All Chapters of Mesin Cuci: Chapter 111 - Chapter 120
162 Chapters
BAB 111
"Siapa, Tik? Mas lelah! Kasihan Lala dan Risa yang kami tinggal lama!" Nyatanya Mas Riza tidak mendengarkan saranku. Dia tetap bersikeras menuntut jawaban dari adiknya. Lagi-lagi pertanyaan Mas Riza hanya disambut linangan air mata Tika. Terlihat sekali dia makin kacau dan menyedihkan seperti ini. "Namanya Tio, Mas." "Apa? Tio kemari lagi? Mau apa dia kemari? Apa dia sudah bosan hidup? Dasar laki-laki tak tahu diri! Berani-beraninya dia menampakkan wajah di depan Tika lagi. Akan kubuat perhitungan dengan anak itu!" Kalimat yang ibu lontarkan membuat kami makin dilanda penasaran. Sayangnya Tika hanya menunduk dengan tangisna tergugu yang membuat punggungnya berguncang. "Siapa Tio itu, Bu? Sepertinya Ibu mengenalnya? Apakah ada hubungan antara Tio dengan kehamilan Tika?" tanya Mas Riza. Aku menatap ibu dan Tika bergantian. Sepertinya mereka kompak menutup mulut. Sedangkan bapak, dia tak banyak mengambil peran dalam keributan ini. "Tik? Jawab! Mulutmu masih bisa kau pakai bukan?!"
Read more
BAB 112
Anak Muda Bernama Tio"Tika! Jangan gila. Kau mau cucuku itu memiliki ayah seorang tukang parkir? Mau ditaruh di mana muka kita, Tika? Mikir!" Kami yang ada di ruangan itu menatap ibu dengan wajah geram. Rasanya ingin sekali menyumpal mulut wanita itu hingga tak bisa bersuara buruk seperti ini. "Ibu tidak setuju! Kalau dia memang salah satu pelakunya, tanyakan pada Tio. Siapa saja yang sudah melakukan perbuatan itu padamu. Biar Ibu yang akan menentukan siapa yang layak kumintai pertanggung jawaban!" Aku dan Mas Riza menganga mendengar penuturan wanita itu. Benar-benar tak habis pikir, kemana akal sehatnya saat ini. Apakah sebentuk otak di kepalanya memang benar-benar sudah tak berfungsi lagi? Kudengar Tika menangis tergugu mendengar penuturan wanita yang dia sebut ibunya. Sementara bapak menatap penuh kebencian pada ibu. "Kenapa? Bukankah setiap manusia harus berpikiran rasional? Apakah harus anakku bersuamikan seorang juru parkir? Apakah kalian lupa, sebelum ini kekasih Tika ada
Read more
BAB 113
Saat sampai di rumah, Anak-anak tengah makan bersama ibu. Risa lahap sekali disuapi oleh neneknya. Setelah membersihkan diri, kami bergabung dengan anak-anak di depan televisi ruang santai. Setoples biskuit beraroma kopi menarik perhatianku. "Bagaimana keadaan anak itu, Vit?" tanya ibu padaku. "Sudah membaik, Bu. Allah masih melindunginya. Beruntung segera ditangani dokter. Tika dan bayinya masih bisa diselamatkan," jawabku. Ibu mengangguk-angguk mendengar jawabanku. "Jadi belum ada yang mau bertanggung jawab terhadap kehamilan Tika?""Sebenarnya tadi ada seorang laki-laki yang menemuinya di rumah sakit. Tetapi… ." Aku menoleh ke arah Mas Riza meminta persetujuannya untuk menceritakan hal tersebut pada ibu. Mas Riza memberi isyarat untuk melanjutkan kalimatku. Akhirnya aku menceritakan hal yang terjadi di rumah sakit tadi. Ibu nampak menghela napas sebelum menghembuskannya dengan menyentak. "Apakah wanita itu benar-benar sudah gila? Ibu heran dengannya. Apakah selama ini hidupny
Read more
BAB 114
Peduli"Mengapa kamu berbohong, Tio? Apa tujuanmu?" tanyaku lagi. Mas Riza memijit keningnya, aku yakin dia pun sepemikiran denganku. Dia pasti meragukan Tio sebagai pelaku kejahatan itu. Tapi apa tujuannya? Mengapa harus menikahi wanita yang bisa dibilang sudah dirusak oleh orang lain? "Tio. Jawablah. Apa tujuanmu ingin bertanggung jawab terhadap sesuatu yang tidak kamu lakukan?" Suara Mas Riza terdengar melunak. Ditatapnya anak muda berperawakan kekar di depan kami. "Maaf, Mas, Mbak. Meski terdengar tidak tahu diri… tapi aku ingin jujur. A-ku… Aku mencintai Tika." Seketika aku dan Mas Riza berpandangan. Tak ada keraguan dalam wajah oval dengan guratan keras di wajah lelaki itu. Dia benar-benar terlihat serius, wajahnya tak nampak keraguan sedikit pun. "Mas. Aku serius dengan ucapanku. Aku rela menunggu Tika sampai dia melahirkan dan sudah sah untuk kunikahi" ucapnya dengan sorot mata yakin. Sungguh, kudukku meremang melihat keyakinan anak muda yang kutaksir seumuran dengan T
Read more
BAB 115
Sungguh… aku tak menyangka ada anak muda dengan pemikiran sedewasa itu. Apakah keadaan yang menempanya hingga menjadi manusia setangguh dan sekuat itu? Mendengar sedikit kisahnya membuatku sangat yakin dia benar-benar serius dngan ucapannya. Hanya saja pertanyaan kami, bagaimana cara meyakinkah ibu yang sekeras batu karang? Apalagi Tio tak memiliki syarat utama untuk menjadi menantu idaman wanita itu. "Kami akan berusaha. Hanya saja tidak bisa menjanjikan padamu. Sedikit banyak kamu sudah tahu bagaimana watak ibu kami," ucap Mas Riza. Rasanya agak aneh saat dia menyebut wanita itu dengan kata 'ibu kami'. Tio menunduk. Aku bisa melihat kekecewaan dari wajahnya. "Kami akan berusaha. Tetapi sebelumnya, Terima kasih atas niatanmu. Mudah-mudahan usaha kita semua membuahkan hasil." Ucapan Mas Riza disambut sebentuk senyum tipis anak itu. Tak lama, dia berpamitan pada kami."Mas. Tolong pastikan Tika baik-baik saja. Saya takut dia akan berbuat nekat," ucap Tio saat berdiri hendak keluar
Read more
BAB 116
Rencana Gila Ibu"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu bisa di sini?" tanyaku pada Tika yang dengan wajah pucatnya tengah duduk di sofa tamu rumahku. Aku yang akan berangkat ke sekolah akhirnya menunda keberangkatanku. Tika nampak kepayahan meski dia sudah diizinkan dokter pulang dari rumah sakit sekitar seminggu yang lalu. "Mbak. Mas Riza ada?" Tika mengusap peluh yang membanjiri dahinya. "Mas Riza berangkat ke toko lebih awal. Ada kiriman minyak goreng ke toko, pegawainya tidak ada yang bisa dimintai tolong, jadi dia menanganinya sendiri." Aku berlalu dari hadapannya untuk mengambilkan air putih di dapur."Diminum, Tik." Tika meraih gelas di depannya dan meminumnya hingga tandas. Napasnya terangah-engah saat mengembalikan gelas ke tempatnya semula. "Mbak. Yang tadi nganter Lala ke sekolah itu… ibunya Mas Riza?" tanyanya kemudian. Aku mengingat hal tadi, memang ibu yang mengantar Lala ke sekolah karena beliau yang bersikeras. "iya, Tik.""Apakah orangnya… baik?" Pertanyaan Tika s
Read more
BAB 117
"Mbak. Cepat pulang. Ibu menyeret Tika agar cepat pulang. Tetapi Tika menolaknya! Aku takut Tika kenapa-kenapa." Mbak Marni meneleponku tak lama setelah aku selesai menutup kelasku. Dengan suara tersendat dia menjelaskan apa yang sedang terjadi di rumahku. "Mbak. Ponsel Mas Riza tak diangkat. Aku juga takut ibu kandung Mas Riza diapa-apakan. Dia tengah melindungi Tika yang mau diseret ibunya!" Desiran darahku mendadak melaju cepat. Pikiranku tak karuan, terlebih Mbak Marni mengatakan hal yang sebenarnya sudah lama kutakutkan. Aku takut dendam lama antara kedua mertuaku itu pecah di rumah. Apalagi di depan anak-anak. Kuraih tas dan segera berpamitan dengan kepala sekolah. Beruntung beliau langsung mengizinkanku untuk pulang terlebih dahulu. "Kau sudah hilang kewarasan? Lihat anakmu kesakitan. Dia tak mau pulang. Hentikan menyiksanya seperti itu! Dia darah dagingmu!" teriak Ibu Safitri saat aku sampai di rumah. Kulihat Tika bersembunyi di balik tubuh ibu kandung Mas Riza yang dibal
Read more
BAB 118
Ibu KejamTeriakan Tika membuat lututku lemas sesaat. Tapi setelah itu aku berlari kencang untuk mengejar mereka yang hampir sampai pintu gerbang. "Bu! Lepaskan Tika. Ibu sudah gila? Benar apa yang diucapkan Tika?" Aku menahan tangan Tika sebelah kiri. Ibu terlihat murka, dia melotot penuh ke arahku. "Kau pikir aku akan menyerahkan anakku untuk dinikahi gembel tukang parkir itu? Jangan harap! Tika akan jauh lebih baik menjadi istri Pak Basri!""Apakah Ibu sudah gila? Pak Basri itu sudah punya tiga istri! Artinya Tika akan dijadikan istri ke empatnya? Apakah Ibu waras?""Jangan kurang ajar kamu, Vita! Tika itu anakku! Tentu saja aku tahu mana yang terbaik untuknya! Minggir!" Dia menyentak tanganku dengan kasar agar melepaskan tangan kiri Tika. Kesal, aku merutuk Mas Riza yang tak kunjung pulang. Apakah dia tak tahu di sini sedang ada keributan separah ini? "Bu, berpikirlah dengan tenang. Jangan grusa-grusu. Ingat yang sedang kita hadapi bukan perkara sepele. Jangan menambah dosa la
Read more
BAB 119
Ucapan Tika membuat ibunya tersenyum menang. Tak nampak belas kasihan sedikit pun di wajahnya pada anak perempuannya itu. "Kau mengambil keputusan yang tepat. Ibu tak akan pernah menjerumuskanmu ke lubang yang salah. Percayalah." ***"Kemana saja kamu, Mas? Adikmu berada dalam bahaya. Entah apa yang dilakukan ibunya pada anak itu! Ya Robbi…aku tak menyangka ada wanita sejahat itu," ucapku tanpa bisa menghentikan laju air mataku yang makin menderas. Entah mengapa aku sangat emosional melihat Mas Riza pulang lebih telat dari biasanya. "Maaf, Bun. Aku benar-benar tak bisa meninggalkan toko tadi." Mas Riza menyentuh kedua pundakku perlahan. Dihadapkannya tubuhku ke arahnya. "Kita ke rumah bapak sekarang?" tanyanya perlahan. Aku menatap wajahnya. Tak lama kuanggukkan kepalaku. Aku sangat khawatir dengan keadaan Tika saat ini. Mas Riza kuminta untuk membersihkan diri. Sementara itu kusiapkan makanan untuknya. Ibu yang tahu kami akan ke rumah bapak hanya menatapku penuh tanya. "Kuharap
Read more
BAB 120
Tika yang Malang"Kenapa? Tika lebih aman berada di sana. Pak Basri yang meminta Tika berada di sana hingga dia melahirkan. Dia ingin mengenal Tika lebih dekat, supaya saatnya tiba dia tak canggung." Ucapan Ibu lebih tepat diucapkan oleh seorang penyandang gangguan jiwa. Sangat kontras jika hal itu diucapkan oleh seorang ibu yang sebentar lagi akan memiliki cucu. "Kau tahu… bahkan ketiga istri Pak Basri tadi menyambut Tika dengan baik. Begitu pun anak-anak mereka. Ibu yakin… mereka akan menjadi keluarga yang harmonis," ucap ibu dengan mata berbinar. Lain denganku, tiba-tiba timbul rasa takutku Tika akan diperlakukan buruk oleh mereka. "Apakah Ibu sudah gila?!" Mas Riza mencekal lengan ibu sambungnya. Melihat tingkah wanita itu tanpa dosa aku menjadi semakin yakin kalau keputusannya kali ini benar-benar salah. "Sudah, Mas. Kita susul Tika ke rumah Pak Basri. Kita harus memastikan sendiri Tika baik-baik saja.""Kau bilang apa? Menyusul? Silahkan kalau kalian bisa menemukan Tika. Di
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status