Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke

Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke

Oleh:  This_liaau  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
39Bab
2.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ruby adalah gadis zaman milenial yang tidak sengaja menempati tubuh orang di masa lalu yang bernama sama sepertinya. Dan saat menjalani kehidupan barunya, Ruby tidak kuat. Ia ingin bebas dari rasa sakit yang membelenggu dan merenggut jiwa sang pemilik tubuh. Namun, di tengah rencananya Ruby dilema. Ia bimbang akan perasaannya sendiri. Entah ini perasaan murni miliknya, atau memang milik tubuh yang ia tempati sekarang.

Lihat lebih banyak
Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
39 Bab
Bab 1 (orang-orang asing)
"Ke mana lagi aku harus pergi?" gumam seseorang terdengar jelas di telinga Ruby. Ruby menoleh. Menatap ke sekeliling. Kosong. Di mana dia sekarang? Semuanya terlihat gelap, petir mulai menyambar hingga kilatnya membuat Ruby terpekik. Tubuhnya basah kuyup. Ia menggigil. "Yang Mulia! Anda benar-benar mencintai nona Zalina?" lagi, suara itu menyapa telinga Ruby hingga menjalarkan sakit ke seluruh tubuh. Sekali lagi, Ruby mengedarkan pandangan. Mencari sumber suara yang sepertinya begitu dekat. Hingga ia menemukan sosok gadis yang basah kuyup. Sama seperti dirinya. Dengan gaun yang kotor, gadis itu menangis. Terduduk di tepi danau yang tertelan dalam kegelapan. "Iya," jawab seseorang. Kali ini bukan suara gadis, akan tetapi suara berat milik seorang laki-laki. Lagi-lagi Ruby memutar tubuhnya untuk mencari sumber suara. Apa ada orang lain selaim dirinya dan gadis itu? Namun, nihil. Ia tak menemukan seorang pun. Ruby lagi-lagi berpaling ke arah gadis yang berada di tepi danau. Keadaanny
Baca selengkapnya
Bab 2 (kesialan atau keberuntungan?)
"Sinar mentari dan kejayaan bagi kota Darian, Yang Mulia Putra Mahkota." Pria setengah baya itu mengangkat sebelah tangannya di dada dengan patuh dan tunduk pada lelaki yang ada di depannya tengah duduk angkuh memperhatikan pergerakan lawan bicaranya. "Ruby ... apa dia berulah lagi?" tanya lelaki itu tersirat rasa khawatir dalam kalimatnya nan dingin. Seberapa pun ia berusaha membenci, tetap saja dirinya tidak bisa mengabaikan. "Tidak sama sekali, Yang Mulia. Dari pemeriksaan saya, nona Ruby kehilangan sebagian ingatannya tentang tempat ini, bahkan marganya sendiri, dia tidak bisa mengingatnya," kata Tabib itu setengah membela pada keadaan Ruby yang terdengar tidak baik-baik saja. "Dia bahkan lupa dengan apa yang membuatnya tidak sadarkan diri selama tujuh hari, dan dia tidak tahu siapa yang menyelamatkannya dari kematian, Yang Mulia," sambungnya lagi. "Apa ini adalah alibinya agar tidak dihakimi akan tindak kejahatannya pada Zalina?" beo Theron datar. "Ruby ingin lari dari tanggun
Baca selengkapnya
Bab 3 (rasa benci)
Akhirnya kau bangun juga, Ruby!" Suara berat nan dingin itu menginterupsi seluruh ruangan hingga membuatnya senyap. Perawakan tinggi dengan wajah yang tegas membuat siapa pun tak berani menatap sosok itu. Sosok yang membuat bulu kuduk Ruby berdiri karena auranya yang menakutkan. Siapa dia? Semenjak lelaki asing itu masuk, Ruby tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah tampan itu. Ruby masih tidak percaya ada patung Yunani tengah berjalan dengan ekspresi datarnya seolah menusuk Ruby yang tengah duduk tenang. "Yang Mulia datang?" Elina membungkuk sembilan puluh derajat dengan senyum haru terpatri di bibir manisnya. Sementara Ruby hanya mengernyit. "Keselamatan dan kesejahteraan bagi rakyat Darian!" Ruby masih terpaku di tempatnya. Otaknya bertanya-tanya tentang lelaki yang sudah ada di depannya saat ini. Gadis itu sedikit mendongak untuk membalas tatapannya. "Hm," satu gumaman dengan seribu makna ambigu itu diangguki semua pelayan termasuk Elina. Mereka keluar tanpa menatap ora
Baca selengkapnya
Bab 4 (mimpi aneh)
Mimpi aneh. Suasana hari ini begitu tenang, tetapi tidak dengan hati Ruby. Rasa gelisah menghantuinya. Mimpi itu, bukankah memiliki dialog yang sama? Jika malam itu Ruby hanya mendengar, kali ini ia memerankannya sendiri. Perdebatan itu terjadi di dalam kamar ini. Dengan lelaki yang mengunjunginya tempo hari. "Baiklah, anggap saja aku Ruby dan aku mencintai pria 'Yang Mulia' itu. Lalu, aku mundur karena dia sudah memiliki kekasih. Zalina, 'kan? Dia kandidat Putri Mahkota selain aku. Dan kenapa aku harus bunuh diri hanya karena putus cinta? Bodoh!" Gumam Ruby mondar-mandir mengelilingi kamarnya. "Lalu, kalau sudah tau si 'Yang Mulia' itu pasti memilih kekasihnya kenapa aku harus ikut sayembara ini? Apa-apaan? Mereka ingin aku menanggung malu? Di mana keluargaku? Ke mana mereka? Apa mereka membuangku? Bukankah aku anak tunggal? Kenapa tega sekali, sih." Lanjutnya lagi diakhiri dengan memukul meja rias. "Dan jika aku bukan orang yang dia suka, anggap saja lah ini perjodohan seperti di
Baca selengkapnya
Bab 5 (antara kekasih dan sahabat)
"Eron? Aku bersumpah tidak pernah sedikit pun memikirkan untuk mencelakai nona Zalina, kau pasti tahu itu, kau sangat mengenalku!" lirihnya dengan suara bergetar. Kecewa. Ruby mendesis menatap wajah Theron yang terlihat sangat kalut. Lelaki itu enggan menatap Ruby yang sudah menggebu-gebu. "Aku dulu memang sangat mengenalmu, tapi aku tidak yakin karena kau pasti akan memihak Ayahmu. Mulai sekarang panggil aku dengan sebutan formal, itu terdengar tidak sopan karena kita hanya sebatas sahabat!" balas Theron sukses membuat air mata Ruby menetes. Ruby tersenyum lirih, "semenjak datangnya perempuan itu kau tidak lagi terlihat seperti sahabatku, Yang Mulia!" Ruby rasa, dadanya akan meledak seiring denyutan rasa sakit itu seolah membelah hatinya menjadi kepingan yang berserakan. Satu kata yang ia dengar dari ucapan Theron mampu menusuknya hingga bagian terdalam. "Jaga mulutmu Ruby!" ancamnya lagi. "Kenapa? Kau keberatan karena aku membawa-bawa kekasihmu itu? Lalu apa yang kau perbuat s
Baca selengkapnya
Bab 6 (aku bukan Ruby)
Geming. Hening sesaat karena Zalina tidak langsung menjawab. Gadis itu mengerjap cepat. Mungkin dia sendiri juga tidak sadar dengan apa yang baru saja terucap dari mulut kecilnya. "Saya ... tidak bermaksud demikian. Tapi anda malah menyimpulkan hal itu sendiri," bantahnya dengan senyuman lembut. Sedikit gugup dengan tatapan tajam milik Ruby. "Tidak bermaksud demikian? Lalu apa maksudnya, kekhawatiranmu dengan sayembara saat aku hilang? Maaf nona, kita ini saingan. Aku paham perasaanmu, siapa saja pasti ingin menang tanpa berusaha, 'bukan?" balas Ruby dengan tatapan remeh. Zalina mengepalkan tangannya dengan kuat. Seharusnya, Ruby menghindar seperti biasa. Bukan malah menanggapi ucapannya. Kali ini, mengapa gadis itu menohoknya dengan kata-kata yang tidak biasa. Seolah tidak takut akan aduannya pada Theron? "Nona Ruby, saya bukan orang yang seperti anda ucap—" "Tapi kau tenang saja, aku bukanlah Ruby yang terobsesi akan tahta. Kau dan Putra Mahkota saling mencintai, maka lebih baik
Baca selengkapnya
Bab 7 (penghinaan)
"Ada apa ini?" tanya seseorang menyela. Astaga, pas sekali. Sang pahlawan telah datang di waktu yang tepat untuk menyalahkan Ruby. Kenapa ia merasa de javu dalam hal ini? Seolah ini sudah terjadi berkali-kali dalam hidupnya dan membuat Ruby mati rasa untuk menanggapi hal ini. "Salam kebahagiaan dan keselamatan Darian, Putra Mahkota," ucap Zalina di iringi semua orang kecuali Ruby yang masih memalingkan wajahnya kesal. Dasar muka dua. "Zalina, apa yang terjadi? Aku mempercayaimu untuk menjelaskan semua ini," seru Theron pada Zalina kemudian membantunya untuk berdiri tegak. Sementara Ruby lagi-lagi mendecih. Drama Queen. Asataga! Kenapa ia kesal sekali? "Saya tidak apa, Yang Mulia. Mungkin, nona Ruby belum sepenuhnya sembuh, saya yang salah di sini," tutur gadis itu dengan senyuman yang menawan, dan mata berbinar. "Seharusnya saya tidak datang kesini dan memancing keributan," tandasnya kemudian. Rahang Theron mengeras melihat Zalina yang lembut dan rapuh kemudian menatap Ruby ya
Baca selengkapnya
Bab 8 (pulang)
Cuaca pagi menjelang siang kali ini begitu baik. Matahari menyembunyikan diri di sebalik awan hingga cahayanya tidak menyengat. Angin berhembus sedikit kencang hingga menerbangkan kelopak-kelopak bunga ke arah Ruby yang terduduk kaku di hadapan sang Ratu. Sesekali, gadis itu membenarkan surainya yang menutupi wajah karena tersapu angin. Sementara Ratu menatapnya dengan tatapan menilai. Sorot mata Ruby berubah ketakutan. Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benaknya kini menjadi buyar. Apa Ratu akan memihaknya? Atau sebaliknya ia malah dihukum? "Maaf baru bisa mengunjungimu, Ruby," tutur Ratu membuka obrolan setelah mereka berdiam cukup lama. "Ah, tidak masalah, Yang Mulia." Ruby menunduk. Menggenggam cangkir kaca miliknya yang ada di atas meja. Ratu tersenyum, menatap Ruby dengan penuh kelembutan. Dia anak yang berbeda. Benar kata Theron, Ruby terlihat seperti bukan dirinya. Cara menatap, bicara, dan perilakunya terasa sangatlah asing. Dia terlihat seperti orang lain. "Bagaimana
Baca selengkapnya
Bab 9 (kemarahan Putra Mahkota)
-Braaakkk- "Kenapa tak ada yang memberitahuku kalau Ruby pulang ke Mansion Duke?" "M-maaf Yang Mulia, tapi, yang mulia Ratu melarang kami untuk memberitahu anda," Theron semakin mengeraskan kepalan tangannya. Urat-uratnya menonjol keluar dengan nafas memburu menahan emosi untuk memukul pengawal yang berjaga di istana wilayah Ruby. Padahal dia yang memerintahkan mereka untuk berjaga di sana. Tetapi kenapa perintah Ratu yang dituruti? Lelaki itu mendesis tajam. Apa gadis itu benar-benar lupa apa yang dilakukan oleh Duke jika ia pulang dengan tangan kosong. Apalagi saat ini status Putri Mahkota masih tidak jelas antara Ruby atau Zalina. Duke, Ayahnya Ruby pasti akan melakukan sesuatu pada gadis itu. Theron menyugar rambutnya kasar. Tangan kekarnya dengan mudah merobek jubah kebesaran yang tengah ia pakai selama latihan berperang. Lagi-lagi ia memukul meja sebagai pelampiasan kekesalannya. Andai saat itu Theron percaya kalau Ruby benar-benar lupa ingatan. Ia pasti akan memperbaiki hu
Baca selengkapnya
Bab 10 (neraka yang sebenarnya)
Kacau. Ruby pikir, ini semua akan berjalan sesuai rencana. Pertemuan pertama Theron dengan gadis itu, ia pikir hanya sekilas. Namun ternyata membekas bagi keduanya hingga tumbuhlah benih-benih asmara yang membuat Ruby terlupakan. Tersingkir dari posisinya. "Lihat, dia sangat manis, 'bukan?" kekeh Theron di samping Ruby memandang ke arah Zalina saat pesta Lady sedang berlangsung di Istana. "Kupikir, aku telah menyukainya. Aku jatuh cinta, Ruby." Kata-kata itu, seperti tanda bahaya yang mengelilingi Ruby. Sifat Theron berubah setelahnya. Para bangsawan membelah menjadi dua kubu dan mulai mengajukan banding atas posisi Putri Mahkota yang sudah pasti di isi oleh Ruby. Raja dan Ratu tidak punya pilihan saat Zalina juga dikenal banyak orang dengan kebaikannya, keelokannya, serta lemah lembut sifatnya. Berbeda dengan Ruby yang jauh lebih tegas dan keras. Sifat alami keluarga Duke Edelmiro. Dan setelahnya, banding diterima. Theron bahkan dengan antusias menyambut kedatangan Zalina ke Ista
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status