan air itu dengan kain yang ada.Diana panik, dia tak menyangka jika Arya akan melihat sikap aslinya terhadap Maya."Mas ... Mas Arya kamu tak perlu melakukan itu," ucap Diana dengan wajah cemas."Lalu apa kamu yang akan melakukannya?" tanya Arya dengan pandangan menghujam."Kak Arya, biar aku yang melakukannya. Berhenti, Kak lihat bajumu jadi basah semua," seru Maya yang merasa tak enak hati.Arya tak mempedulikan ucapan kedua wanita yang ada dihapannya, dia cuma fokus membersihkan lantai itu.Diana menatap Arya seraya menggigit-gigit ujung kukunya, kebiasaannya jika sedang panik.Setelah air berhasil ditampung lagi, Arya lantas melanjutkan pekerjaan Maya yang belum selesai, yaitu mengepel seluruh lantai."Sudah selesai, apa sekarang aku harus menyetrika bajumu juga?" tanya Arya pada perempuan yang dicintainya itu.Diana memalingkan muka, dia merasa berada dihadapkan pada situasi sulit.
Read more
Syarat Dari Maya
"Baiklah, Maya. Aku minta maaf ...." ucap Diana tanpa menatap Maya.Arya menghela nafas panjang, dia tahu Diana tak tulus mengatakannya tapi dia tak mau memaksa lagi."Sebenarnya tujuanku ke sini ingin mengajakmu ke butik ternama di kota ini. Ingin mencari baju pengantin yang cocok untuk kita berdua," ucap Arya.Diana dan ibunya yang semula memasang wajah ditekuk langsung sumringah begitu mendengar penuturan Arya."Iya, Nak Arya. Apalagi waktu kalian tidak banyak. Semua harus direncanakam mulai dari sekarang," ucap Bu Ullah."Tapi saat ini aku berubah pikiran, beri aku waktu untuk memikirkan ulang rencana kita," jawab Arya tegas."Apa kamu bilang?! Jangan main-main dengan ucapanmu, Arya. Ini soal harga diri keluarga Raharjo, tidak semudah itu kamu membatalkan rencana pernikahan yang sudah dibicarakan secara matang," Bu Ullah tampak begitu geram."Mas, apa yang kamu pikirkan, Mas. Cuma masalah kecil begini kamu sampai mempertaruhkan pernikahan kita?!" Diana sangat kecewa."Entahlah, ak
Read more
DMCA.com Protection Status