Semua Bab Terjebak di Dunia Lain: Bab 61 - Bab 70
227 Bab
61. Badar Tercengang
Hujan mulai reda, namun Badar enggan meninggalkan rumah itu. Dia sudah mengirimkan pesan pada isterinya jika dia akan pulang pada malam hari. Selang setengah jam kemudian, Budi datang membawa pesanan. Dari kantong plastiknya, Badar yakin jika soto ayamnya masih panas. Dia segera bergegas ke dapur dan menyalin makanan itu ke dalam mangkuk. Tak lama kemudian dia masuk ke dalam kamar dan membangunkan Nela yang sudah tertidur. Ningsih terlihat masih tetap duduk di kursi, seakan menunjuklan jika dia sangat perduli pada anak tirinya."Apa itu ?" tanya Ningsih saat melihat Badar membawa mangkuk dan membangunkan Nela.Badar tak menjawabnya. Dia meletakkan soto ayam di meja belajar dan membangunkan Nela dengan pelan."Nela, ayo bangun sayang, perutmu sedang kosong dan kau harus minum obat," Badar mengguncang perlahan tubuh kurus Nela.Nela menggeliat dan bangun perlahan. Dilihatnya pamannya mengambil mangkok dari atas mejanya, gadis cantik ini masih trauma, sehingga dia menggeleng dengan kera
Baca selengkapnya
62. Kukira kau masih manusia
Seorang wanita cantik datang memberi salam, Ningsih keluar dan memandangi tamu itu dari ujung kaki sampai ujung rambut. Wanita berparas ayu dan anggun berdiri di depan pintu."Maaf ada apa ?" tanya Ningsih dengan ketus."Saya Karmila isterinya Badar."Ningsih sudah menduganya, dia lalu bersikap seolah-olah tidak menginginkan kehadiran wanita itu di rumahnya."Kupikir kalian punya rumah, mengapa mencari suamimu di sini ?"Karmila yang sudah mendengar cerita soal ibu tiri Nela ini hanya tersenyum simpul mendengar ucapan tuan rumah yang tidak tau diri ini."Anda benar nyonya, aku datang bukan untuk mencari Badar, aku datang untuk melihat Nela, bolehkah aku masuk ?" Karmila masih dengan sabar meladeni Ningsih."Nela sedang tidur." Jawabnya sambil menutup pintu.Dari perlakuannya, Karmila sudah bisa menduga karakter buruk Ningsih. Dia sudah bisa membayangkan apa yang di alami Nela hidup bersama ibu tiri yang jahat ini. Karmila dudul di teras walau tidak ada yang mempersilahkan, dia menungg
Baca selengkapnya
63. Kehadiran Sonu Batista
Baru sekarang Nela benar-benar merasakan perhatian dari seorang ibu. Karmila merawatnya dengan sangat baik. Setelah tiga hari berlalu Nela sembuh dari sakitnya. Selama itu pula Ningsih tak pernah lagi masuk ke kamar Nela."Bu, mengapa ibu sangat baik padaku ?" tanya Nela pada Karmila saat wanita paruh baya itu menyisir dan mengikat rambut Nela."Ibu tak punya anak perempuan, anak kami tiga orang semuanya laki-laki. Jadi ibu menganggapmu sebagai anak ibu juga.""Terima kasih bu, maaf sudah merepotkan.""Tidak apa-apa nak, kesembuhan adalah hal yang utama. Apakah kau sudah merasa baikan sekarang ?""Alhamdulilah sudah bu, besok aku ingin ke sekolah, aku sudah ketinggalan pelajaran.""Jangan khawatir, temanmu Linda sempat menjengukmu tapi kau tidur, dia membantu menyalinkan catatan untukmu. Ibu sudah menaruhnya di meja belajar."Waktu yang di tunggu Ningsih tiba, saat suami isteri berpamitan pulang ke rumahnya, Ningsih merasa sangat gembira."Terima kasih bu sudah membantu merawat anak k
Baca selengkapnya
64. Pertunjukan di Mulai
Nela menyeduh teh dan menuangkannya ke dalam termos kecilnya ketika terdengar suara motor berhenti di depan rumah. Nela memang menutup pintu depan, dan dia tak perlu mengintip lebih dulu, sudah pasti itu ibunya. Dia buru-buru membawa termos kecilnya ke dalam kamar. Malam nanti Nela berniat bangun sahur. "Nela....!"Teriakan Ningsih sangat memekakan telinga. Nela berlari membuka pintu."Masih terlalu sore kau sudah menutup pintu rumah, apa yang kau lakukan ?""I..itu bu, aku mandi jadinya menutup pintu."Ningsih yang merasa sangat kesal tak berhasil menyalurkan hasratnya bersama Sonu, segera mencengkram tangan Nela dengan kuat, lalu mendorongnya ke depan sehingga Nela jatuh terjungkal ke belakang."Buatkan makanan untukku.""Makanan sudah siap bu, aku sudah menyiapkannya di meja makan.""Ooww, kau menyiapkan makanan sisa untukku heh ? Sini.....," Ningsih menarik tangan Nela ke ruang makan."I..ibu bisa lihat makanan itu masih utuh bu, aku tak menyentuhnya."Ningsih melepaskan tangan N
Baca selengkapnya
65. Pergi ke Kerajaan Tetangga
Nathan sebenarnya bermaksud untuk pulang lebih awal, Hari ini adalah hari terakhir dia mendalami semua ilmu dari kerajaan Goro. Namun dia sudah berjanji pada Raja seminggu artinya dua hari lagi baru dia bisa kembali ke dunianya. Dia baru saja hendak meninggalkan kediaman Lady Sina, tiba-tiba saja Dewi sudah berada di belakangnya."Kau...sejak kapan kau datang ?""Baru saja, aku ingin bicara denganmu.""Oh baiklah, ayo bicara sambil jalan saja.""Bisakah aku ikut denganmu ke dunia manusia ?""Apa ? Apa aku tak salah dengar ?" Nathan menatap Dewi keheranan. Seingatnya Raja sudah mengeluarkan titah melarang semua rakyatnya ke dunia manusia."Kenapa ? Apa kau tak percaya padaku ?""Bukan itu maksudku, jika Raja sampai tahu maka kau akan di hukum.""Yang dilarang Raja untuk ke dunia manusia itu jika sampai berbaur dengan mereka, tapi jika hanya sekedar ikut saja, kurasa Raja akan mengijinkan aku.""Aha...jangan bawa-bawa namaku kalau meminta izin pada Raja, aku tak mau dituduh mempengaruhi
Baca selengkapnya
66. Kerajaan Bilu
Nathan dan Dewi tiba di perbatasan, mereka mengamati bagaimana ketatnya pemeriksaan di perbatasan tersebut. Semua barang-barang yang di bawa para pedagang diperiksa. Untunglah walau kerajaan itu adalah kerajaan musuh, tetapi mereka tak pernah melarang para pedagang untuk berjualan di daerah kekuasaan mereka.Nathan duduk bersila di atas kuda lalu merapal mantera untuk mendatangkan beberapa jenis buah-buahan. Dalam sekejap mata, empat keranjang besar berisi buah kini berada di hadapan mereka."Ayo kita masuk," ajak Nathan. Dia menyembunyikan pedangnya sehingga terlihat hanyalah sebatang kayu penyanggah buah-buahan. Hal yang sama pula dilakukan Dewi.Cukup lama para penjaga daerah perbatasan memeriksa mereka berdua. Mungkin karena wajah baru jadinya para penjaga harus ekstra ketat memeriksanya."Kalian pedagang baru ?""Ayah dan ibu kami pedagang, saat ini mereka sedang sakit jadi kami yang menggantikannya."Alasan yang cukup masuk akal. Setelah para penjaga itu berembuk, akhirnya Natha
Baca selengkapnya
67. Kerajaan Bilu 1
Kedua remaja ini sedang duduk menikmati hidangan yang di suguhkan di kedai itu. Tak ada pembicaraan yang berarti, seakan mereka terhanyut dalam pikiran masing-masing."Di ujung Istana mereka membangun sebuah bangunan yang kokoh, aku dengar bangunan itu di persiapkan raja untuk di tempati Putera Mahkota Batista dengan isterinya."Walau sangat pelan namun Nathan mendengarkan pembicaraan kedua pria yang duduk di belakangnya. Nathan segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk mendengarkan pembicaraan itu lebih jelas."Bukankah Putera Mahkota pergi mencari Puteri Sahara di dunia manusia ?" ucap salah seorang di antara mereka."Benar, puteri Sahara sudah meninggal namun Putera Mahkota mengatakan pada ayahnya jika dia telah menemukan seorang pengganti. Tapi yang aku dengar wanita itu dari kalangan manusia."Nathan terhenyak, jantungnya berpacu. Dia teringat adiknya Nela. "Ada apa ?" tanya Dewi saat melihat ketegangan di wajah Nathan."Ah tidak apa-apa, aku hanya ingin melihat istana kerajaan B
Baca selengkapnya
68. Dewi ke Dunia Manusia
Mendapat dukungan penuh dari Raja, Nathan segera memberitahu Dewi. Tentu saja ini kabar gembira baginya, dia benar-benar penasaran dengan dunia yang pernah di dengarnya penuh dengan gemerlapan. Dewi menyampaikan hal itu pada ayahnya. Kini Nathan dan Dewi sudah berada di depan pintu gebang istana. "Kita pergi melewati hutan atau menggunakan jalan pintas ?" tanya Dewi."Jalan pintas saja," jawab Nathan sambil mendorong tangannya ke depan dan terlihatlah pintu cahaya berkilau.Tanpa di komando, keduanya segera masuk melalui pintu cahaya dan tiba di garis polisi tepi hutan lindung. Untunglah hari sudah malam, sehingga tak ada warga yang melihatnya. Dengan menenteng sebuah tas di punggung, Nathan berjalan tergesa-gesa di susul Dewi yang berjalan di belakangnya.Setibanya di rumah, Nathan berdiam diri sebentar di depan pintu, dia mencoba mendengarkan percakapan dari dalam rumah."Nela, siapkan air panas untuk ibu. Ibu mau mandi."Nathan menajamkan pendengarannya. Ada pembicaraan di dalam
Baca selengkapnya
69. Penelusuran
Ayam jantan berkokok bersahutan, Nela menggeliat. Diliriknya jam tangannya sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Dia bangun dengan tergesa-gesa, masuk ke kamar mandi membasuh wajahnya dan keluar dari kamar. Dia melihat rumah dalam keadaan bersih, bahkan lebih bersih dari biasanya. Nela tertegun beberapa saat lalu menuju ke dapur. Saat melewati meja makan, di lihatnya meja sudah terisi penuh dengan beberapa jenis masakan. Siapa yang memasak ? Tidak mungkin ibu. Ini pasti Nathan. Pikirnya.Nela segera mengetuk pintu kamar kakaknya.Tok...tok...!"Kakak...buka pintunya...!"Masih dengan mengucek-ngucek matanya, Nathan membuka pintu kamarnya."Ada apa dek, pagi-pagi kau sudah membangunkan tidurku."Nela mengernyitkan keningnya, di tatapnya wajah kakaknya yang terlihat sedang menahan kantuk."I..itu kakak..." Nela tak bisa melanjutkan ucapannya dan menunjuk ke arah meja makan.Nathan segera tersadar, dilihatnya Dewi sedang duduk di kursi ruang makan. Dengan isyarat Dewi memberitahu jika dia
Baca selengkapnya
70. Penelusuran 1
Ponsel Giri dihubungi beberapa kali oleh Badar namun selalu berada di luar jangkauan. Akhirnya Badar dan Nathan sepakat untuk mencari Giri di kampungnya. Nathan menitipkan motornya pada Budi agar di antar ke rumah."Kampung Giri lumayan jauh, bisa-bisa kita pulang malam.""Tidak apa-apa paman, saya sih tergantung bagaimana dengan paman saja.""Oh kala soal paman tidak masalah nak, yang paman pikirkan Nela. Jangan sampai dia pulang sekolah dan ditinggal berdua saja dengan Ningsih. Aku meragukan ibu tirimu itu.""Paman tau sesuatu ? Soalnya Nela bercerita jika paman dan bibi yang merawatnya saat sakit. Memangnya ibu dimana ?""Sudahlah, terlalu sakit untuk di ceritakan. Paman bersyukur kau sudah kembali. Jika bukan kontrak perjanjian kerjamu dengan perusahaan, paman melarangmu meninggalkan Nela sendiri bersama ibunya."Nathan menarik nafas panjang. Saat ini dia tak khawatir karena Dewi di tinggalkannya di rumah. Sesuai arahannya Dewi tinggal di lantai dua, membersihkan rumah dan memasak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
23
DMCA.com Protection Status