Semua Bab Karena Dendam Suamiku Direbut: Bab 11 - Bab 20
38 Bab
Status Wa
Status Wa Berisi FitnahKutinggalkan chat dengan Mas Budi, tapi dia terus saja mengirimkan pesan. Namun tentu saja tak lagi kutanggapi, karena pasti isinya juga sama saja. Minta maaf, khilaf, tak mau berpisah, dan ujung-ujungnya hanya menyalahkan Lisa. Padahal sejatinya, mereka berdua itu kan sama saja, sama-sama mau, dan tentunya sama-sama murahan.Kali ini aku akan menghubungi ibu, mengatakan kalau nanti aku akan berkunjung kepada beliau, karena jika tak berkabar lebih dulu, biasanya ibu akan mengomel.Sebelum memghubungi ibu, hatiku lebih tertarik untuk melihat status wa terlebih dahulu. Biasanya suamiku itu amat rajin upload status, ntah itu tentang apapun, yang pasti setiap hari, update status seperti menjadi sebuah keharusan baginya.Benar kan dugaanku, Mas Budi ternyata memiliki banyak update-an status. Ada enam status yang dipasangnya, dan yang terbaru adalah dua menit yang lalu.'Jangan buat aku menderita seperti ini!''Ini hanya khilaf, tak akan pernah kuulangi lagi.''Beri
Baca selengkapnya
Bimbang
Bimbang Setelah Menggugat CeraiTerserahlah, apa nanti yang teman-teman di WAG katakan mengenai video yang kukirimkan. Kusenyapkan pemberitahuan dari grup ini selama satu hari, karena kurasa, pasti nanti akan ramai. Aku tak mau terganggu dengan pemberitahuan yang membuat handphoneku nantinya terus berbunyi.Jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh, kuletakkan handohone di nakas, dan aku pun segera membersihkan diri, dan bersiap menuju pengadilan agama.Entahlah, kali ini pikiranku hanya berisi, bagaimana caranya agar aku bisa lepas secepatnya dari laki-laki penghianat itu. Aku sungguh sudah tak bisa lagi memaafkannya. Jijik rasanya, jika mengingat perbuatanya dengan Lisa.Kini semua sudah siap, berkas untuk menggugat cerai, sudah kumasukkan ke dalam tas tangan. Sementara itu, seluruh tabungan, perhiasan dan surat berharga pun tak lupa kubawa. Dan temuan berharga dari kamar Lisa pun kubawa serta.Rencananya, semua barang berharga ini akan kubawa ke rumah ibu. Semuanya akan kuletakk
Baca selengkapnya
Harus Tetap Waras
Harus Tetap WarasAku jadi bingung, apa yang kini harus kulakukan? Ucapan ibu barusan ada benaarnya juga, Mbak Linda dan Lisa memang patut diberi pelajaran. Namun, bisakah aku kembali hidup dengan Mas Budi, setelah penghianatan yang dia lakukan itu?"Maaf, Bu. Tapi bagiku, seorang lelaki yang dengan sadar berselingkuh dengan wanita lain, yang bahkan masih saudaranya sendiri itu rasanya tak pantas untuk dimanfaatkan," jawabku sambil menatap ke depan.Meskipun beliau adalah ibuku, namun jika pendapatnya tak sama dengan pendapaatku, maka tetap wajib bagiku untuk protes. Apalagi ini ada hubungannnya dengan hati, tak bisa main-main.Semua tak bisa dipaksakan, tak mungkin aku bisa kembali hidup dengan orang yang telah dengan tega menghianatiku. Membayangkan lagi pergumulan mereka di atas ranjangku saja, aku sudah jijik. Apalagi jika harus terus hidup berumah tangga, tak akan pernah bisa semua itu hilang dengan mudah dan sekejap mata dari pikiranku."Memang benar apa yang kamu katakan, Nit.
Baca selengkapnya
Stres Atau???
Stres Atau Hanya Akting Saja? (Ada Giveaway)Terlihat Mbak Linda saat ini sedang mengetik, pasti dia tak akan terima dengan isi dari chatku tadi. Padahal sesungguhnya itulah yang benar-benar terjadi. Tetapi mana ada sih maling yang mau mengakui perbuatannya? Jika pun sudah tertangkap basah, mereka pasti akan ber-alibi, seolah semua perbuatannya itu benar.Tak lagi kupedulikan chat dari Mbak Linda itu, karena aku ingin melihat dulu chat lainnya. Ada satu yang membuatku bingung dan penasaran, kemana perginya kontak.Lisa yang biasanya selalu update itu? Kenapa dia juga tak ingin memarahiku tentang kejadian semalam?Mungkin saja, gadis kecil itu kini telah memblokirku, benar-benar pengecut, jika memang itu terjadi. Sudah memantik api, tapi malah lari terlebih dahulu.Berikutnya, aku membuka chat dari Mas Budi, tetap saja dia terus merengek ingin kembali.[Dik, tolong kembalilah, aku benar-benar tak bisa hidup tanpamu. Aku janji semua akan lebih baik ke depannya. Aku akan membelikanmu sebu
Baca selengkapnya
Karma?
Karma?Video itu menunjukkan, Mas Budi menaiki pagar sambil terus berteriak memanggil namaku, dan berusaha untuk bunuh diri. Lalu dia pun menangis sekeras-kerasnya sambil meminta maaf. Sepertinya dia mengira saat itu aku masih berada di dalam rumah.Memaluka sekali, kenapa dia bisa sampai seperti itu? Apa mungkin saat ini dia sedang mabuk? Terserahlah, yang pasti saat ini aku sedang malas melihat wajahnya. Bisa saja 'kan, itu hanya sebuah sandiwara, agar aku iba dan kembali mencabut gugatan cerai itu? Maaf, Mas, tak mempan caramu ini!!Di mana urat malu laki-laki yang pernah menjadi suamiku selama dua tahun itu. Padahal kejadian semalam itu 'kan sudah memalukan, kenapa hari ini malah dia buat yang lebih parah lagi?[Terus sekarang, Mas Budi masih di rumah Pak Rt, Mbak?]Aku mengirimkan pesan lagi pada Mbak Sela. Ingin tahu juga sih, apa dia masih membuat keributan di kompleks.[Ya, masih di rumah Pak Rt. Ini ditanyain muter-muter aja, kayak orang linglung gitu. Dia juga kadang histeri
Baca selengkapnya
Pov Bu Dewi
Pov Bu Dewi (ibunya Nita)"Bu, Mas Budi semalam digerebek warga, karena ketahuan sedang bermesraan bersama Lisa," ucap Nita siang itu, saat berkunjung ke rumahku."Astaghfirullah aladzim. Apa kamu nggak bohong, Nit. Jangan bercanda!" ucapku yang tak percaya akan hal itu.Nita pun kemudian menceritakan semuanya padaku, namun jujur, dalam hati aku masih tak bisa percaya, jika menantu sebaik Budi itu, tega melakukan hal itu pada Nita.Hingga kemudian dia menunjukkan video dan juga bukti chat padaku. Tentu saja hal ini membuatku percaya. Tapi, menurutku itu bukan Budi yang memulainya, namun si Lisa."Bukankah sudah ibu bilang dari dulu, jangan membawa masuk perempuan seperti itu ke dalam rumahmu! Tapi, kamu tetap ngeyel, dan hasilnya seperti ini sekarang, 'kan?" ucapku yang juga sedikit kesal pada Nita.Tiga bulan yang lalu, saat acara kirim doa tiga pulub hari meninggalnya Mbak Tutik, kakak tiriku, dan ibu dari Linda dan Lisa. Saat itu aku sudah menasehati dengan berbagai cara, namun dia
Baca selengkapnya
Status Lisa
Status LisaBerarti Lisa telab memprivasi statusnya dariku, atau mungkin juga, dia malah sudah memblokir nomorku. Kalau memang begitu adanya, berarti dia sangat pengecut. Cuci tangan setelah melakukan sebuah kejahatan.Segera kubaca status itu satu persatu,'Oo...kamu ketahuan! Wkwkwk!''Nanggung ih...nggak bisa lihat orang seneng deh kalian ini.''Pasti hancur 'kan tuh, perasaan dan hatinya?!''Pembalasan belum usai!''Ternyata mudah banget dibohongin, wkwkwk.''Ngenes-ngenes deh, tuh!'Coba baca, pasti semua status itu untuk aku 'kan? Apa dia tidak ingat dengan harta karunnya, yang tertinggal di rumahku?Rasanya, ingin sekali sekarang juga aku mendatangi rumah mendiang Bude Tutik itu. Jengkel dan gemas sekali dengan kelakuan kedua sepupuku itu. Namun, untuk saat ini, rasanya tak perlu, hanya akan menambah luka dihatiku saja.Tetapi, jika aku diam saja, gadis ingusan iti malah berpikir terus jika aku ini lemah. Jadi, kupikir kali ini aku akan coba menghubunginya.Saat mencoba menghu
Baca selengkapnya
Gangguan Jiwa
"Kamu ngapain senyum-senyum, sambil megang handphone ibu?" ucap Ibu sambil menepuk pundakku.Aku tentu saja kaget, karena sedang asyik memblokir si gadis pelakor itu. Tadi, aku memang menelepon Lisa di samping tokonya ibu."Dih...ibu ngagetin aja sih, hehehe. Ini loh, aku kan kepo, ingin tahu siapa sih pacar ibu," ucapku sambil tersenyum.Memang aku tak ingin ibu tahu, bahwasanya saat ini, nomor Lisa telah kublokir. Biarlah, mulai sekarang sebisa mungkin semua akan kuatasi sendiri, tanpa menceritakan pada Ibu. Kasihan, beliau juga usianya sudah tak muda lagi, dan aku tak ingin menambah beban pikirannya."Ngawur kamu itu, pacar apaan sih, Nit-Nita. Ada-ada saja!" ucap Ibu sembari mencubit kecil perutku."Awww...sakit! Ya siapa tahu sih, kan ibu sudah lama sendiri, apa nggak pingin gitu, Bu menikah lagi?" tanyaku menggodanya."Ya nggak lah, Nit. Buat apa nikah lagi, lebih baik hidup sendiri, sambil nunggu kamu beri ibu cucu," ucap Ibu sambil duduk di sampingku.Di samping tokonya ibu,
Baca selengkapnya
Sebuah Kebohongan
"Ya ampun...kok aku bisa bodoh banget ya, Mbak. Sampai segitunya nggak ngerti. Astaghfirullah." Aku terus saja meratapi keadaan dan kebodohanku.Berarti, mertuaku selama ini berbuat baik padaku, hanya untuk menutupi semua ini. Sungguh jahat, selama tiga tahun, mereka menyembunyikan ini dariku, aku tak bisa menerimanya, dan tentu saja segera aku ingin meminta penjelasan atas semua ini."Yang sabar ya, Nit. Cobaan ini mungkin terasa begitu berat, tapi akan memberimu banyak hikmah kedepannya. Pasti nanti, kamu akan mendapat ganti yang lebih baik. Pokoknya, kamu harus tetap semangat." Mbak Sela terus saja memberiku semangat, sepertinya mengerti tentang perasaanku saat ini."Pasti, Mbak. Aku akan selalu bersabar dan menerima semua ini. Tapi jujur, Mbak, aku tuh juga sangat bahagia, karena dengan kedatangan Lisa, aku jadi tahu apa yang selama ini disembunyikan oleh keluarga Mas Budi. Entah jika tak ada ini, sampai kapan aku terus dibohongi," ucapku masih sedikit emosi."Iya juga sih...hehe
Baca selengkapnya
Kedatangan Kedua Sepupu
Kedatangan Kedua SepupukuAku dan ibu, akhirnya sampai di rumahku pukul setengah sebelas malam."Ibu mau tidur di sini sama aku, atau di kamar tamu.yang bekas dipakai Lisa? Tapi belum kubersihkan sih. Hehehe," tanyaku pada Ibu."Tidur di sini saja deh, sama kamu, Nit," jawab Ibu.Setelah melaksanakan shalar isya, kami berdua pun langsung berbaring. Badan dan pikiranku, rasanya amat lelah sekali hari ini. Karena sejak semalam juga, aku tak bisa tidur dengan nyenyak."Nit, berarti Tuhan itu masih sayang sama kamu. Buktinya hingga saat ini kamu belum hamil dan sekarang juga, kamu ditunjukkan jika Budi itu, bukan pria yang pas untukmu," ucap Ibu beberapa saat sebelum tidur."Iya, Bu. Benar sekali, aku sangat bersyukur, meski awalnya semua terasa menyakitkan. Mulai saat ini, aku ingin memulai lembaran baru. Temani aku menata hidup ini ya, Bu.""Tentu saja, Bismillah saja. Insyaallah kedepannya, hidupmu bakal bahagia dan sukses, Nit," ucap Ibu sambil mengusap pucuk rambutku.***************
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status