All Chapters of Kebangkitan Istri yang Dikhianati: Chapter 11 - Chapter 20
44 Chapters
11 - Pertengkaran
Bima melajukan mobilnya menembus malam. Di luar tetesan hujan mulai membasahi jalan. Sementara itu, Mira bersedekap sambil merengut kesal.“Apa kamu mau muncul di rumah Ibu dengan tampang seperti itu?” Tanya Bima tanpa menoleh pada Mira.Mira mendengus. “Kamu enggak ngerti perasaanku, Mas.”“Mengerti bagaimana? Kamu kesal karena aku enggak memberi tahu kamu soal Vania, hah? Sudah kubilang aku terlalu sibuk saat itu.”“Tapi seharusnya kamu kasih tahu aku,” balas Mira cepat.“Untuk apa? Kalau kamu tahu apa hal itu, apa akan memperlancar pekerjaanku? Enggak kan? Lagian, sekarang semua sudah lewat. Aku memenangkan tender dan Vania juga enggak bekerja dengan perusahaanku lagi.&
Read more
12 - Kecemburuan Mira
Tumpukan bola warna-warni membuat Kiran sontak melonjak kegirangan. Anak kecil itu langsung menarik tangan Mira.“Ayo, Mama!” pekik Kiran tidak sabaran.“Sebentar, Sayang. Kita tunggu temen Mama dulu ya?” jawab Mira sambil mengelus pundak putri kesayangannya itu.“Ah, lama banget sih,” keluh Kiran sambil bersedekap kesal.Mira menjulurkan lehernya kesana-kemari, mencari keberadaan Citra. Tidak lama kemudian, muncullah teman baiknya itu sambil menggandeng Daren beserta seorang suster yang menguntit di belakang mereka.“Mira!” Citra melambaikan tangannya seraya tersenyum lebar. Dengan tergesa dia menghampiri Mira dan Kiran yang sudah menunggu di depan pintu masuk Kid’s Cafe,
Read more
13 - Kesempatan dalam Kesempitan
Di hari Minggu yang cerah, Bima mengajak Kiran jalan-jalan pagi di sekitaran komplek rumah mereka. Semantara itu, Mira memilih untuk tinggal di rumah.Entah kenapa dia merasa tidak enak badan. Setelah selesai mencuci piring, Mira memutuskan untuk berbaring di ranjang. Kepalanya pusing dan mual padahal dia masih harus menyiapkan sarapan lalu merendam pakaian.“Mama!” pekik Kiran dengan riang. Anak itu membawa sebuah plastik bening berisi seekor ikan hias mungil. “Mama! Aku punya ikan baru, Ma!”Namun, Mira tidak menjawab. Dia terlalu lemah bahkan untuk turun dari ranjang dan menghampiri Kiran.Kening Bima mengernyit saat mendapati rumah yang masih berantakan. Biasanya pagi-pagi begini Mira pasti sibuk berbenah. Saat Bima membuka tudung saji di meja
Read more
14 - Terjebak
“Argh,” Bima mengerang begitu Vania mulai bangkit dan berjongkok di atas Bima. Dia menghentakkan cepat bokongnya sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa bagi Bima.Punggung Vania meliuk ke belakang sambil mengatur tempo gerakannya. Dia begitu menyukai gerakan ini yang membuatnya begitu dominan terhadap Bima.Saat mereka sama-sama akan mencapai klimaks, tiba-tiba pintu depan digedor dengan keras. “Mas! Mas Bima! Buka pintunya, Mas!” Pekik Rika dari luar sana.Begitu mendengar suara Rika, sontak konsentrasi Bima langsung buyar. Kenikmatan yang sebentar lagi akan pecah itu langsung tertahan. Dia bangkit dan hampir membuat Vania jatuh ke lantai.“Astaga, Van! Adikku datang!” Desis Bi
Read more
15 - Curiga (1)
Setelah seminggu, akhirnya Mira diperbolehkan pulang karena trombositnya kembali normal.Mira menghela napas lega begitu dia menginjakkan kakinya di rumah. Walaupun dia dirawat di kamar VIP, tapi tetap saja rumah menjadi tempat ternyaman baginya.Mira melayangkan pandangannya ke seisi rumahnya yang rapi. “Terkadang Rika dan membereskan rumah,” ucap Bima sebelum MIra memuji dirinya.“Sepertinya kita harus memberi Rika imbalan, Mas. Dia udah banyak bantuin keluarga kita saat aku di rumah sakit,” terang Mira melangkah ke ruang tengah.“Tenang saja, aku sudah kasih dia uang jajan kok,” ucap Bima seraya membawa tas-tas Mira ke dalam kamar tidur.Mira merentangkan kedua tangannya di udara seraya menghempaskan bokongnya di sofa yang empuk. “Mas, kita mau makan siang apa?”“Ibu bilang dia mau bawa makanan dari rumah sekalian mengantar Kiran ke sini,” teriak Bima dari dalam kamar.Lantas, Mira beranjak menyusul suaminya. “Mas, makasih ya.”Bima mengernyit heran. “Untuk apa?”“Kamu menempatkan
Read more
16 - Curiga (2)
Setelah kepulangan Vania, kini Mira berbaring di sebelah Kiran seraya mengusap kening anak itu supaya cepat tertidur.“Ma, Tante Vania itu baik juga yah,” ucap Kiran seketika.Kening Mira mengernyit. “Baik?”“Iya, waktu itu Tante Vania beliin aku tas barbie lho.”“Oh ya, Mama kok enggak tahu?” Mira memiringkan tubuhnya, menatap Kiran.“Itu lho Ma, tas pink itu,” telunjuk Kiran mengarah ke tas selempang yang ada di meja kecil di kamar Kiran.“Lho bukannya itu dibeliin sama Papa? Kamu bilang begitu waktu di rumah sakit,” Mira coba mengingat-ingat. Di hari ketiga dia dirawat, dia ingat betul Kiran menjenguknya sambil memamerkan tas baru itu yang katanya dibelikan oleh Bima.Kiran menggeleng cepat. “Enggak kok. Sebenernya itu tas dari Tante Vania. Tapi Papa bilang supaya aku ngomong ke Mama kalo tas itu dari Papa.”Deru napas Mira mulai berembus cepat. Dia berusaha untuk mengendalikan emosinya. “Tapi Ma, aku kadang enggak suka sama Tante Vania itu.”“Kenapa, Sayang? Bukannya katamu dia b
Read more
17 - Kepergok
Melalui lubang kunci pintu kamar tamu, mata Mira menangkap adegan paling menjijikkan dalam hidupnya.Bima dan Vania berjibaku dengan panas di atas ranjang. Tanpa sehelai kain, tubuh mereka saling berhimpitan. Deru napas kedua sejoli itu menusuk gendang telinga Mira.“Mas Bima…” Vania meremas rambut Bima dan menarik kepalanya sehingga bibir Bima yang sedari tadi mengecup leher Vania kini terangkat. Tatapan mereka saling bersirobok. Saat Bima melihat Vania menggigit bibirnya keras-keras sambil memejamkan mata, pria itu pun langsung mempercepat gerakan pinggulnya.“Hm, enak Mas…argh…” Vania mengerang penuh nikmat.Erangan itu sontak membuat Mira bergidik muak. Dadanya seakan meledak karena dipenuhi amarah.“Dasar perempuan jalang…” desis Mira dari balik pintu. Napasnya menderu penuh kebencian.Begitu Bima memutar tubuh Vania agar berada di atasnya, tiba-tiba saja dari pojok kamar terdengar tangisan yang meraung-raung.Kedua mata Mira langsung membelalak saat mendengar suara Kiran. Namun,
Read more
18 - Berpura-pura
“Astaga!” Bima terperanjat begitu mendapati Mira yang duduk di ruang tengah.Mira menoleh dan menyunggingkan senyuman dari bibir yang dipoles dengan lipstik merah menyala.“Mas Bima,” Mira beranjak dan menghampiri suaminya.“Ngapain sih kamu duduk di situ dengan keadaan temaram begini? Bikin kaget aku saja,” Bima menepiskan tangan Mira yang menyentuh pundaknya perlahan. “Lagian sudah kubilang, kamu enggak usah nungguin aku pulang.”Lantas Bima mengamati penampilan Mira malam ini yang membuat dahinya berkerut. Lingerie hitam berpotongan dada rendah itu membalut tubuh Mira.“Sebagai istri yang baik, aku harus menunggumu, Mas. Oh iya, aku sudah siapkan makan malam spesial unt
Read more
19 - Membuntuti Bima
Keesokan harinya di akhir pekan, Mira bersiap untuk membuntuti Bima. Suaminya itu bilang kantornya mengadakan outing di daerah Sukabumi. Jadi, dia harus pergi pagi-pagi sekali.Seperti biasa, Mira tetap bersikap santai dan melepas kepergian suaminya itu dengan senyum lebar. Saat mobil Bima menghilang dari pandangannya, raut wajah Mira nampak dipenuhi dengan kekesalan.Lantas, Mira langsung menghubungi Bella. Sahabatnya itu sudah menunggu di pintu keluar komplek perumahan Mira.“Bell, rusa sudah keluar kandang,” ucap Mira di ujung telepon yang artinya Bima sudah pergi dari rumah.“Oke, harimau siap memburu,” balas Bella dengan penuh semangat.Bella pun mendapati mobil sedan hitam yang berbelok memasuki
Read more
20 - Seperti Bantuan dari Langit
“Membantu saya?” Kedua ujung alis Mira saling menyatu.Wanita setengah baya itu mengangguk pelan. Sementara Bella memperhatikan wanita itu dengan curiga. Rambutnya disanggul dengan rapi dan mengenakan kemeja putih formal.“Bagaimana Anda bisa membantu teman saya untuk mengecek keberadaan suaminya di hotel ini, sementara stafnya saja enggak mau memberi tahu?” cecar Bella sambil bersedekap.Wanita itu tersenyum simpul. “Karena saya adalah staf senior di hotel ini.”“Apa?!” ujar Mira dan Bella bersamaan.Wanita itu mengedarkan pandangan ke sekitar. “Sebaiknya kita enggak berbicara di sini.”Akhirnya mereka mencari tempat yang aman yaitu parkiran di ruko sebelah hotel tempat Bella memarkirkan mobilnya.“Apa yang membuat Anda ingin membantu saya?” Mira bertanya sambil terheran-heran, mengingat wanita itu bisa saja mempertaruhkan pekerjaannya.Wanita itu mendesah perlahan. “Sebenarnya besok adalah hari terakhir saya bekerja di hotel ini setelah dua puluh tahun mengabdi. Manajemen hotel mend
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status