All Chapters of SKANDAL PUTRI SAH PRESIDEN: Chapter 31 - Chapter 40
113 Chapters
TIGA PULUH SATU
Satu bulan kemudian.Fendi minum yoghurt strawberry sambil melihat hasil laporan yang dikirim Hendra dari email. Setelah lima tahun di penjara, akhirnya dia bisa menggunakan handphone.Yah, sebenarnya Fendi bisa menggunakan akses privasi menggunakan uang, namun dia terlalu malas menggunakannya. Alasan yang paling utama adalah hutang budi, Fendi benci dengan namanya hutang budi pada keluarga yang sudah melakukan banyak kejahatan demi ambisi.Fendi lebih suka kaya dengan uang sendiri. Meskipun tidak dimulai dari nol, karena dia melarikan diri juga berkat bantuan kakak kedua saat ini menjadi kepala keluarga.Bora juga sudah melaksanakan ujian paket dan lulus, tinggal menunggu jadwal kuliah.Selain itu-Fendi membaca kembali laporan yang diberikan Hendra. "Kamu melakukan kecurangan?"Bora yang sedang makan bubur di pagi hari, mendongak ketika suaminya bertanya. "Hm?""Aku tidak akan mengulang pertanyaan, kamu pasti sudah mendengarnya. Kamu lolos dan masuk tahap selanjutnya, apakah yang me
Read more
TIGA PULUH DUA
Fendi segera menangkap burung pemenang itu dan tertawa mengejek. "Akhirnya aku dapat! Kamu tidak akan bisa mendapatkan ini hahahaha- lato-lato sebentar lagi ada di tangan aku!"Bora menjadi kesal dengan perilaku kekanak-kanakan Fendi. Kenapa pria berusia tiga puluh delapan tahun yang sudah menikah dan memiliki anak banyak, terobsesi dengan mainan lato-lato dan juga semua makanan atau minuman rasa strawberry?Fendi memasukan burung itu ke dalam keranjang rio berwarna merah dan tertawa mengejek. "Kita akan makan malam enak."Burung di dalam keranjang itu menggigil ketakutan.Fendi bertanya pada Bora. "Kita bawa kemana burung ini?""Ah, kita harus membawanya ke pemiliknya." Bora tersadar dari lamunan. "Aku tidak sabar mendapatkan uang sebanyak itu." Fendi tertawa.Bora menatap curiga Fendi.Tidak lama, mereka mencapai rumah pemilik burung pemenang itu, pemilik rumah menyambutnya dengan hangat."Terima kasih sudah menangkapnya, saya berusaha keras mencari tapi tidak ketemu sama sekali. T
Read more
TIGA PULUH TIGA
Beberapa hari kemudian, pengumuman pemilu disiarkan secara serentak, Walikota Aji yang sudah mengundurkan diri beberapa hari setelah pemilu, berhasil mendapatkan kursi presiden Indonesia.Sebagian besar rakyat Indonesia memberikan ucapan selamat dan juga optimis dengan kehadiran Aji. "Pak Aji!""Selamat, Pak Aji!""Pak Aji, jangan lupa dengan janji anda!""Pak Aji!""Pak Aji!"Pendukung Aji berkumpul di depan rumah dan berteriak kagum.Program Televisi hanya menyiarkan Aji dan keluarganya yang baru keluar dari rumah dan melambaikan tangan ke arah wartawan. Keluarga harmonis yang menjadi impian bagi semua orang. Bora duduk di depan tv tabung bersama Fendi yang sedang makan mile crepes rasa strawberry.Hari ini mereka berdua berhasil mendapatkan uang lagi, meskipun tidak terlalu banyak.Bora menghela napas panjang. "Kita tidak bisa terus-terusan seperti ini, harus punya penghasilan tambahan.""Mhm?" Fendi menoleh. "Jadi kamu tidak khawatir tentang yang di tv?""Hah?""Kamu tidak mengh
Read more
TIGA PULUH EMPAT
Pov Fendi.Apa yang paling menyedihkan ketika memiliki rumah dan keluarga, tapi merasa mereka tidak pernah ada ataupun hadir di dalam kehidupan kita?"Fendi, kenapa kamu di sana? Apakah kamu ingin menghalangi kakak kamu?"Aku bisa mendengar omelan ibu lagi, semakin lama aku membencinya."Fendi, turuti perkataan kakak kamu.""Fendi, kamu memang anak bungsu. Tapi seharusnya bisa bersikap dewasa dengan kakak kamu."Hah! Dewasa apa yang dimaksud ibu? Menghamili banyak wanita lalu digugurkan dan diberikan banyak uang? Semenjak Ibu terlalu memanjakan kakak, aku jadi tidak bisa bebas lagi. Tahu kenapa aku bicara seperti itu? Karena kakak pertama membuat ulah.Setiap ibu menghukum aku, kakak selalu melontarkan ejekan diam-diam atau menakut-nakuti aku."Fendi, apakah kamu tahu kalau kelahiranmu itu tidak diharapkan keluarga kita?"Aku tahu dan tidak mau tahu."Sebenarnya, ibu hanya ingin kehadiran aku dan Hendra. Namun ternyata kamu lahir tanpa diharapkan, menjadi anak bungsu. Apakah kamu suka
Read more
TIGA PULUH LIMA
Pov FendiAku tahu bagaimana rasanya disakiti oleh orang terdekat, lalu berusaha menahan senyum, bertanya pada lawan bicaraku. "Apakah itu sakit?"Entah kenapa pertanyaanku terasa bodoh sekali, tentu saja pasti menyakitkan untuk anak perempuan lemah macam Bora yang tidak pernah olah raga, lihat saja tubuh kurusnya dan postur bertahan tapi tidak punya pertahanan sama sekali. Aku bisa melihat raut wajah terkejut Bora, seolah baru pertama kali mendengar pertanyaan itu. Lalu dia memaksakan senyum. "Jatuh dari tangga tentu saja sangat menyakitkan, tapi lebih sakit ketika Papa melihat langsung kejadian itu, tapi tetap membela Laras."Aku tidak menjawab, selain karena tidak paham, masalah dia juga bukan urusanku."Saya akan menjadi Presiden masa depan, tapi saya juga pasti akan menghadapi kematian di masa depan. Karena itu, tolong menikahlah dengan saya."Aku menolak dan hendak pergi dari ruangan itu, bukankah dia anak gila yang hanya ingin berambisi mengalahkan keluarganya? Aku sendiri jug
Read more
TIGA PULUH ENAM
"Hm? Apa kamu tidak jajan?" Fendi yang sedang gosok gigi dengan mata mengantuk, sontak menoleh ke Bora yang berdiri di sampingnya. Mereka berdua berdiri di depan wastafel dekat cuci piring. "Apa?" tanyaku dengan mulut penuh busa dan sikat gigi di dalam mulut.Bora yang sedang menggosok wajah dan tidak peduli dengan kejorokan Fendi, menegurnya dengan tenang. "Beberapa hari ini aku tidak mimpi Bern, kira-kira kenapa ya?" Fendi menyelesaikan sikat gigi lalu berkumur. "Jangan membelokkan pembicaraan. Jelas-jelas kamu tadi bilang masalah jajan.""Salah dengar.""Kamu berdiri di sampingku dan bicara dengan jelas, mana mungkin aku salah dengar!""Anggap saja tidak pernah bertanya."Kedua mata Fendi menyipit curiga. "Hm? Jangan bilang kamu mau memberikan aku uang untuk jajan. Beli es saja sudah mengomel.""Itu karena kamu minta es krim mahal.""Aku lebih suka es krim merek itu, rasa strawberrynya terasa selain itu-"Bora menghela napas panjang. "Bukan jajan itu yang aku maksud.""Lalu jajan
Read more
TIGA PULUH TUJUH (21+)
Tangan Bora mulai pegal karena harus bergerak naik turun, antara takjub dan geli, dia bertanya pada Fendi. "Apakah hanya dengan begini, kamu puas?" Fendi tidak menjawab, dahi berkerut dan napasnya semakin berat. Bora merasa ada yang salah dan menghentikan tangannya. Suara Fendi berubah serak, dia memberikan perintah di telinga Bora. "Lanjutkan, apakah kamu ingin menyiksa aku?" Baru pertama kali Bora menghadapi hal seperti ini, sedikit menakutkan namun juga penasaran. Rasanya pun menggelikan. Fendi berusaha menahan diri untuk tidak menyentuh Bora dan hanya menyandarkan kepala ke pundak istri kecilnya sementara Bora tidak berani menggerakan tubuh, hanya menggerakan tangannya sementara pergelangan tangannya dipegang Fendi untuk mengajarkan Bora, bagaimana cara bergerak. "Apakah nyaman?" tanya Bora. Fendi mengerutkan kening dan menggeram kecil. "Gerakkan... lebih... cepat..." katanya dengan terengah-engah. Sudah berapa lama tidak melampiaskan hal ini? Tiga bulan? Enam bulan? Atau sa
Read more
TIGA PULUH DELAPAN
Tiga hari kemudian, Bora dan Fendi melihat papan pengumuman penerimaan mahasiswa yang masuk ke dalam kategori penerima beasiswa, jarang ada universitas mahal dan juga terkenal, mau membuka jalur beasiswa penuh.Bora membaca di bagian list akhir nama-nama mahasiswa, tidak ada namanya yang muncul. Dia menjadi cemas.Fendi yang berdiri di belakang Bora, melihat di bagian atas pengumuman penerima mahasiswa dan terkejut sambil menepuk kedua bahu anak perempuan di depannya.Bora menoleh ke belakang. "Apa?""Kamu ikut ujian yang diberikan universitas bukan?""Ya." Bora mengangguk singkat."Lihat, nama kamu di paling atas."Bora tidak percaya dengan pendengarannya lalu melihat arah yang ditunjuk Fendi. Benar, namanya ada di nomor satu, bukan paling akhir, "Biasanya peringkat tiga teratas, mendapat beasiswa penuh, kamu mendapatkannya Bora."Bora tidak percaya, dirinya satu tahun tidak sekolah dan mulai melupakan pelajaran, Hanya satu bulan jadwalnya padat untuk belajar sekaligus mencari uang,
Read more
TIGA PULUH SEMBILAN
Pada kenyataannya Fendi dan Bora memang belum melakukan hubungan suami istri di atas ranjang, tapi kelakuan mereka yang salah tingkah, membuat orang yang bertanya sekaligus melihat, menjadi salah paham.Ditya tidak begitu paham hubungan seperti itu, karena yang ada di otaknya hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Dia percaya begitu saja. "Oh."Hendra dan istrinya bukan orang usil, mereka tidak akan ikut campur masalah orang lain. Fendi mengalihkan pembicaraan, dan bicara ke istrinya. "Bora, karena sertifikat sudah ada di tangan kamu- apakah kamu mau pindah rumah?"Bora mengangguk cepat, bahaya jika mereka berdua terus-terusan berada satu kamar. "Ya, aku tidak punya banyak barang, jadi kita bisa pindah secepatnya."Fendi lega mendengarnya, Bora sangat pelit dalam pengeluaran rumah tangga sehingga dia takut kalau sang istri menolak pindah dengan alasan uang. Hendra bertanya ke Fendi. "Beberapa hari ini, aku sudah memikirkannya- apakah kamu tidak ingin bekerja di salah satu firma kenalan
Read more
EMPAT PULUH
Kedua mata Bora berkedip ketika melihat wanita yang ada di dalam foto duduk di atas paha seorang pria bertubuh gemuk dan tangan wanita itu bersandar di bahu pria itu dengan tubuh melengkung ke belakang.Bora mengalihkan tatapannya ke Fendi dan menatap kasihan suaminya.Fendi menatap bingung Bora karena perubahan sikapnya. "Ada apa?"Bora mengalihkan tatapannya lagi ke profesor, lalu menurunkan tangan Fendi. "Apakah dia selingkuh dengan banyak pria?"Hendra menaikan kedua alis dan berpura-pura tidak paham. "Dia siapa yang kamu maksud?"Bora melirik Fendi sekilas, lalu kembali menatap Hendra. "Rina."Fendi terperangah. "Tunggu! Apa maksud kamu bicara seperti itu? Apakah kamu bekerja sama dengan kakak dan-"Bora menatap Fendi. "Profesor punya rekamannya.""Apa?""Jika kamu tidak percaya, bisa lihat sendiri. Itu bukan jebakan sama sekalu."Fendi bangkit dari kursi dan marah ke Bora. "Apakah kalian sudah menduga akan muncul hal seperti ini? Kakakku jelas menjebak Rina karena tidak suka aku
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status