Lahat ng Kabanata ng Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke: Kabanata 21 - Kabanata 30
39 Kabanata
Bab 21 (tempat ini mengerikan)
"Apa Zalina sering terkena racun seperti ini? M-maksudku, dia sering sakit begitu? Dan semua orang menuduhku yang melakukannya?" tanya Ruby menggebu pada Elina. Ia masih ingat tentang kilasan masa lalu Ruby. Gadis itu bahkan berharap Theron tidak percaya seperti orang lain, akan tetapi, lelaki itu yang datang menuduhnya secara langsung. Menodongnya dengan pertanyaan yang Ruby tidak pahami. Sejahat itu memang. Dan mungkin, saat ini Theron juga percaya dengan rumor itu. Bahkan, Ruby bersiap memberi alasan jika lelaki itu datang menuduhnya yang tidak-tidak. Akan tetapi, saat sore menjelang, tak ada yang datang. Theron tidak menampakkan batang hidungnya. Sedangkan Ruby, memilih untuk mengurung diri di kamarnya. "Jika dihitung, ini sudah yang ke enam kali nona Zalina terkena racun selama tinggal di Istana. Entah itu datang dari makanan, atau minuman yang beliau konsumsi," jawab Elina membuat Ruby tertawa lirih. "Dan selalu aku yang dituduh meracuninya?" Anggukan dari Elina cukup membua
Magbasa pa
Bab 22 (seharusnya)
Beberapa hari berlalu, Kabar menyebar luas dengan cepat. Sebagian orang percaya bahwa Ruby dalang atas racun yang menimpa Zalina. Meski tidak ada bukti kuat, mereka tetap menyebarkan rumor itu hingga keluar Istana tanpa bisa dicegah. Bahkan Ruby sendiri pun, kini lebih sering mengurung dirinya dalam kamar. Tidak ingin menemui siapa pun, bahkan terkadang makanan yang telah pelayan siapkan untuknya masih bersisa. "Salam cahaya kekaisaran Darian, Yang Mulia Putra Mahkota." Sapa hormat Duke Edelmiro menunduk dalam. Theron memandang lelaki paruh baya itu dengan hati gelisah. Meski jelas kedatangan Duke jauh-jauh ke Istana untuk membahas pencucian dana. Tentu juga kabar tentang Ruby telah sampai ke telinganya. Akan tetapi, tidak biasanya Duke bersikap seperti ini. Bahkan ia seringkali acuh tak acuh. Ruby bisa membereskan semuanya sendiri. "Atas izin dari cahaya kekaisaran, bolehkah saya menjenguk Ruby? Saya dengar, dia kurang sehat akhir-akhir ini," ungkap Duke kemudian setelah mereka d
Magbasa pa
Bab 23 (bagaimana jika aku gagal?)
"Hahaha, kau benar Duke Arios," Hal yang paling Ruby benci saat ini adalah makan malam tamu kerajaan. Di mana semua orang berkumpul di meja makan bersama dengan beberapa bangsawan lainnya, termasuk Ruby dan sang Ayah. Serta Zalina membawa seorang laki-laki yang Ruby baru saja ketahui adalah kakak gadis itu. Menelisik lagi pada orang di sebelah Duke, Theron terlihat tidak menaruh minat pada percakapan dua pria setengah baya itu. Berada di tengah-tengah keduanya membuat Theron mau tak mau bereaksi dan memberi respon atas pembicaraan keduanya. "Silakan, dinikmati hidangan penutupnya," seru Ratu membuka suara di tengah candaan Raja dan Duke. Ruby menatap kosong ke arah camilan yang dihidangkan pelayan di hadapannya. Sungguh, pikiran Ruby saat ini tidak menentu. Masih banyak pertanyaan dalam kepala yang harus ia pecahkan dengan Elina malam ini. Bukan malah membuang waktu dengan kekakuan di meja makan. "Melihat camilan ini, aku teringat saat kita merantau di wilayah Santora. Kau ingat?
Magbasa pa
Ba 24 (apa kesalahanku sebesar itu?)
Ibukota Darian, Eurõbia kali ini lebih hangat dari sebelumnya. Matahari terik di luar sana sepertinya mampu membuat Ruby menghangat hingga peluh merembes dari pelipis. Dalam otaknya, gadis itu memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi. Seperti rumor yang beredar. "Memangnya kenapa? Apa yang terjadi? Kau ... bisa tidak jangan berbelit-belit!" cerca Ruby dengan nafas memburu. Tanpa sadar, kini ia mencengkram kedua bahu lelaki itu dengan kuat. Mata gadis itu membesar, keningnya terangkat, dan mulutnya sedikit terbuka. Berulang kali Theron mengalihkan pandangannya pada mata itu, akan tetapi kini bola matanya kembali turun ke arah bibir. Memilih menjauh, Theron menghembuskan nafas kasar. Tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan, lelaki itu malah menggapai kertas yang sudah lama tergeletak di lantai. Terang-terangan menghindari Ruby yang kini masih mengekorinya beserta pertanyaan-pertanyaan yang tidak ingin Theron jawab. Hanya saja, kenapa gadis itu begitu takut? "Hei! Ya
Magbasa pa
Bab 25 (tidak berhak)
Hidup Ruby yang penuh tekanan ini semakin jelas alurnya. Dipaksa orang tua untuk menjadi yang terdepan, dijauhi oleh sahabat yang ia cintai karena sudah memiliki kekasih, dan disudutkan semua orang seolah apa yang telah ia lakukan adalah kesalahan besar. Langkah Ruby seakan berhubungan. Merait kakinya hingga terjatuh ke dasar jurang. Dan saat ia tidak bisa lagi melangkah, Ruby memilih untuk mengakhiri hidupnya. Bodoh memang. Keputusan Ruby dulu dikuasai oleh emosi dan ego semata. "Haruskah aku mengulangi hal bodoh itu? Haha!" kekehnya masih fokus menatap ke arah buku di tangannya dengan pandangan kosong. Kemudian membalik lembarannya seakan bacaannya telah selesai. Saat ini, rasa ingin kembali ke dunianya dulu semakin besar. Apalagi ada racun yang mengancam. Ia tidak bisa hidup tenang meski kekayaannya melimpah, kemewahan di depan mata, dan mati muda sepertinya juga masuk dalam daftar jika saja reinkarnasi ini tidak terjadi. Ruby Edelmiro pasti tinggal nama. Namun, ada satu hal yan
Magbasa pa
Bab 26 (pantai Sandove)
'Saya bukanlah Ruby, sahabat anda' Kata-kata itu selalu terulang dalam benak Theron. Membawanya dalam kekeliruan. Hal yang Ruby ucapkan adalah kemustahilan. Akan tetapi, dawainya terdengar jelas di telinga dan didukung oleh sikapnya yang seperti orang asing. Menepis pemikiran itu, Theron kembali memandang dirinya sendiri. Ini semua karenanya, tentang apa yang telah Ruby lalui selama ini hingga membuat gadis itu menghapus dirinya sendiri. Ia adalah sahabat terburuk bagi Ruby. Kilau mata itu sangat jelas kecewa berulang kali, dan ia abaikan berulang kali pula. Ibunya benar, setelah semua yang ia lakukan, apa Ruby masih menganggapnya sebagai sahabat? "Kenapa berhenti?" Theron bertanya kala kereta yang ada di belakangnya tiba-tiba berhenti. Saat ini, perjalanan mereka masih jauh. "Saya minta maaf. Nona Ruby yang meminta untuk berhenti sejenak, Yang Mulia," jawab pengawal yang masih menunduk dalam di hadapan Theron. Kini, Theron masih di atas kudanya menoleh ke belakang dapati Ruby t
Magbasa pa
Bab 27 (sakit)
Hening sesaat. Hanya ada suara ban kereta berderek serta sepatu kuda yang menghiasi malam mereka. Theron masih senantiasa mengulurkan tangan, dan hingga sekarang belum juga ada sambutan. Pikiran Ruby berkelana jauh saat melihat tangan itu di hadapannya. Degupan di dadanya seakan lupa diri. Pun, kornea matanya tidak bisa untuk tidak memandang lekat ke arah wajah tampan itu. Di bawah cahaya lentera yang menerangi, Ruby mempertimbangkan banyak pemikiran. Jika saja yang di posisi saat ini adalah Ruby yang asli. Bagaimana responnya? "Untuk saat ini, jangan keras kepala, Ruby. Ini adalah satu-satunya cara," kata Theron lagi melihat keraguan di mata Ruby. Mau tak mau Ruby menyambut uluran tangan itu saat dirasa tubuhnya tidak kuat menahan dingin yang menusuk. Sementara itu, Theron yang mendapat balasan kini menggenggam tangan mungil itu dengan nyaman. Mengelus punggung tangannya guna menghantarkan kehangatan. Namun, sepertinya cara ini tidak begitu membantu. Tubuh Ruby masih gemetar dis
Magbasa pa
Bab 28 (Putri Edelmiro)
'Tolong ... jangan bergerak. Aku mungkin tidak bisa menahannya lagi.' Kata-kata itu terus saja berputar seperti rekaman rusak dalam kepala Ruby. Dan setiap suara itu terdengar, entah kenapa ia jadi merinding. Padahal, malam itu ia hanya mengadu. Bahwa sebagian tubuhnya masih ada yang dingin karena Theron yang menggertak. Namun, yang dilakukan lelaki itu selanjutnya sungguh di luar ekspektasi. Di saat dada mereka bersinggungan. Suhu tubuh Ruby berubah drastis. Keringat mulai bermunculan di pelipis. Karena merasa tidak nyaman, ia bergerak gelisah dalam pelukan erat itu. Dan akhirnya, lirihan Theron membuat Ruby menelan rasa malunya dalam diam. Sial! "Apa nona baik-baik saja?" Elina baru berani untuk bertanya setelah mereka sampai di desa Eris. Seharian penuh ia tidak berani bertanya tentang apa yang terjadi pada Ruby dan Theron malam itu. Setelah rombongan mereka sampai di penginapan, ia mendapat kabar kalau Ruby sakit dan Theron yang menemaninya. Akan tetapi, sakit apa hingga baju
Magbasa pa
Bab 29 (dia sudah mati)
Entah ini hanyalah ilusi atau permainan takdir. Waktu Ruby di desa Eris terasa begitu cepat dan urusan mereka juga hampir beres di bawah kendali Theron yang mereka sebut sebagai Jenderal Vladimir. Theron Vladimir Darian. Cukup mengejutkan bahwa rakyatnya tidak mengenal sama sekali wajah Putra Mahkota. Jujur, jika hanya Ruby yang memimpin kunjungan kali ini, mereka tidak mendapat apa pun karena ia yang bodoh. Akan tetapi, adanya Theron membuat semua masalah dapat terkendali. Bahkan, tak terasa seminggu sudah ia berada di sini. Malam ini adalah malam terakhir kunjungan mereka. "Suatu kehormatan jika tuan Putri berkenan untuk mencoba arak buatan kami," tawar wanita setengah baya menyodorkan cawan kayu dengan hormat. Di sela-sela kebisingan yang dibuat warga desa. Nyanyian dan tarian untuk merayakan keberhasilan mereka kecil-kecilan. Sekaligus, menjadi kenang-kenangan bagi rombongan Ruby yang besoknya akan meninggalkan desa kecuali Noe. Hampir saja Ruby meminumnya jika saja seseorang
Magbasa pa
Bab 30 (langkah awal)
Ruby memperhatikan kereta para Bangsawan satu persatu datang dengan lambang daerahnya masing-masing. Seminggu sudah Ruby kembali dari kunjungannya di desa Eris bersama Theron, lelaki itu langsung disibukkan dengan persiapan pesta yang sudah sebulan lalu direncanakan. Setelah perseteruan mereka malam itu, Ruby meninggalkan Theron yang masih terpaku di tempatnya. Menyaring kata-kata Ruby yang menurutnya tidak masuk akal. Dan kepulangan mereka kemudian, dipenuhi kesuraman hingga empat hari berlangsung. Hingga sekarang, batang hidung Theron pun tidak terlihat setelah Ruby dipindahkan ke Istana Utara. Banyak tamu Bangsawan yang akan datang, dan tempat Ruby sebagai Putri Duke harus lebih tinggi dari pada mereka. Dan tempat itu adalah di sebelah kanan kamar Theron. Ya, tempat sebelah kiri adalah milik Zalina. Bukankah ini seperti dia memiliki selir? "Pria brengsek itu ... " Ruby menggertakan gigi sembari menonton para gadis yang terlihat sangat bersemangat saat menjarah pemukiman kerajaa
Magbasa pa
PREV
1234
DMCA.com Protection Status