Semua Bab Cinta Dibalik Kesepakatan: Bab 11 - Bab 20
119 Bab
Bukan Tukang Gombal
“Fahri,” ucap Ayda sambil perlahan berjalan mendekati adiknya. Dengan lembut ia mengelus pucuk kepala Fahri dan mengecupnya. “Sudah ya takutnya. Om ini bukan orang jahat ko, kakak juga mengenalnya. Jadi, kamu tidak perlu ketakutan seperti ini ya,” urainya dengan penuh kasih sayang.Arya yang sejak tadi memperhatikan Fahri pun mengernyitkan dahinya. “Apa yang terjadi padanya?” tanyanya sambil menatap Ayda.“Hmm, saya akan jelaskan masalah itu nanti,” balas Ayda sambil memeluk Fahri dan berusaha menenangkannya. Menjadi seorang kakak sekaligus ibu bagi seorang adk bukanlah hal yang mudah. Saat Fahri baru berusia lima tahun, Ayda harus menerima kenyataan pahit kalau kaki kanan Fahri harus diamputasi karena kecelakaan yang dialami.Meskipun berat untuk menerima kenyataan, tetapi Ayda harus terlihat kuat di hadapan malaikat kecil dalam hidupnya. Dengan sepenuh hati Ayda menyayangi Fahri yang membutuhkan perhatian khusus darinya. Terlebih hingga saat ini, Fahri terkadang selalu merasa takut
Baca selengkapnya
Seperti Mimpi
Rasanya seperti mimpi saat mendengar kalimat indah yang terucap dari mulut Arya. Bahkan sulit rasanya menerima kenyataan bahwa semua ini hanyalah pura-pura. Seharusnya Ayda tidak membawa perasaannya dari permainan yang tak akan bertahan lama. Akan tetapi, dalamnya makna yang Arya katakan membuat Ayda merasa begitu nyata dengan rasa cinta yang ada.“Kamu sangat beruntung mendapatkan suami seperti Arya. Dia terlihat sangat mencintai kamu, Ayda. Dari caranya bicara, bibi bisa melihat ketulusan dari matanya. Bersama Arya, bibi yakin kamu akan merasa bahagia,” ucap Sri yang sedang merapikan meja makan setelah makan malam bersama selesai.Ayda yang sedang mengupas buah mangga pun terenyuh dengan perkataan Sri padanya tentang Arya. Dalam hati ia berharap kebahagiaan yang dikatakan bibinya adalah benar, tetapi nyatanya ia pun mengetahui semua itu hanya sebuah kebohongan. Tanpa mengatakan apa pun, Ayda pu hanya tersenyum saat Sri mengatakan banyak hal padanya tentang ketulusan Arya.Setelah s
Baca selengkapnya
Tidak Ingin Melupakan
Arya POV“Apa seharusnya saya tidak melakukan ini? Kenapa rasanya sangat aneh setelah bertemu dengan keluarganya? Tidak seharusnya saya merasakan hal ini, bahkan pertemuan dengan Velin pun dibatalkan hanya karena tidak tega meninggalkan Fahri sendirian setelah berhasil mendapatkan perhatian darinya,” gumam Arya dalam hati yang merasa bingung dengan apa yang sudah ia lakukan.Dalam perjalanan pulang tidak banyak obrolan yang tercipta. Arya bergulat dengan pikiran sambil sesekali menatap Ayda yang terlihat sangat kelelahan. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Arya meraih ponselnya dari saku jas dan menyalakan data jaringan.Setelah beberapa detik berlalu, muncullah banyak notifikasi dari ponsel Arya yang baru mendapatkan kehidupan setelah dibekukan. Arya memperlambat laju mobilnya dan membuka satu persatu pesan yang masuk.“Pak,” panggil Ayda saat melihat Arya sedang tidak fokus menyetir.“Hmm,” balas Arya dengan gumaman sambil terus melihat ke layar ponsel.Ayda yang takut terja
Baca selengkapnya
Kemana Pak Arya Pergi?
Ayda POV“Kemana pak Arya pergi? Apa dia akan pulang? Tapi kenapa dia tidak bilang akan pulang jam berapa, saya pasti akan menunggunya,” ucap Ayda yang merasa gelisah karena Arya tak kunjung pulang.Dua jam sudah berlalu, tapi Ayda masih belum tidur dan menunggu kedatangan Arya yang entah kapan akan pulang. Sejak kepergian Arya, Ayda tidak bisa merasa tenang. Sesekali ia merasa dirinya bersalah karena sudah membuat Arya harus melanggar janjinya untuk menemui seseorang. Akan tetapi, di sisi lain Ayda juga merasa kesal karena Arya selalu menyalahkan dirinya.Dengan ditemani cahaya bulan, Ayda duduk di balkon kamar sambil sesekali melihat ke arah gerbang. Embusan angin yang terasa dingin tak mengurungkan niat Ayda untuk menunggu kedatangan Arya. Meskipun tidak ada kewajiban untuk melayani Arya di rumah, tetapi Ayda ingin memastikan bahwa suami sekaligus atasannya itu pulang dengan selamat.“Semoga pak Arya baik-baik aja deh. Kenapa ya rasanya cemas banget, kalau sampai terjadi sesuatu sa
Baca selengkapnya
Tidak Bermaksud Menganggu
“Itu bukan urusan kamu,” ujar Arya yang terlihat sangat kesal. Ayda yang semakin merasa bersalah pun terus mencoba untuk bicara pada Arya. “Saya yang sudah mengacaukan rencana Pak Arya. Jadi, saya mau minta maaf karena su-” “Tidak perlu, Ayda! Apa kata maaf kamu bisa merubah semua yang sudah terjadi? Apa rasa bersalah kamu bisa membuat waktu balik lagi? Tidak ‘kan? Jadi, lebih baik kamu keluar dan jangan ganggu saya untuk saat ini!” bentak Arya dengan nada tinggi dan mata yang menatap tajam ke arah Ayda. Tanpa mengatakan apa-apa, Ayda pun diam dan perlahan pergi meninggalkan ruang kerja Arya. Meskipun semua yang dikatakan Arya benar, tapi Ayda tetap ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan mencoba untuk memperbaiki kesalahan yang sudah ia lakukan. Namun, sampai saat ini Arya bahkan tidak pernah menjelaskan apa pun permasalahan yang terjadi. Sampai akhirnya, Ayda hanya bisa diam dan menunggu jawaban datang tanpa kepastian. Dengan rasa sedih dan kecewa pada dirinya sendiri, A
Baca selengkapnya
Jangan Pergi Sendiri!
Ayda menghela napas panjang dan menatap kepergian Arya. Dalam hati ia menggerutu kesal, dirinya merasa sangat menyesal karena tanpa sengaja melihat adegan yang tidak seharusnya. Terlebih Ayda sempat merasa sesak dan juga kecewa. Pernikahan yang hanya sebuah kesepakatan tidak seharusnya membuat Ayda merasa memiliki Arya sepenuhnya. Dengan pikiran yang berantakan, Ayda pun terpaksa melanjutkan pekerjaan dan berusaha bersikap tenang. Meskipun hatinya sangat ingin segera pergi dan mengurung diri. Akan tetapi, Ayda tidak memiliki kebebasan untuk melakukan apa pun yang ia inginkan. Belum lagi setumpuk berkas yang sudah menanti untuk ia singgahi membuat Ayda merasa sangat frustasi. “Hei, kenapa sih mukanya ditekuk gitu?” tanya Rara yang tiba-tiba datang dan mengagetkan Ayda. “Ih Ra, bisa ngga sih kalau datang itu ngucapin salam. Kaget tau!” pekik Ayda sambil merapikan meja yang terlihat sangat berantakan. Rara yang merasa bersalah pun meminta maaf. “Lagian kenapa sih mukanya keliatan kusu
Baca selengkapnya
Hak Bersuara
“Kamu tidak mau saya antar?” tanya Arya yang terlihat sangat serius. Ayda yang tidak mengira Arya akan mengatakan hal itu padanya pun langsung menggelengkan kepala. “Tidak. Saya bisa pergi sendiri. Lagi pula Pak Arya kan sudah ada janji bertemu dengan seseorang. Saya tidak mau mengganggu waktu Pak Arya untuk yang kedua kali,” ungkapnya yang tidak ingin kembali merasa bersalah. Namun, ucapannya tidak berarti apa pun bagi Arya yang sudah menentukan keputusannya. Tanpa mengatakan apa pun lagi, Arya mulai melajukan mobil dan memutar arah. Ayda yang hendak turun pun merasa bingung dan mengurungkan niatnya. Entah apa yang dilakukan Arya, tetapi Ayda tetap bersikeras untuk pergi sendiri tanpa merepotkan atasan sekaligus suaminya itu. “Ikuti perintah saya, Ayda. Saya bukan lelaki jahat yang akan membiarkan seorang perempuan mencari kendaraan di tengah malam untuk membawa adiknya ke rumah sakit,” ujar Arya sambil melajukan mobilnya ke arah rumah Sri, bibi Ayda. “Pak Arya serius? Terus janji
Baca selengkapnya
Hanya Ingin Membantu
“Baiklah kalau itu memang sudah menjadi keputusan kamu. Saya hanya berniat untuk membantu dan mengurangi beban yang kamu rasakan, tapi kalau kamu tidak bisa menerima niat baik saya. Itu tidak masalah, saya akan datang besok pagi.” Arya membalikkan badannya dan berlalu pergi meninggalkan Ayda. Tanpa angin dan hujan, Ayda merubah sikapnya yang semula berusaha untuk selalu mengerti menjadi ingin melakukan apa yang ia kehendaki. Meskipun tidak melewati kesepakatan atau pun aturan, tetapi Ayda sadar bahwa sikapnya sudah sangat keterlaluan. Hingga akhirnya, setelah melihat bayangan Arya menghilang di hadapannya. Ayda pun beranjak masuk ke ruang perawatan Fahri. Ia menatap penuh iba ke arah adiknya yang terbaring lemah di atas kasur pesakitan. Setelah apa yang terjadi, ayda merasa sangat bersalah karena sudah menelantarkan adiknya. Meskipun ia tidak dengan sengaja melakukan hal ini, tapi rasa bersalah akan tetap ada dan membuat Ayda ingin segera menebusnya. Hingga tanpa sadar, Ayda pun mene
Baca selengkapnya
Salam Mengejutkan
“Mbak Ayda,” panggil suster rumah sakit sambil menggoyangkan bahu Ayda.Dengan mata yang terasa sulit untuk terbuka, Ayda menarik napas panjang dan menegakkan tubuhnya. Tanpa sadar semalaman Ayda tertidur dalam posisi duduk sambil bersandar ke tangan Rahman. Dengan wajah yang masih terlihat sangat lelah, Ayda pun tersenyum dan berterima kasih pada perawat yang sudah membangunkannya. “Bagaimana keadaan ayah saya? Apa kondisinya sudah membaik?” tanyanya yang masih merasa khawatir.“Kondisi pak Rahman sudah stabil. Dokter akan terus memantau keadaan pak Rahman. Mbak Ayda tidak perlu khawatir semua pasti akan baik-baik saja,” ucap suster yang sudah cukup mengenal Ayda.“Syukurlah. Kalau gitu saya pamit dulu. Kebetulan saya masih harus bekerja. Terima kasih banyak akrena sudah membangukan saya. Kalau tidak saya pasti akan telat berangkat kerja,” urai Ayda sambil meraih tas yang ia letakkan di atas meja.“Sama-sama Mbak. Lagi pula saya membangunkan Mbak karena perintah dari seseorang yang s
Baca selengkapnya
Mau Bulan Madu?
Dengan raut wajah menahan malu, Ayda langsung memalingkan wajahnya dari tatapan Arya. Ucapan maut yang baru saja ia katakan seketika mengubah keadaan. Ayda memutuskan panggilan telepon setelah mengetahui keadaan Fahri yang sudah diperbolehkan pulang pagi ini. “Maaf, Pak. Saya tidak bermaksud untuk mengatakan kata itu pada Pak Arya,” ucapnya yang merasa harus meminta maaf.“Hmm lain kali dipikirkan dulu sebelum bicara. Kalau orang lain yang mendengarnya pasti akan terjadi kesalahpahaman,” sahut Arya yang terlihat sangat serius dibalik kemudi.Ayda yang paham maksud dari perkataan Arya pun langsung menganggukkan kepala dan menggerutu dalam hatinya. Meski hal itu terjadi karena tidak di sengaja, tetapi Ayda tetap merasa malu di hadapan Arya. Hingga akhirnya, sesampainya di rumah Ayda pun langsung bergegas masuk ke dalam kamar.Meski sudah lewat waktu masuk kerja, tetapi Ayda tetap bersemangat untuk menjalankan kewajibannya. Terlebih saat ini pikiran Ayda sudah mulai tenang karena keadaan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status