All Chapters of KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU: Chapter 71 - Chapter 80
101 Chapters
Viral 2
Aku segera membuka aplikasi dengan logo F berwarna biru. Belum sempat aku mencari video viral, beberapa pesan masuk di aplikasi berwarna hijau. [Video itu benar, Nis][Astagfirullahalazim, apa tidak puas kamu menjadi istri kedua, Nis?][Sekali murahan akan tetap murahan.][Aku mau pakai dong, Nis!]Bulir demi bulir jatuh membasahi pipi, aku tak sanggup lagi membaca pesan yang merendahkan aku sebagai seorang perempuan. Kunonaktifkan ponsel. Melangkah gontai memasuki rumah, sesekali bulir jatuh membasahi hijab yang kukenakan. Aku tak sanggup lagi beradu pandang dengan orang lain. Rasa malu kian mendominasi, bagaimana bisa aku keluar rumah dengan tatapan mencemooh mereka hadiahkan padaku. Dunia memang kejam, para korban tindak asusila sering kali mendapat hujatan. Alih-alih mereka bersimpati dan memberi dukungan. Mereka justru tertawa di atas penderitaan. Orang-orang tak memiliki hati nurani, aib seseorang justru dijadikan topik perbincangan. Jadi benar, ibu-ibu yang tadi lewat tenga
Read more
Dia Ayah Nisa
Pov Bayu"Ceraikan dia, Bayu!"Aku diam sambil menggelengkan kepala, tak mungkin aku menceraikan Nisa, dia tengah mengandung anakku. Melangkah mendekati Mama, perlahan kutuntun lalu duduk di ruang keluarga. Sesaat kubiarkan Nisa menangis sambil memegangi koper besar berisi pakaiannya. Sesekali ia elus perut yang mulai terlihat membukit itu. Ruang keluarga tak terlalu jauh dari tempat Nisa berdiri sambil mengusap air mata yang membanjiri pipinya. "Kamu mau bela wanita mur*han seperti dia? Harusnya kamu dengarkan Mama, Bay. Cari istri yang jelas asal usul keluarganya. Bukan seperti ini. Dia bukan hanya melempar kotoran di wajah kamu, tapi juga di wajah mama. Mau ditaruh mana muka Mama ini, Bayu?" Mama menutup wajah dengan kedua telapak tangan, tubuhnya bergetar. “Harusnya kamu tak pernah menikah dengan Nisa,Bay. Harusnya kamu konsultasi ke dokter sebelum memutuskan menikah jika ujungnya akan seperti ini. Kamu mempermalukan Mama dan keluarga besar. Kalau saja Papa masih hidup,sudah
Read more
Dia Ayah Nisa 2
Pov BayuTak berapa lama terdengar suara pintu diketuk dari luar. Aku lekas berdiri, berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Menautkan dua alis ketika melihat Pak Burhan berada di depanku seorang diri. Apa kasus ini ditangani oleh beliau? Tapi bukankah beliau mau pensiun? Lagi dan lagi kepalaku dipenuhi tanda tanya. "Boleh saya masuk, Pak Bayu?" tanyanya menyentakku dari lamunan. Malu, ternyata aku justru melamun, memikirkan berbagi praduga hingga mengabaikan tamu di depan mata. "Silakan, Pak." Kupersilakan Pak Burhan duduk di sofa. "Maaf, ada perlu apa Pak Burhan datang kemari?" tanyaku pelan. "Saya tidak diberi minum, Pak? Hehehe... Percakapan kita akan panjang.""Astaghfirullah, maaf, Pak saya lupa."Dengan cepat aku menghubungi OB untuk membuatkan dua cangkir kopi dan mengirimkannya ke ruanganku. "Apa ini menyangkut kasus istri saya, Pak? Mungkin Pak Burhan yang menanganinya?" ucapku langsung setelah menjatuhkan bobot tepat di sebelah kiri Pak Burhan. "Saya tidak menangani
Read more
Pesan Ancaman
POV HANINDeru suara mobil terdengar memasuki halaman rumah. Perlahan aku berjalan menuju teras. Kusambut lelaki yang baru saja datang dari bekerja,berjuang untuk memenuhi kebutuhan kami. Aku selalu berdoa kepada Illahi Robbi agar lelah yang ia rasakan menjadi ladang pahala di mata Sang Pencipta.“Assalamualaikum,Mas,”ucapku saat Mas Bayu berjalan melewatiku tanpa mengucapkan salam apa lagi mencium kening ini.“Ya Allah ... maaf,Dek Mas tidak lihat kamu,” ucapnya seraya membalikkan badan kemudian berjalan mendekatiku yang ada di depan pintu.Apa aku seperti semut yang tak terlihat dalam jarak satu meter? Hingga ia tak mampu melihat wanita dengan perut membukit seperti ini. Atau Mas Bayu tengah melamun hingga tak sadar ada orang yang menantinya di teras depan. Ya mungkin dia sedang memikirkan masalah kantor yang begitu banyak.“Mas Bayu mau mandi atau minum kopi dulu?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.“Mandi dulu saja,Nin.” Mas Bayu melangkah menuju kamar di lantai bawah. Kamar tamu ya
Read more
Pesan Ancaman 2
"Hu hu hu, Ayah gak mau ke alun-alun, Bun?" Alma menangis sambil memeluk tubuhku. Aku harus bagaimana? Tubuhku saja mudah lelah, tak mungkin mengajak Azha, Alma dan Ali hanya ditemani Bi Leha. Aku tidak akan kuat. "Lho, Alma kenapa menangis?" tanya Natasya yang tiba-tiba berada di belakangku. Alma memeluk tubuh Natasya, ia curahkan isi hatinya. Tangisnya kian menjadi saat menceritakan penolakan ayahnya. "Nanti ke alun-alun sama Om dan Tante, ya? Sekarang Alma ganti baju dulu. Jangan lupa minta Kak Azha ganti baju juga, kita pergi sama-sama," ucap Natasya seraya mengelus surai hitam putriku. Alma melompat sambil berteriak senang. Air mata yang menetes lenyap seketika, kini hanya tawa yang memenuhi ruangan ini. Sesederhana kebahagiaan mereka, andai Mas Bayu sedikit mengalah, mungkin tak akan ada drama. "Raffi mana, Nat?" Kepalaku berputar, mencari sosok adik ipar yang belum nampak batang hidungnya. "Masih di luar, Mbak. Maaf tadi aku masuk begitu saja.""Tak apa, anggap saja ruma
Read more
Pesan Syahla
Pov Hanin"Astagfirullah ... Kamu diancam, Nin?" Mas Bayu menjatuhkan tubuh di sofa ia usap kasar wajahnya. Bukan hanya dia yang panik dan bingung aku pun demikian. Ancaman ini tidak main-main. Pelaku berniat mencelakai aku dan Nisa. Dia menyerang mental dan fisik kami. Dalam ancamannya ia selalu meminta kami meninggalkan Mas Bayu. Apa dalang ini ada sangkut pautnya dengan masa lalu suamiku? Tak heran jika Mas Bayu disukai banyak kaum hawa. Bukan hanya rupa yang tampan, ia juga memiliki tubuh atletis serta kekayaan yang membuat wanita tergila-gila padanya. Hingga akhirnya orang itu berbuat nekat seperti ini. Perlahan aku menggeser tubuh hingga semakin dekat dengan Mas Bayu. "Ada yang ingin aku tanyakan, Mas." Mas Bayu mendongkakkan kepala lalu menatapku penuh dengan tanda tanya. "Apa, Nin? Jangan tanya dalang semua ini, aku sendiri tidak tahu siapa yang berbuat segila ini. Satu yang pasti, bukti screenshot harus dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Besok sebelum berangkat ke ka
Read more
Pesan Syahla 2
Pov HaninAku menautkan alis membaca pesan darinya. Hal penting apa yang ia maksud? [Aku di rumah, La. Kamu langsung ke rumah saja, ya. Aku sedang tak enak badan.]Pesan sudah centang dua berwarna biru tapi Syahla tak kunjung mengirim balasan. Katanya ada hal penting, tapi ia tak kunjung menjawab. Aneh. Aku coba mengubungi nomor Syahla, tersambung tapi tak kunjung ia angkat. Apa ia masih sibuk? Tapi kenapa minta bertemu? [Aku tak bisa ke sana, Nin. Di sana banyak mata-mata. ]Mata-mata... apa maksud pesan Syahla? Dan siapa mata-mata yang ia maksud. Aku semakin bingung dam pusing dengan teka-teki ini. Tangan ini segera menari di layar ponsel, menanyakan maksud pesan terakhir yang baru saja ia kirim padaku. Namun belum sempat aku menekan tombol kirim, dua pesan dari Syahla kembali masuk ke aplikasi ini. [Ini tentang peneror keluarga kamu, Nin. Aku tidak bisa menjelaskan di sana. Itu terlalu berbahaya.][Peneror itu adalah orang terdekat kamu. Kemari tapi tolong sendirian, jangan ad
Read more
Dalang penculikan
Mata awas melihat sekeliling, mencari seseorang yang bisa kutanyai. Namun hingga sepuluh menit di sini, tak ada orang yang lewat. Mendadak rasa takut memenuhi isi kepalaku. Pikiran buruk datang silih berganti. Jangan-jangan aku tertipu, yang menghubungiku bukan Syahla tapi peneror itu. Ya Allah, kenapa aku bodoh sekali? Harusnya aku tak mudah percaya. Syahla pasti menelepon, bukan justru memintaku datang ke tempat sepi begini. Aku segera berjalan menuju mobil, pulang ke rumah adalah pilihan terbaik. Namun langkahku terhenti kala melihat seorang bapak menggendong karung berisi rumput berjalan mendekat ke arahku. "Ibu ngapain di sini? Ini sudah sore," ucapnya begitu ramah. "Arah ke kota di mana, ya, Pak? Sinyalnya tiba-tiba hilang, saya tidak tahu arah."Lelaki itu menunjuk arah ke belakang, aku segera membalikkan badan, mengikuti gerakan tangan bapak itu. "lurus saja, nanti setelah mentok belok ke kanan.""Terima kasih...."Aku tak bisa melanjutkan ucapan kala sebuah sapu tangan
Read more
Dalang Penculikan 2
"Tenang, aku tak akan melakukannya padamu, Nyonya Bayu." Lelaki itu membalikkan badan kemudian pergi setelah mengunci pintu kamar ini. Kami kembali terkurung dalam ruangan ini. Beruntung ada kamar mandi di dalam kamar ini, kalau tidak ... Aku tak bisa membayangkan akan jadi seperti apa. Mengandung di trimester ketiga membuat aku sering buang air kecil. "Kamu mengenalnya, Nin?" tanya Syahla dengan tatapan penuh tanda tanya. "Lelaki itu yang sudah memperkosa Nisa beberapa hari yang lalu.""A-apa! Diperkosa? Aku tidak salah dengar, kan?"Aku mulai menceritakan kronologi pemerkosaan yang Nisa alami. Bahkan pesan ancaman yang beberapa hari lalu menimpaku. Semua tak luput kuceritakan padanya. "Kamu juga diancam, Nin?" tanya Syahla lagi. "Iya, dan itu yang membuat Mas Bayu melarangku keluar rumah tanpa pengawal. Bodohnya... Aku justru datang kemari seorang diri. Ini namanya aku masuk ke mulut buaya, La.""Selama kamu menjadi istri Bayu, baru kali ini kamu mendapatkan ancaman lalu diculi
Read more
Azha Dan Alma Hilang
Pov Bayu"Ibu mana, Bi?" tanyaku kala melihat mobil Hanin tak ada di halaman rumah. Bahkan aku tak melihat istriku. "Ibu pergi, Pak. Tadi katanya pengen beli rujak es krim tapi dari tadi belum pulang juga. Ali rewel mencari Bu Hanin tapi Bu Hanin belum pulang juga," ucap Bi Leha seraya menepuk pantat Ali agar kembali tidur. "Hanin pergi sejak kapan, Bi?""Setelah dzuhur."Perasaanku semakin tak enak. Dari dhuhur hingga hampir magrib Hanin belum juga pulang, tak biasanya ia pergi tanpa berpamitan denganku. Padahal aku sudah mewanti-wanti agar ia tak pergi tanpa pengawal. Tapi kenapa dia tak mendengarkanku? "Bi Leha sudah menghubungi ibu?""Nomornya tidak aktif, Pak."Kepalaku berdenyut, hatiku tak tenang Hanin tak kunjung pulang. Aku rogoh benda pipih yang ada di saku jas. Tangan ini segera memencet dua belas digit nomor Hanin, tapi nomor itu tak aktif. Persis apa yang dikatakan Bi Leha. "Ya Tuhan ... Kamu ke mana, Nin?""Da ... da, mmmm ...." Ali kembali menangis mencari bundanya
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status