All Chapters of Istri yang Terpaksa Kau Nikahi: Chapter 11 - Chapter 20
286 Chapters
BAB 11— DIA MENGGODA
Derit pintu yang terbuka terdengar di telinga Gamma. Tetapi pria itu masih setia memejamkan mata dan engggan melihat siapa yang datang. Rasa sakit pada kepala kian menjadi-jadi. Ia terbaring lemah di kasur yang hanya berukuran singgle pada kamar bernuansa putih itu. Gamma terpaksa menghilangkan ego saat ia tidak kuat berjalan lebih lama apalagi menaiki tangga untuk berisitirahat di kamarnya. Ia menurut saja ketika Serra berinisiatif membawa Gamma ke kamar wanita itu. Mau tidak mau ia harus menurut dengan perintah istrinya. Karena nyatanya ia tak bisa berbuat apa-apa dalam keadaan sakit seperti ini.Serra meletakkan nampan berisi satu piring nasih dan satu mangkuk sup ayam yang ia masak tadi, juga segelas air teh hangat pada . Dengan telaten Serra melepaskan jas, sepatu, dan ikat pinggang yang melekat pada tubuh kekar suaminya. Setelahnya Serra menempelkan punggung tangannya pada dahi Gamma. Suhunya masih tetap sama, Tidak ada perubahan. Kedua mata pria itu mengatup rapat, dahinya berk
Read more
BAB 12 — TERCIDUK
Begitu Serra membuka mata, Gamma buru-buru menjatuhkan dirinya tepat di ceruk leher istrinya. Mata laki-laki itu terpejam, Berpura-pura ia tak punya tenaga untuk bangkit berdiri. Sementara Serra yang baru saja terbangun merasa bingung. Mengapa Gamma berada di sini, dan sekarang pria itu sedang berada dalam pelukannya.Samar-samar wanita itu juga teringat mengapa ia tidur di ruang tengah. Serra hanya berniat menonton televisi untuk menunggu rasa kantuknya, tetapi ia malah ketiduran di tempat itu."Gamma? Kau baik-baik saja?" tanya Serra seraya menepuk lengan lelaki itu. Namun, suaminya hanya merespon dengan erangan kecil. Tubuhnya tak bisa bergerak akibat tertindih badan Gamma yang lebih besar dari tubuhnya. "Kau perlu sesuatu?""Air," jawab Gamma sekenanya. "Kalau begitu, lepas dulu, aku tidak bisa bergerak!" Dengan sekuat tenaga, Serra mendorong tubuh suaminya agar bisa memberinya ruang untuk bangkit. Sungguh pada posisi yang seperti sangat tidak mengenakkan hati. Hembusan napas Gam
Read more
BAB 13 — JANGAN MENGATURKU
Keesokan harinya.Suara air mendidih, membuat Serra yang tengah mencuci daun bawang terpaksa beralih untuk mengecilkan api. Aroma santan semakin menyeruak tatkala ia mendekat ke arah panci berisi bubur yang kini meletup-letup. Kemudian Serra meraih sebuah pisau tajam untuk memotong daun bawang yang ia cuci tadi menjadi ukuran yang lebih kecil. Sesekali dirinya kembali sibuk dengan kegiatan mengaduk bubur.Dalam suasana hening yang demikian, tiba-tiba terdengar suara Gamma yang berteriak memanggil namanya. "Iya! Sebentar," jawab wanita itu seraya menuangkan bubur ke dalam mangkuk putih bergambar ayam jago, tak lupa memberinya ayam suwir dan sedikit kaldu. Setelahnya Serra mematikan api sebelum ia membawa bubur itu meninggalkan dapur, menghampiri Gamma yang tadi memanggilnya.Dengan langkah tergesa, Serra berjalan ke arah kamar, tetapi pintu sudah terbuka dan ruangan itu kosong. Tak jauh dari situ ia mendengar bising, Serra mengandalkan indera pendengarannya untuk mencari sumber suara
Read more
BAB 14 —WILLIAM DAN MULUTNYA YANG MENYEBALKAN
William berulang kali mengetuk pintu juga menekan tombol bel bangunan bercat putih itu. Menanti sang penghuni yang tak kunjung keluar menampakkan batang hidungnya. Jika saja bukan Gamma yang memintanya datang ke rumah ini, ia tidak akan repot-repot membuang waktu tiga puluh menit untuk menyetir dan lima belas menit untuk berdiri di depan seperti ini. Sudah ke sekian kali pula William melirik arloji pada pergelangan tangannya, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa ada seseorang di dalamnya. Sepi dan hening.Batin William lantas menggerutu. Sebenarnya Gamma ada di rumah atau tidak sih? Pria itu juga tidak menjelaskan alasan menyuruhnya ke rumah ini dan tidak memberikan alasan ia tidak datang ke kantor. Hanya menyuruhnya lewat pesan yang kurang lebih berisi seperti ini, [Ke rumah pukul 10.00, bawa dokumen proyek Jaksel. Cepat atau kupecat!]Bagaimana jika kau memiliki atasan seperti Gamma? Menyebalkan, bukan?Pria itu masih setia berdiri di depan pintu berwarna cokelat tua. Samar-samar ter
Read more
BAB 15 — FAKTA YANG TAK TERDUGA
Gamma sedang membutuhkan konsentrasi yang tinggi saat ponsel di sebelahnya meraung meminta perhatian. Tanpa menoleh pun ia tahu jika panggilan itu bukan berasa dari ponsel miliknya, melainkan milik Serra. Ponsel berwarna putih dengan seri yang sudah jauh tertinggal peradaban itu berdering terus menerus. Gamma saja tidak tahu bagaimana cara menggunakannya, meskipun sudah menggunakan teknologi layar sentuh.Awalnya ia acuh saja, tapi lama-kelamaan dering itu memecah fokus yang telah ia bangun sejak William meninggalkannya. Pria itu mendesah, ia jengah, lantas tangannya terulur mengambil ponsel berwarna putih yang layarnya sedang menyala dengan dering yang begitu nyaring. Tertulis sebuah nama pada sang pengirim panggilan.Madam Lily. Ada perlu apa perempuan itu dengan Serra? Sementara ia tahu jika istrinya sedang sibuk di kamar mandi. "Serra!" panggil Gamma tetapi tidak ada jawaban dari Serra. Hanya ada suara gemericik air shower yang sedang diguna
Read more
BAB 16 — PERMINTAAN SERRA
Serra berniat mengantarkan makan siang dan obat untuk Gamma, tetapi langkah kakinya terhenti ketika menemukan Gamma berbaring di atas ranjang. Pria itu tengah tertidur pulas,nampak bergelung nyaman di balik selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Apakah pria itu masih sakit? Serra meletakkan nampannya, kemudian buru-buru memeriksa keadaan Gamma. Ada sedikit rasa khawatir yang menyelinap dalam dadanya karena sewaktu ia tinggal tadi, lelaki itu masih sibuk bekerja dengan laptopnya bersama William. Kini komputer jinjing itu hanya dibiarkan menganggur di atas nakas dan William sudah pergi.Setelah berhasil menggapai dahi Gamma, Serra bisa bernapas lega, Suhu tubuh Gamma yang sempat tinggi bagai air mendidih itu sudah mereda. Sejurus kemudian Tangan wanita itu bergerak memeriksa bagian yang lain, mulai dari pipi hingga leher suaminya.Tanpa disangka, gerakan tangan itu mengusik mimpi indah Gamma. Pria itu membuka mata saat telapak tangan Serra masih berada pada wajahny
Read more
BAB 17 — PIKIRAN MESUM GAMMA
Suasana malam ini begitu hening meskipun kedua penghuni rumah sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Gamma yang sedang melipat lengan kemeja yang ia kenakan dan Serra yang bersiap-siap di dalam kamar yang terkunci rapat itu. Setelah selesai dengan kegiatannya, Gamma melirik ke arah jam arlojinya. Jarum panjang menunjukan angka 5 sementara jarum pendeknya mengarah pada angka 7. Sebentar lagi makan malam akan dimulai. Tangan kanan Gamma meraih gelas berisi air teh hangat buatan Serra beberapa waktu lalu. Berniat menghabiskan cairan itu sembari menunggu Serra. Tetapi perempuan itu belum jua keluar dari persembunyiannya. Apakah wanita selalu berdandan selama itu? Bahkan hingga air itu tandas, Serra belum juga keluar.Gamma meletakkan gelasnya, lantas mengetuk pintu itu tak sabar. "Serra! Kau sudah selesai belum?"Tak berselang lama pintu itu terbuka. Seorang wanita bertubuh ramping dengan rambut yang panjangnya sebahu tengah berdiri di sana. Wanita itu mengenakan dress hitam selutut
Read more
BAB 18 — NASI YANG BERSERAKAN
Gamma menuruni tangga dengan langkah cepat. Laki-laki berkemeja putih dan berdasi motif polkadot hitam dengan jas senada yang sedang menyampir di tangannya itu sedang mengejar waktu. Mendikte dirinya agar segera pergi ke kantor dan menyiapkan diri untuk kegiatann yang cukup krusial hari ini.Pagi ini Ada meeting yang harus ia hadiri dan tak berselang lama setelah meeting akan ada tamu penting yang harus ia terima di perusahaannya, lalu di siang hari setelah makan siang ia harus melakukan kunjungan pada salah satu proyek yang sedang ia kerjakan.Saat Gamma hampir menuruni setengah dari jumlah anak tangga itu, ponsel dalam sakunya bergetar dan mengeluarkan dering. ada sebuah panggilan masuk. Dengan terpaksa ia memelankan tempo langkahnya, lalu merogoh benda pipih itu keluar dari persembunyiannya. Begitu melihat nama kontak yang terpampang pada layarnya dahi Gamma menekuk dalam. Sedikit bertanya-tanya dalam hati mengapa Anna menelponnya sepagi ini, walau sebenarnya it
Read more
BAB 19 — HANYA SANDIWARA
"Target kita sudah tercapai dan klien puas, kenapa wajahmu masih saja seperti benang kusut? Jangan bilang kau belum sarapan?"William mendudukkan diri pada kursi kosong yang bersebrangan setelah meletakkan berkas dalam map berwarna merah di atas meja Gamma. Lelaki itu lantas menyilangkan kaki, dan menyandarkan tubuhnya seraya menatap sang sahabat yang terlihat cukup muram, meski terlihat datar dan tenang. Seusai meeting yang diadakan pagi ini, William dan Gamma harus membahas rencana mereka ke depannya untuk sebuah proyek lanjutan yang telah selesai mereka garap. Sementara Gamma yang mendapat pertanyaan hanya menjawab dengan dengusan. "Memang belum sarapan," katanya seraya meraih map merah dan membukanya. Sejenak pria yang telah berusia kepala tiga itu mencermati isi dari addendum yang telah disetujui William dan kini membutuhkan persetujuan dirinya. Tangannya lalu bergerak mengambil pulpen bersiap untuk membubuhkan tanda tangannya."M
Read more
BAB 20 — PRIA BERTATO NAGA
Di tempat lain, di saat yang sama.Serra mematung ketika tangannya menarik gagang pintu berkelir cokelat. Wanita itu baru saja berlari karena Bel rumah ini berbunyi beberapa kali saat ia tengah asik mencuci baju. Ia pikir Gamma telah kembali, tetapi ternyata orang yang kini berdiri di depan pintu bukanlah suaminya. Kedua alisnya spontan bertemu begitu mendapati sosok tamu pria asing yang tengah berdiri menjulang di hadapannya. Sebelumnya Serra belum pernah bertemu dengannya karena memang ia belum mengenal tetangga sekitar rumah ini.Terlalu banyak dan membutuhkan waktu yang lama. Pun waktunya seharian kemarin ia gunakan untuk mengurus Gamma yang sedang sakit.Pria yang berdiri dihadapannya itu memiliki kulit putih namun tak sebersih suaminya karena memiliki tato naga hitam di lengan kiri. Membuat Serra menelan ludahnya kasar , membayangkan jika saja pria itu berniat jahat atau menyakitinya. Meski memiliki Wajah yang tampan, tetap saja Serra begi
Read more
PREV
123456
...
29
DMCA.com Protection Status