Pernah mendengar, sepandai-sepandainya kamu menyimpan bangkai, suatu saat akan tercium, pepatah itu sangat cocok untuk menggambarkan kondisi rumah tangga Mauren. Pengkhianat yang dilakukan suaminya terbongkar saat Mauren tak sengaja menemukan komentar sang ipar di postingan Seseorang. Bagaimana mungkin, suami yang ia kira setia ternyata memiliki anak dengan wanita lain. Dan parahnya, selama ini ia hanya dianggap pelarian. Hancur? Tentu. Namun, bukan Mauren jika pasrah. Perempuan itu enggan hancur sendirian. Ia melakukan segala cara demi membalaskan rasa sakitnya. Cara seperti apa yang Mauren lakukan? Dan bagaimana akhir dari pernikahan mereka?
Lihat lebih banyakPart 1 (Komentar Ipar Memicu Kecurigaan)
****
Aku yang saat itu sedang membuka aplikasi berwarna biru membulatkan mata. Sebuah komentar yang menandai suamiku membuat alisku bertaut.
[Selamat yah Sheri, anakmu dan @Iden, lucu. Langgeng terus.] Begitu lah isi komentar tersebut.
Tanpa bisa kutahan, aku menerka-nerka. Kenapa Meli, kakak iparku menandai Mas Iden dalam komentarnya. Lalu anak siapa yang ia maksud? Aku belum hamil? Dan Sheri, siapa perempuan itu? Lantas ada hubungan apa postingan yang memperlihatkan bayi lucu dan menggemaskan ini dengan suamiku?
Astaga, nyaris kepalaku ingin pecah memikirkannya.
Segera kuscreenshot komentar Meli berserta postingan tersebut. Setelahnya, melihat akun yang bernama Sheri Puspitasari, sosok yang memposting foto bayi itu.
Tidak ada hal yang mencurigakan.
Akun F* Mas Iden pun tidak berteman dengannya.
Lalu, kenapa Meli menandainya. Seakan ia sedang memberi ucapan bahagia pada Mas Iden.
Ada apa ini? Apa telah terjadi—ahh, aku mikir apaan sih!
Aku mengusir pikiran buruk itu, belum ada bukti yang jelas, aku tidak bisa asal tuduh.
Lebih baik aku tanyakan saja pada Meli.
Ting!
Ting!
Ting!
Tiga kali ponsel Mas Iden bergetar, aku lupa kalau dia ada di rumah. Kenapa aku tidak tanyakan saja padanya, tidak ... Tidak ... belum tentu juga dia mau berkata jujur.
Ooh, ayo lah, harus apa aku sekarang!
"Buka atau tidak?" Monologku.
Aku mengedarkan pandangan, dan jatuh ke pintu. Mas Iden keluar, ia pamit ke dapur. Dan sampai sekarang belum kembali, itu berarti aku punya kesempatan untuk mencari tahu lewat ponselnya.
"Ini memang salah, tapi aku bisa apa?"
Aku menyambar ponsel Mas Iden, kemudian menyalakannya. Berhasil, tidak ada PINnya.
Tanpa basa-basi aku meluncur ke aplikasi berwarna hijau, melihat banyaknya pesan yang masuk dan belum sempat di baca.
Aku memilih membuka pesan dari Ibu mertuaku. Karena pesan itu berada paling atas.
[Den, kirimi Ibu uang. Ibu mau belanja, gak banyak 100 juta.] Pesan itu di kirim seminggu yang lalu. Aku menggesernya ke atas, dan kembali ke bawah.
[Den, jangan lupa uang bulanan buat beli susu bayi sama pempes.]
Aku terperangah, kenapa pula Ibu mengirim pesan seperti ini?
Beli susu bayi sama pempes? untuk siapa? Meli? Iparku juga belum hamil? Ya Tuhan, begitu banyak teka-teki yang membingungkan.
Tak cukup sampai di situ, Ibu mengirim beberapa pesan yang belum Mas Iden baca. Ibu mengirimnya tiga menit yang lalu.
[Kirimi Ibu uang, Ibu mau belanja sama Sheri.]
[Den]
[Iden.]
[Gak usah Den, kamu ke rumah Ibu aja sekarang. Gak kangen sama Dea.]
Buru-buru aku meletakkan ponsel itu kembali pada tempatnya saat pintu kamar terbuka. Dea? Apa itu anak bayi yang Ibu maksud.
Mas Iden datang membawa segelas air putih. Ia meminumnya sesekali melirikku.
"Ada apa? Kok kamu gugup?"
Aku menggelengkan kepala, jantung masih berdegup kencang.
"Gak kok Mas."
Ia berjalan mendekat, kemudian menaruh gelas itu di nakas, dan beralih pada ponselnya. Semoga saja ia tidak curiga, kalau aku tadi sempat membuka ponselnya.
"Aku mau keluar, ada urusan," ucapnya tanpa menoleh. Ia mengambil kunci mobil, dan jaket yang ada di sofa.
Aku yakin, ia pasti mau ke rumah Ibu. Sesuai dengan pesan yang ia kirim.
Setelah Mas Iden keluar dari kamar, aku melompat dari ranjang. Mengambil tasku, lalu mengikutinya. Aku akan membututinya untuk mencari tahu yang sebenarnya terjadi. Kalau benar dia bermain api, detik itu juga aku akan mengambil semua yang menjadi miliknya.
Ending (Akhir Yang Bahagia) Waktu terus berlalu, hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan, dan seterusnya. Setelah menunggu hampir lebih dari tiga bulan. Perempuan itu akhirnya memantapkan diri menjatuhkan pilihan pada Andriansyah. Dan hari ini mereka akan melangsungkan pernikahan di salah satu hotel bintang lima. Mauren tidak bisa mendeskripsikan perasaannya. Ia senang sekaligus gugup. Hatinya berbunga-bunga, momen sakral yang dulu pernah ia rasakan kini terulang kembali, dan tentunya bersama dengan pria yang takut kehilangan dirinya. Selama menunggu masa Iddah selesai, Mauren dan Andriansyah semakin dekat. Mereka kian lengket. Siapa sangka, yang awalnya hanya menganggap layaknya adik-kakak. Kini mereka telah melangkah ke jenjang pernikahan. Status mereka berubah. Andriansyah berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga dan menyayangi Mauren dengan segenap hati dan jiwanya. Bismillahirrahmanirrahim. "Saya nikahkan dan saya kawinnya engkau Andriansyah Nugroho dengan anak saya, M
Part 38 (Restu Dan Kabar Kematian) "Andriansyah, apa benar kamu melamar putriku?" tanya Bram, pria itu melipat kedua tangannya sambil bersandar pada kursi. Ia memanggil Andriansyah ke ruangannya karena desakan dari sang istri. Pasalnya, sepulang dari apartemen Andriansyah, Mauren terus tersenyum. Putrinya itu terlihat sedang berbunga-bunga dan dimabuk asmara. Membuat hati Bram menghangat melihat Mauren perlahan bangkit dari keterpurukan. Meski putrinya harus tertatih dalam membuka hati dan berdamai dengan luka lamanya. Its okey, semua orang punya jalan hidupnya masing-masing. "Benar, Pak." Bram memicingkan mata, ia menatap Andriansyah dengan tatapan tajam. Pria itu sudah siap mengajukan banyak pertanyaan pada calon menantunya. Mauren bilang ia nyaman, sementara Andriansyah sendiri sudah beberapa kali meminta putrinya untuk dijadikan pendamping hidup. Namun, Bram tetaplah Bram. Dia berkaca dari apa yang pernah terjadi beberapa bulan yang lalu. "Kamu yakin dengan keputusanmu? Mengi
Part 37 (Di atas Kebahagiaan Masih Ada Derita) Mauren menelepon Venya, ia menceritakan masalahnya mulai dari A sampai Z. Termaksud kegelisahanya mendapati Andriansyah baru beberapa menit yang lalu melamarnya. "Jadi begitu Ma, aku bingung harus jawab apa?" Mauren menarik kursi, ia menunggu air mendidih. "Kamu nyaman tidak sama dia?" tanya Venya. Sesaat Mauren terdiam, perempuan itu menopang dagunya dengan tangan kanan. "Jujur sama Mama, kamu nyaman sama Andriansyah atau tidak?" Venya mengulang pertanyaan, Mauren mengangguk kecil. "Nyaman Ma." "Menurut kamu Andriansyah itu orangnya seperti apa?" Mauren merasa Venya seperti sedang mengintrogasinya sekarang. Memberi pertanyaan yang menurutnya tak masuk akal. Apa coba maksud Mama bertanya seperti itu padaku? gerutu Mauren dalam hati. "Mauren," "Menurut pandanganku yah Ma, Andriansyah itu orangnya baik. Dia bertanggung jawab, terus pekerja keras. Dan aku lihat, dia setia kok orangnya," ungkap Mauren. Venya menahan senyum, ia men
Part 36 (Isi Hati?) Sore itu Mauren mengunjungi apartemen Andriansyah. Ia mengantar kue kering titipan Venya. Dan langsung syok mendapati Andriansyah sakit. Punggung tangan Mauren bergerak menyentuh kening Andriansyah. Seketika hawa panas bercampur dingin menyapa permukaan kulitnya. Dia demam? "Kakak demam, kita ke rumah sakit ya," usul Mauren. Andriansyah yang menggigil dibalik selimut menggelengkan kepala. Pria itu tak punya tenaga untuk sekadar bangun, tubuhnya benar-benar lemas. Belum lagi wajahnya yang pucat. Dan hawa panas menyerang tubuhnya secara tiba-tiba. "Kakak sudah minum obat?" tanya Mauren. Andriansyah menoleh, sekali lagi ia menggeleng lemah. Menggigit bibirnya sambil meringis. "Kenapa belum minum obat? Kakak sudah makan belum?" Berbagai pertanyaan Mauren lontarkan. Tidak ada jawaban membuat perempuan cantik itu kalut. Rasa khawatir datang membabi-buta, sebelumnya ia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini. Apa mungkin Andriansyah sakit karena kehujanan, dan
Part 35 (Karma Untuk Sheri?) Kini Andriansyah dan Meli telah dinyatakan resmi bercerai. Baru beberapa menit yang lalu hakim persidangan mengetuk palu, membuat ikatan diantara mereka terputus. Meli menangis, ia tidak sanggup lagi membendung kesedihannya. Ingin sekali Meli menahan Andriansyah. Tapi apa daya, lihatlah dirinya, ia bahkan harus duduk di kursi roda, tidak bisa bicara. Jangankan melontarkan sepatah dua patah, untuk bergerak saja Meli kesusahan. Kenapa Andriansyah pergi meninggalkannya? Kenapa ia tega mengakhiri hubungan mereka di saat kondisinya seperti ini? Kenapa. Kenapa dan kenapa? Andriansyah menoleh ke kiri, bertepatan dengan Meli yang masih memandangnya. Tatapan mereka bertaut, Meli ingin marah. Tapi kondisinya membuatnya kesulitan. Semesta seolah sedang menghukumnya, takdir macam apa yang sekarang ia jalani. Hakim persidangan bangkit setelah mengatakan sidang hari ini selesai. Menyisakan keheningan di antara mereka berdua. "Maaf Mel, semoga kamu bisa menerima
Part 34 (Jantungku Berdebar Saat Aku menatapmu?) Malam itu Bu Sani mencoba menghubungi Andriansyah. Ia mendapatkan nomor Andriansyah dari Iden. Ia tidak tega melihat putrinya, sepanjang hari Meli menangisi pernikahannya yang ada di ujung tanduk. Sayang, kalimat maaf yang keluar dari mulut Bu Sani tidak mampu membuat menantunya luluh. Sidang perceraian mereka tetap akan dilangsungkan besok di pengadilan agama. Mau tak mau, Meli harus menerima kenyataan ini bahwa pernikahan mereka cukup sampai di sini. "Andriansyah Ibu mohon, jangan tinggalkan Meli. Kasihan dia, dia butuh kamu, Nak." Sambil berlinang air mata Bu Sani mengatakannya. Andriansyah berdiam diri, ia tidak menanggapi penuturan Bu Sani. Mertuanya itu tidak pernah mencoba memahami dirinya. Apa pun kesalahan Meli, di mata Bu sani tetaplah benar. Lagi pula untuk apa ia mempertahankan hubungannya dengan Meli, jika bukan Meli yang bertakhta di hatinya. "Tolong Andriansyah, Meli membutuhkanmu. Dia mencintaimu, maafkan putriku. S
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen