All Chapters of Karena Dendam Suamiku Direbut: Chapter 21 - Chapter 30
38 Chapters
Budi
Budi ( Pov Author)Budi Santoso atau yang lebih akrab dipanggil Budi itu. Kini harus kembali masuk ke rumah sakit jiwa, seperti tiga setengah tahun yang lalu. Namun, kali ini orang tuanya pesimis jika Budi bisa sembuh lagi seperti sedia kala. Pasalnya, kali ini sepertinya syaraf Budi makin rusak saja, dan dengan gejala lebih mengerikan dibandingkan dulu."Pak, ini bagaimana anak kita? Aku takut dia nggak bisa sembuh lagi kali ini," ucap Bu Lastri, ibunya Budi."Aku juga berpikiran seperti itu, Bu. Sepertinya kita tak bisa melihat anak kita ini, seeperti sedia kala," ucap Pak Muji, bapaknya Budi."Dua kali, dia kayak gini. Tapi kali ini sungguh keterlaluan, dan sekali lagi karena sebab yang sama, yaitu wanita.""Iya, Bu. Tapi mau bagaimana lagi, toh memang begitu adanya. Sebisa mungkin kita sudah menutupi penyakitnya ini. Berharap agar bisa aman hingga selamanya, eh tapi dengan kedatangan si Lisa itu, semuanya jadi hancur berkeping-keping!" Pak Muji keliahatan amat emosi.Sementara saa
Read more
Pov Lisa
Pov Lisa"Gimana, Mbak? Si Nita mau 'kan ngajak aku ikut pulang ke rumahnya?" tanyaku pada Mbak Linda sore itu, tepat saat acara empat puluh harian meninggalnya ibu."Sudah pasti dia mau dong. Secara, siapa sih yang nggak tertipu dengan mulut manisku? Apalagi cuma si Nita yang selalu sok dermawan itu, hahaha," ucap Mbak Linda bangga."Bagus deh kalau begitu, sudah nggak sabar deh aku menyaksikan kehancuran rumah tangga si Nita itu. Sok baik, sok kaya juga. Dasar keturunan pelakor!" ucapku sengit.Aku, mbak Linda dan juga almarhum Mama, sebenarnya sudah sejak lama ingin menghancurkan rumah tangga Lisa, tapi sayang rasanya untuk masuk ke rumahnya, atau mengganggu suaminya itu, amat sulit.Dan kini, ketika mama sudah tiada, justru kesempatan itu akhirnya datang, dan tentu saja, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Kalau bisa sih, aku ingin menghancurkan seluruh hidupnya, agar dia tak bisa punya anak, jadi garis keturunan pelakor itu, akan habis, hahaha.Tunggu hingga aku bisa
Read more
Karma?
Pov Author"Kok bisa sih, Bu kita memiliku saudara seperti mereka itu?" ucap Nita sambil mengajak ibunya masuk."Namanya itu sudah takdir, Nit. Di syukuri saja, karena dengan adanya saudara yang sifatnya seperti mereka, jadi kita bisa mengambil hikmahnya. Dan bisa dijadikan acuan saat kita ingin melakukan sesuatu yang salah, agar kita bisa lebih mawas diri."Nita sangat membenarkan apa yang ibunya katakan itu, dan dia pun berjanji dalam hati untuk lebih berhati-hati lagi dalam melangkah. Seperti kesalahan terbesar dalam hidupnya saat memilih Budi sebagai suaminya, dan membawa Lisa masuk ke dalam rumahnya."Ayo, antar ibu pulang, Nit. Ini sudah siang loh, sekalian ibu mau kulakan," ujar sang ibu.Nita pun mengangguk dan kemudian kedua wanita itu gegas bersiap-siap, untuk segera pulang. Rencananya, Nita untuk sementara waktu ini akan tinggal di rumah ibunya, demi untuk melupakan semua kejadian pahit ini. Jadi kini, dia juga merapikan beberapa barang masuk ke dalam lemari, agar tak rus
Read more
Bab 24
BAB 24Pov AuthorTanpa basa-basi sedikitpun, Nita dan Bu Dewi langsung bergegas pergi ke rumah sakit setelah mendapatkan kabar yang cukup mengejutkan dari pihak kepolisian.Walau hubungan mereka tak terlalu baik dengan Lisa serta Linda. Namun tak sekalipun Nita dan Bu Dewi menutup mata atas ikatan persaudaraan yang sudah lama terjalin.Ada sesak yang kian terasa di dalam hati Nita. Walau sebenarnya dia merasa sangat marah serta kecewa atas perlakuan buruk yang telah dilakukan oleh kedua kakak beradik itu, namun dia tak bisa menepis bahwa selama ini mereka juga pernah melakukan hal yang baik walau nyatanya hanya didasari dengan kepalsuan karena rasa iri dengki serta dendam yang tercipta akibat kesalahpahaman di masa lalu.Nita menatap jalanan yang kini tampak macet karena sempat terjadi kecelakaan. Hatinya kembali teriris saat melihat lumuran darah di aspal.Nita lantas meremas pelan jemari. Bu Dewi yang sejak tadi juga tampak cemas mulai melirik ke arah putrinya."Nita," panggilnya.
Read more
Bab 25
Bab 25Kebisingan di rumah sakit seolah tak mengganggu Nita. Sejak tadi dia terus saja diam dan merenungi segala hal yang baru saja terjadi.Bu Dewi pergi untuk mengurus segala hal yang berhubungan dengan jenazah Linda. Sebelumnya, Bu Dewi sudah berpesan pada putrinya untuk ikut. Namun Nita bersikeras untuk tetap berada di sekitar ruangan Lisa.Jangan tanya lagi seberapa besar terpukulnya wanita itu. Walau Nita telah berperang dingin dengan Lisa dan mendiang Linda, hatinya tetap saja terasa sakit saat keluarganya pergi dari dunia untuk selamanya.Mungkin, Linda memang melakukan kesalahan dan berencana untuk menghancurkan hidup Nita. Tapi tetap saja maaf serta kesempatan atas untuk diberikan untuknya.Nita tahu dengan jelas kalau setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Bahkan dirinya sendiri juga pastilah pernah melakukannya.Nasi telah menjadi bubur dan nyawa seseorang yang telah melayang tidak bisa kembali.Nita meremas jarinya sendiri agar bisa menekan perasaan bersalah yang
Read more
Bab 26
Bab 26Nita berjalan dengan langkah kesal karena dia masih teringat dengan gombalan yang sempat terlontar dari mulut Dimasta. Pria yang baru dikenalnya beberapa saat lalu itu bahkan tanpa malu sedikitpun langsung mencoba menggodanya dengan kalimat yang terdengar memuakkan.Andai bukan karena mengingat kebaikan Pak Ardi, Nita pasti tak akan mau mengenal Dimasta. "Kenapa dia sangat menyebalkan, sih?! Bahkan sampai berani menggombal padahal baru mengenal beberapa menit yang lalu. Sudah bisa dipastikan dia pria dengan mulut manis!"Kesal, itulah yang tengah dirasakan oleh Nita.Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling saat sampai di parkiran rumah sakit. Biasanya ada ojek di sekitar rumah sakit. Selamat entah mengapa kali ini Nita tak menemukannya sama sekali.Nita menghela napas perlahan. Untungnya dia berhasil pergi dan menjauh dari pria menyebalkan seperti Dimasta. Sekarang dia hanya perlu mencari ojek taksi dan pulang ke rumah agar bisa mengikuti prosesi pemakaman jenazah Mb
Read more
Bab 27
Bab 27Begitu Nita pergi ke ruang tamu, tampak mantan mertuanya duduk di salah satu bangku plastik yang telah disediakan.Bu Sri, mantan ibu mertua Nita, menoleh dengan tatapan sendu saat menyadari kedatangan Nita. Wanita paruh baya itu sangkar langsung beranjak berdiri dari tempat duduknya dan mendekat erat tubuh Nita."Sabar ya, Nit. Semua ini sudah takdir," ujarnya lirih.Nita hanya bisa menganggukan kepalanya perlahan sambil menepuk pelan pundak Bu Sri. Setelahnya, dia segera melepaskan pelukan dan beralih menatap sosok pria paruh baya yang sejak tadi melihatnya.Nita mengangguk pelan sambil mengulas senyum tipis sebagai tanda hormat, meski pria paruh baya itu kini telah menjadi mantan mertuanya sekalipun."Pak," panggilnya lirih sambil mengulurkan tangan dan berniat untuk berjabat tangan.Pak Cahyo tanpa basa-basi langsung menjabatnya. Sedangkan Bu Sri kini mengusap sisa air mata yang sempat menghiasi wajahnya.Bu Sri dan Pak Cahyo kembali duduk, Nita meraih bangku dan duduk bers
Read more
Bab 28
Bab 28Nita masuk kembali ke dapur setelah berhenti berdebat dengan keluarga Budi. Sejujurnya dia merasa tak tega saat melihat mantan ibu mertuanya terus memintanya untuk kembali. Tapi apa daya, Nita tak lagi ingin menjalin hubungan dengan Budi. Biarlah semua masa lalu yang telah berlalu hanya menjadi kenangan.Bu Dewi mengusap pelan punggung anaknya. Dia tahu kalau wanita itu kini pasti tengah merasa sedih dan juga malu akibat perbuatan Bu Sri. "Nit, masuk saja, Nduk. Biar Ibu disini yang menyapa para pelayat," usulnya.Nita mengangguk pelan. "Iya, Bu. Nita juga harus membereskan beberapa barang yang diperlukan untuk berjaga di rumah sakit."Bu Dewi mengulas senyum tipis. Setelahnya, dia kembali keluar untuk bertemu beberapa pelayat yang datang.Tampak Mbak Sela mendekat dengan langkah tergesa-gesa lalu menarik tangan Nita. Wanita itu tampaknya tak sabaran karena sempat mendengar keributan yang terjadi di luar."Tadi mantan ibu mertuamu ngomong apa, Nit?"Benar dugaan Nita. Mbak Se
Read more
Bab 29
Bab 29Nita memejamkan matanya sejenak. Sejak beberapa hal yang lalu dia tak bisa tidur dengan nyenyak karena terus terjaga di rumah sakit.Bagaimanapun juga dia tak bisa lepas dari tanggung jawab untuk menjaga Lisa. Sepupunya itu masih dalam keadaan koma. Sesekali, ibunya juga datang ke rumah sakit. Tapi Nita langsung meminta ibunya untuk pulang. Wanita paruh baya itu butuh istirahat."Ya Allah, semoga dia lekas sadar."Segelintir doa kembali dipanjatkan oleh Nita. Dia menatap lekat wanita muda yang terbaring lemah di atas ranjang. Perut yang terasa keroncongan membuat Nita memutuskan untuk pergi keluar sejenak. Wanita itu lantas beranjak dari kursi dan membuka pintu. Namun saat itulah matanya tampak membulat dengan sempurna saat melihat sosok pria yang selama beberapa hari ini sering mengganggunya."Hai, Nit!"Bahkan hanya dengan mendengar suaranya saja, Nita merasa jengah. "Ngapain kamu kesini?" tanyanya dengan nada ketus.Tapi, Dimasta tak marah sama sekali. Pria itu justru ter
Read more
Bab 30
Bab 30"Aku nggak menyukaimu, Dimasta."Mata Dimasta terlihat membulat dengan sempurna setelah mendengar penuturan Nita. Pria itu berhenti berbicara dan mulai memikirkan tentang arti dari perkataan wanita yang berada tepat di sampingnya."Kamu sudah dengar jawabannya, 'kan? Mulai sekarang jangan ganggu aku lagi, Dim. Kamu hanya akan terluka jika terus memaksa untuk mendekat."Nita menegaskan lagi maksud dari ucapannya barusan. Lagi pula dia tak berbohong sama sekali karena sampai saat ini masih belum memiliki yang sedikitpun untuk membuka hati.Dimasta perlahan mulai mendongakkan kepala dan menatap lekat manik mata milik Nita."Aku tahu soal ini, Nit. Tapi aku yakin bahwa suatu hari nanti hatimu pasti akan terbuka," lirihnya.Cukup sudah! Nita bahkan tak nafsu makan. Perkataan Dimasta membuatnya merasa cukup muak."Kamu sangat menyebalkan!" desisnya sambil beranjak dari tempat duduk dan beralih mendekat ke arah kasir. Nita segera membayar pesanannya. Setelah itu dia berbalik hendak
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status