Semua Bab Mesin Cuci: Bab 121 - Bab 130
162 Bab
BAB 121
Dengan wajah muram Mas Riza menjatuhkan bobotnya di atas sofa ruang tamu. Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Dia baru saja pulang dari rumah Pak Basri untuk memastikan keberadaan Tika. Melihat wajahnya yang seperti ini, aku tak yakin dia dalam keadaan baik-baik saja. "Tika benar-benar tak ada di sana. Mereka bilang ibu lah yang menginginkan Tika tak berada di rumah itu. Ibu malu jika Tika melahirkan anaknya di sini. Kebetulan Pak Basri juga punya rumah di tempat lain. Sayangnya mereka tak mau memberikan informasi di mana letak tempatnya. Bahkan Mas mengancam untuk melaporkan mereka ke polisi. Nampaknya tak berpengaruh banyak, mereka bergeming. Tetap tak memberi informasi rumah Pak Basri tersebut. Hanya saja mereka memastikan Tika baik-baik saja." Mas Riza menyugar rambutnya kasar. Aku tak bisa berkata banyak. Aku takut kata-kataku yang mengkhawatirkan Tika menambah beban pikiran laki-laki itu. "Apakah tak sebaiknya kita ke kantor polisi, Mas?" "Jangan dulu. Kita lihat pe
Baca selengkapnya
BAB 122
Kehadiran Pak Jaya"Mas… Mas Riza… ."Bibir Tika terlihat pucat. Wajahnya tak ubah seperti mayat hidup. Kedua matanya dihiasi lingkaran hitam yang semakin membuatnya makin memprihatinkan. Apalagi rambutnya. Aku curiga sekali dia tak sempat membersihkan tubuhnya setelah beberapa hari kepergiannya. "Mas Riza dan Tio mengangkat tubuh Tika yang merosot ke lantai rumahku. Aku segera ke dapur membuatkannya minuman hangat untuk mengembalikan kesadarannya. Kulihat ibu mencari minyak penghangat untuk tubuh di kotak obat. Kulihat Tio memalingkan wajahnya saat ibu membalurkan minyak beraroma menyengat itu di tubuh Tika. Aku sangat tersentuh dngan sikapnya. Meski di saat-saat genting seperti ini, dia tetap berusaha menjaga kehormatan adik iparku. "Apakah kita sebaiknya memanggil dokter?" tanya Tio yang tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya. "Sudah. Aku sudah menghubungi temanku yang dokter. Kebetulan dia dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. Dia akan langsung ke mari," ucapku yang di
Baca selengkapnya
BAB 123
"Brengs*k! Apakah kalian sudah gila? Orang-orangnya Pak Basri mencari Tika ke mana-mana. Kalian justru sengaja menyembunyikannya?" Ibu meradang. Dia merangsek masuk ke dalam kamar yang dihuni Tika. Sayangnya ibu kandung Mas Riza mencekal langkahnya. Matanya menatap nyalang pada wanita yang pernah menghancurkan hidupnya di masa lalu. "Berani melangkah satu kali saja, kupastikan Riza akan melaporkanmu ke polisi!" ancam ibu. Aku yang berada tak jauh dari Tika segera berdiri. Kulihat Ibu Sari tersenyum sinis. "Apa? Melaporkanku? Atas dasar apa? Kalian yang akan kulaporkan, berani menyembunyikan anakku di rumah ini!" "Apakah kau tahu bagaimana kondisi Tika saat ini? Apakah kau ingin lihat kondisi tubuhnya?" Ibu menyeret tangan wanita tak berperasaan itu. Tika yang terlihat ketakutan menyembunyikan tubuhnya di balik tubuhku. Dia memegang lenganku cukup kencang. Terasa sekali tangannya yang dingin saat menyentuh kulit lenganku. Ibu memaksa Tika untuk membuka baju yang menyelimuti tubuh
Baca selengkapnya
BAB 124
Rencana Mas Riza"Ingat, susah payah kau berjuang karena menginginkan anak itu hidup berkecukupan. Kau tak mau aku bertanggung jawab dengan anakku sendiri karena kau anggap aku tak becus memberikanmu harta berlimpah. Kau memfitnah temanmu sendiri, membuatnya terusir dari keluarganya. Lalu kini kau ingin menukar anak yang kau usahakan kehidupannya dengan begitu keras dengan menyerahkannya pada laki-laki yang bisa memberikanmu harta? Harta seperti apa lagi yang kau inginkan? Apakah kau tak takut anakmu mati karena tingkah liar si Basri itu? Bukankah kau tahu siapa laki-laki gila itu?"Ucapan Pak Jaya membuat Ibu Sari tak mampu berkata-kata. Sepertinya dia sudah tak punya kalimat lagi untuk diucapkan. Tanpa kuduga, wanita itu melesat pergi dari ruangan ini. "Jangan pernah bermimpi menukar Tika dengan ambisimu yang tak pernah ada ujungnya. Aku tak akan pernah memaafkanmu jika perbuatanmu membahayakan anak ini!" teriak Pak Jaya saat Ibu Sari melewatinya keluar. Suasana tiba-tiba hening.
Baca selengkapnya
BAB 125
"Safitri… tolong maafkan saya di masa lalu," ucap Pak Jaya saat aku bergabung dengan mereka di ruang tamu. Tika sudah mau kutinggal sebentar ke depan. Aku harus mengabarkan mereka mengenai apa yang sudah Tika alami selama beberapa hari ini. "Puluhan tahun lamanya aku menanggung beban sendiri. Saya merasa sangat berdosa padamu. Sari kubiarkan merusak keluargamu. Membuatmu terusir dari sini. Saya membiarkan ketidakadilan menimpamu. Mungkin inilah yang membuat saya harus menerima kenyataan pahit ini. Anak saya dua-duanya harus kehilangan kehormatannya sebelum pernikahan." Pak Jaya mengusap air matanya yang jatuh. Laki-laki paruh baya itu nampak sangat terpukul. Aku masih ingat betapa dia harus malu saat keributan beberapa bulan lalu di rumah mertuaku. Dia harus menanggung malu saat seorang laki-laki mengaku sebagai ayah dari anak yang dikandung Rahma. Padahal saat itu Rahma tengah meminta pertanggungjawaban pada Mas Riza yang akan menikahinya. Meski akhirnya rencana gila ibu mertua i
Baca selengkapnya
BAB 126
Keputusan "Saya rasa itu kurang tepat. Bahkan Tika belum tahu bahwa Anda adalah ayah kandungnya. Belum lagi tanggapan keluarga Bapak. Kurasa langkah itu belum tepat. Kita harus memikirkan perasaan berbagai pihak," timpal Mas Riza. Aku sepemikiran dengannya. Apakah langkah itu tak akan membawa dampak buruk bagi keluarga Pak Jaya sendiri? Jangan sampai kenyataan dan keberadaan Tika yang tiba-tiba justru merusak ketentraman keluarga Pak Jaya. "Aku punya ide lain. Mudah-mudahan dia aman di tempat itu." Mas Riza mengucapkan kalimat yang membuat kedua alisku bertaut. Apa yang dia rencanakan? "Saya akan membawanya ke pesantren milik orang tua temanku. Beberapa waktu lalu saya membicarakan hal ini dengannya. Alhamdulillah dia mau membantu mengamankan Tika untuk sementara. Paling tidak sampai dia melahirkan. Setelah dia melahirkan baru kita bicarakan langkah selanjutnya." Mas Riza memandang kami bergantian. Aku mengangguk setuju dengan pilihannya. Ibu dan Pak Jaya mengangguk setuju. Sek
Baca selengkapnya
BAB 127
Ibu menoleh ke arah Tika. Terlihat sekali dia amat mempedulikan anak ini. Meskipun Tika adalah anak dari wanita yang pernah menghancurkan hidupnya, dia tetap lembut padanya. Barang-barang Tika yang hanya satu tas besar diletakkan Mas Riza di ruangan yang ditunjukkan oleh Uztadzah Fatma. Dia istri dari ustadz Fahri, pengajar sekaligus pengurus di pondok pesantren yang lokasinya lumayan terpisah dari pemukiman penduduk. Tika nampak melihat sekelilingnya. Dia terlihat ragu melangkahkan kakinya. Kugenggam erat tangannya untuk menguatkanmenguatkannya adik iparku itu. "Bismillah, Mbak. Insyaallah Mbak Tika kerasan di sini," ucap Ustadzah Fatma yang nampak memahami kondisi Tika saat ini. Wanita itu tersenyum hangat hingga menampakkan barisan giginya yang putih. Wajahnya yang teduh itu menyiratkan keyakinan dengan apa yang diucapkannya. "Jika butuh apa-apa silahkan hubungi saya, Mbak Tika." "Tika. Panggil saja Tika." Tika menampakkan senyumnya yang sedikit dipaksa. Ustadzah Fatma mengusa
Baca selengkapnya
BAB 128
Penjelasan BapakKubuatkan segelas teh hangat untuk ibu mertua yang tengah duduk di ruang depan sambil menunggu kepulangan Mas Riza dari toko. Tidak seperti biasanya Mas Riza telat. Jika pun telat, biasanya Mas Riza akan menghubungiku agar aku tak mengkhawatirkannya. "Apakah Riza sudah menghubungimu?" tanya ibu saat aku meletakkan gelas di depannya. Aku menggeleng dan segera kuraih ponsel yang terletak jauh dari tempatku duduk. Belum ada balasan akan pesan-pesanku itu. "Kalau setengah jam lagi belum pulang akan aku susul ke toko, Bu," ucapku yang disambut anggukan kepala olehnya. Tak dapat dipungkiri, mata tuanya terlihat sekali mengkhawatirkan anak satu-satunya itu. Baru akan ke dalam mengambil makanan ringan untuk ibu, kudengar suara mobil Mas Riza masuk ke dalam halaman rumah. Kuikuti langkah ibu yang langsung mendekati Mas Riza. Begitu Mas Riza turun dari mobil, aku melihat pemandangan yang tak biasa. Wajah Mas Riza nampak lebam di bagian tulang pipinya. Bahkan ujung kiri bibi
Baca selengkapnya
BAB 129
Mas Riza menggeleng."Kelihatannya dia di bawah tekanan yang kuat. Dia tak mempedulikan keadaannya sendiri. Yang dia pedulikan hanya keberadaan Tika. Karena apa yang dia inginkan tak kunjung kuberitahu, akhirnya dia mulai menyerangku." "Benar-benar sudah gila! Kita harus benar-benar memastikan keamanan Tika. Jangan sampai dia menemukan anak itu. Jika tidak, kita bisa pastikan apa yang akan terjadi dengan Tika dan bayinya." Aku dan Mas Riza setuju dengan pendapat ibu. Setelah itu kuminta Mas Riza membersihkan tubuhnya. Hampir sudah jam delapan malam. Sudah pasti suamiku itu merasa lelah karena aktivitas serta kejadian tadi yang menimpanya. ***Suara ketukan pintu yang keras membuat mataku terjaga seketika. Kubangunkan Mas Riza yang langsung membuka matanya. Jam di dinding menunjukkan pukul satu malam. Entah siapa yang sudah membangunkan kami di tengah malam seperti ini. Rasa penasaran kami yang besar membuatku dan Mas Riza melangkah keluar kamar. Ternyata ibu mertuaku juga sudah b
Baca selengkapnya
BAB 130
Keributan di Pagi HariSemalaman bapak mertua terpaksa tidur di sofa ruang tamu. Kamar tamu sudah ditempati oleh ibu mertuaku. Sejak tadi malam ibu masuk ke dalam kamarnya dan belum keluar lagi hingga pagi ini. Aku tahu, keengganannya keluar disebabkan oleh keberadaan bapak mertuaku. "Bun. Ibu belum keluar?" tanya Mas Riza saat aku meletakkan panci untuk menjerang air di atas kompor. Aku menggeleng untuk menjawab pertanyaan suamiku. Mas Riza duduk di kursi tak jauh dari tempatku beraktivitas di dapur. Kusiapkan sayuran untuk kumasak pagi ini. Biasanya setiap pagi aku dan ibu mertua bahu-membahu menyelesaikan urusan dapur. Beruntung hari ini minggu, jadi aku tak perlu cepat-cepat menyelesaikan aktivitasku. "Mas bingung gimana cara ngomong ke bapak. Tidak baik dia di sini lama-lama. Orang akan menyangka tidak-tidak. Belum lagi ibu juga sepertinya tak berkenan dengan keberadaannya di sini. Tak bisa dipungkiri, ibu pasti tak nyaman dengan adanya bapak di sini," ucap Mas Riza memulai pe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status