Semua Bab KOMENTAR IPAR DIPOSTINGAN SESEORANG: Bab 21 - Bab 30
39 Bab
Jadi, Dea?
Part 21 (Jadi, Dea?) 1 jam berlalu, mobil yang dikemudikan Andriansyah akhirnya berhenti di depan gedung 'Pengadilan Agama'. Pria itu sudah memantapkan diri untuk menceraikan Meli, istrinya. Baginya, tidak ada yang perlu diperbaiki lagi. Meli sudah melenyapkan darah dagingnya, dimatanya, kesalahan yang wanita itu perbuat sudah sangat fatal. Meli bahkan tidak bisa menjadi Ibu yang baik. Mana ada Ibu yang tega membunuh anaknya sendiri. "Kita sudah sampai, Kak." Mauren berujar sambil mengedarkan pandangan. Ia mengamati sekitar. Keadaannya masih sama seperti pertama kalinya ia datang ke sini seminggu yang lalu. Tidak banyak orang yang lalu-lalang—mungkin saja mereka staf yang bekerja di sini. Pikir Mauren. "Kamu tunggu di dalam mobil, tidak pa-pa kan?" "Tidak, Kak," jawab Mauren. Sesekali ia melirik Andriansyah yang diam-diam sedang menatapnya. Beberapa detik tatapan mereka beradu, sebelum Mauren membuang muka. "Terima kasih," ucap Andriansyah, ia sedikit memiringkan kepalanya. "Unt
Baca selengkapnya
Satu Langkah!
Part 22 (Satu Langkah!) ***"Iden, Istrimu sudah pulang?" tanya Sani pada putranya. Wanita itu menghampiri Iden yang sedang mengurut pelipis. Iden menoleh. "Belum, Bu," jawabnya. "Buruan kamu telepon, suruh dia pulang. Ini Dea rewel banget," lanjut Sani, ibunya itu kewalahan menenangkan Dea yang terus saja menangis. Kalau dilihat-lihat dengan teliti, Sani merasa Dea ini tidak ada miripnya sama sekali dengan Iden. Hidung, dan alisnya mirip Sheri. Tapi matanya, entah mata siapa ini? "Buruan, Den." "Iya, Bu, ini aku telepon." Iden berkutat dengan ponselnya, ia mencari nomor Sheri, dan segera menghubungi istri keduanya itu. "Suruh pulang, pamitnya sebentar. Gak tahunya lebih dari 3 jam," keluh ibunya. Iden menghela napas, ia mendekatkan benda pipih tersebut pada telingannya. Lalu menjauh dari ibunya. "Ooh, cucu Nenek yang paling cantik. Jangan menangis lagi, sebentar lagi Mamamu pulang," tutur Sani. Wanita paruh baya itu mengintip dari balik jendela, mereka masih berada di rumah b
Baca selengkapnya
Sepotong Hati Yang Patah
Part 23 (Sepotong Hati Yang Patah) ****Entah apa yang ada di pikiran Mauren sekarang. Ia mencoret wajah Boy, dan membiarkan wajah Sheri nampak dalam foto tersebut. Ini hal gila yang akan Mauren lakukan, ia ingin membuat Iden dan Sheri bertengkar hebat. "Ini mau kamu jadikan apa?" tanya Andriansyah penasaran. Mauren mendongak, sedari tadi mereka berdua diam saja. Andriansyah yang terus memperhatikan Mauren, sementara perempuan itu sibuk dengan pikirannya. "Aku akan mengirim foto ini pada Mas Iden," "Lalu tujuannya apa?" "Aku ingin mereka berdua bertengkar, lagi pula aku akan berpisah dengannya. Dia tidak akan bisa membuat keputusanku goyah," jelas Mauren. Andriansyah menelan ludah, ia menambah suhu AC mobil tatkala melihat keringat yang bercucuran di kening Mauren. Tanpa kata pria itu menyeka peluh di dahi Mauren. "Kamu yakin?" "Tentu saja Kak, aku tidak akan menyerah sampai mereka hancur," tandas Mauren. "Kamu kegerahan?" "Tidak," "Kakak turunkan kaca mobil." Mauren mena
Baca selengkapnya
Rencana Dipesta Anniversary
Part 24 (Rencana Dipesta Anniversary)"Hari ini sidang perceraian kamu sama Mauren. Kita udah gak bisa berbuat apa-apa lagi, Den," tutur Bu Sani."Benar Bu, Mauren itu ternyata egois. Kasihan Mas Iden. Pantas saja Mas Iden tidak bisa mencintai dia, orang dia serakah," sambung Sheri. Sambil menikmati sarapan, mereka berbincang-bincang. Rencananya, ketiga perempuan itu akan menemani Iden ke pengadilan agama. Sementara Dea akan dititipkan pada tetangga di sebelah rumah. Iden masih juga diam, perasaannya campur aduk. Andai ia bisa mengubah waktu, mungkin ia berharap hari ini tidak pernah terjadi. "Den." Sani menyentuh pundak putranya, membuat Iden seketika terkejut.Pria itu menoleh, keningnya mengernyit dalam. "Ada apa, Bu?""Sarapan yang benar, Den. Ibu lihatin kamu ngelamun terus. Apa yang kamu pikirkan? Jangan bilang kamu menyesal cerai dengan Mauren." Kalimat itu bagai sayatan pisau yang menusuk dada Iden, jantungnya seperti diremas-remas. Sejak tadi malam ia tidak bisa tidur kar
Baca selengkapnya
Sheri Menantu Terbaik!
Part 25 (Sheri Menantu Terbaik!)*** "Foto yang kemarin kamu cetak itu kamu taruh di mana, Zan?" Mauren bertanya pada Zany, ia bersama rekan timnya ini sedang disibukan dengan rencana mereka. Dibantu Hengki, dan tentunya Andriansyah yang selalu ada untuknya. "Foto yang mana, Bu?" tanya Zany balik. "Foto Sheri sama Boy itu loh Zan," ujar Mauren. Zany bangkit, lalu menghampiri Mauren. Pria itu membuka laci, dan mengeluarkan foto-foto yang ia cetak kemarin. "Foto yang ini." Tunjuk Zany. Mauren mengangguk, lantas mengambil foto tersebut dari tangan Zany. "Iya, foto yang ini. Makasih ya, Zan," ujar Mauren. Zany tidak menjawab, memilih kembali duduk di samping Hengki. "Ayo kita kumpulkan bukti-buktinya, Jumat ini semuanya akan terbongkar." Mauren menyeringai tipis, ia berjalan, kemudian duduk di sebelah Andriansyah. "Videonya di edit gak, Bu?" tanya Hengki. "Itu kan videonya pisah-pisah, gimana kalau dijadiin satu. Jadi pas diputar gak setengah-setengah," usul Mauren. "Baik, Bu.
Baca selengkapnya
Pertunjukan Telah Dimulai!
Part 26 (Pertunjukan Telah Dimulai!) Meli berderap meninggalkan kamar mandi. Lamunannya buyar saat ia mendengar ponselnya berdering. Segera Meli berjalan ke arah ranjang, mengambil ponsel tersebut di sana. Betapa terkejutnya ia saat tahu siapa orang yang menghubunginya. Andriansyah? Ya, nama itu yang tertera di sana. "Akhirnya setelah seminggu lebih kamu hubungi aku," ucap Meli. Sepasang netranya berkaca-kaca, perasaannya makin campur aduk. Ia sangat merindukan suaminya. Buru-buru Meli membaca pesan tersebut. Perempuan itu tidak bisa menahan senyum, lengkungan tipis terus tertarik dari sudut bibir. [Kita ketemu di rumah, datang sendiri. Jangan beri tahu siapa pun.] Begitu lah pesan yang Andriansyah kirim. Meli segera membalas pesan tersebut, dengan lincah jari lentiknya menari di layar keyboard. [Baik Mas, aku akan pulang sekarang. Aku mencintaimu, tolong jangan tinggalkan aku. I love you.] Meli menyertakan emoticon love di akhir kalimat. "Tenang lah, Mel. Andriansyah pasti
Baca selengkapnya
Badai Telah Tiba!
Part 27 (Badai Telah Tiba!) ***Semua mata seolah tersihir pada layar LCD, kala video yang menampilkan perjalanan cinta Iden dan Sheri mulai diputar, cinta yang sempurna, tidak sedikit membuat para tamu undangan menatap mereka kagum, dan memberi tepuk tangan yang meriah. Tidak disangka, mereka putus dulu lantaran Sheri pergi tanpa alasan. Dan wanita itu kembali untuk menghancurkan rumah tangga Iden dan Mauren. "Ternyata mereka sudah lama saling kenal." "Berarti Mauren itu orang ketiga dalam hubungan mereka." "Jodoh itu kan cerminan dari diri sendiri. Lagi pula sejauh apa pun dia pergi, pasti akan kembali." Begitu lah tanggapan dari para tamu undangan. Mereka menganggap Mauren sebagai orang ketiga. Tapi tunggu dulu, ini belum berakhir. Mauren sengaja memberi kejutan manis sebelum segalanya di mulai. Mauren tersenyum sinis, ia melipat kedua tangannya di dada. Lalu melirik Zany yang menatap ke depan. Mauren mengamati gerak-gerik Sheri, dan juga Iden. "Pertunjukan akan dimulai, Bu,
Baca selengkapnya
Dilarikan Ke Rumah Sakit
Part 28 (Dilarikan Ke Rumah Sakit) ***Video dengan durasi kurang dari dua menit itu di putar. Boy melongo, begitu pun dengan Sheri yang seperti tak bertenaga. Mereka seperti segerombolan orang yang sedang menonton konser. Tidak mungkin, ini pasti rekayasa. Dea, ah, sialan! Batin Iden murka. Video selanjutnya memperlihatkan Boy yang mengakui hubungannya dengan Sheri. Tak sampai di situ, percakapan Sheri dan Boy lagi-lagi membuat semua orang yang ada di sana tercengang. Bahkan bola mata Meli serasa ingin lompat dari sarangnya kala mengetahui isi dari video tersebut. "Sayang, anak kita sudah makan?" tanya Boy sambil mengusap rambut Sheri. Jantung Iden seperti di remas, ia menatap Boy sekilas. Lalu kembali fokus pada layar LCD yang terpampang di depan. Anak kita, maksudnya? tanya Iden dalam hati. Meli segera merengkuh pundak ibunya. Wanita paruh baya itu masih dalam keadaan syok. "Anak kita sehat," jawab Sheri. "Jadi, Dea itu bukan anak Iden?" Bu Sani bertanya pada Meli. Kegadu
Baca selengkapnya
Stroke?
Part 29 (Stroke?) "Sudah selesai Kak?" tanya Mauren saat mendapati Andriansyah berdiri di samping pintu taksi. "Iya," jawab pria itu singkat. Mauren sedikit menggeser tubuhnya, mempersilakan Andriansyah masuk dan duduk di jok belakang bersamanya. Pria itu masih linglung, bayang-bayang Meli masih berputar di benaknya. "Di mana Zany? Dia tidak ikut pulang?" tanya Andriansyah lagi. Mauren mendongak, membuat tatapan mereka bertaut. "Zany masih ada di sana Kak, aku memintanya mengawasi gerak-gerik Sheri dan membawa mobil Kakak pulang." Tidak ada jawaban dari Andriansyah, pria itu lantas tiba-tiba menarik pinggang Mauren agar tubuh mereka merapat. Mauren terlonjak. Tanpa kata Andriansyah merebahkan kepalanya pada pundak Mauren. Ia berharap, Meli tidak mempersulit perceraian mereka. Karena Andriansyah tidak akan bisa hidup bersama seorang wanita yang hanya memikirkan dirinya sendiri, mereka seharusnya saling melengkapi. Saling terbuka satu sama lain, bukan melakukan hal apa pun sendir
Baca selengkapnya
Hujan Air Mata
Part 30 (Hujan Air Mata) Bu Sani nampak masih syok dengan kejadian semalam. Wanita paruh baya itu kembali menangis kala mengingat video perselingkuhan Sheri. Dan kebohongan menantu kesayangannya tersebut. Bagaimana mungkin, Sheri tega melakukan semua ini pada keluarganya. Kurang apa Sani selama ini. Dia selalu mendukung Sheri, tak jarang menceritakan pada teman-temannya, bahwa Sheri itu menantu idaman. Namun yang terjadi semalam membuat mentalnya down, ia malu dan seperti tak punya muka lagi untuk bertemu dengan teman-temannya. "Jadi Meli sekarang terkena stroke?" tanya Bu sani tak percaya. Tak cukup sampai di situ, Bu Sani baru saja mendapatkan kabar yang kurang mengenakan dari Iden, putranya mengenai kondisi putrinya, Meli. Iden menganggukkan kepala membuat bulir-bulir bening yang meluncur di pelupuk mata ibunya makin deras. "Ya Tuhan, putriku! Kemana Andriansyah? Dia menemani Meli kan sekarang?" Iden melengos, ia ragu menceritakan masalah kakaknya pada Ibunya. Pria itu takut
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status