Semua Bab Seseorang Yang Pernah Aku Kenal: Bab 11 - Bab 20
69 Bab
Hayden, Vanika, dan Jimmy
Vanika membuka jendela sedikit dan perlahan-lahan. Ia begitu senang kekasihnya muncul di tengah kejenuhannya.“Hey, aku gak bisa lama, sebentar lagi aku harus segera pergi,” ujar Hayden.“Ada apa? Kenapa?”“Aku dipanggil ke ruang guru untuk persiapan olimpiade. Di kelas lagi gak ada guru juga. Nanti, setelah bel pulang aku harus latihan paduan suara sebentar. Katanya Pak Fairuz mau kumpulkan semua siswa laki-laki untuk latihan vokal. Nah, tadi Pak Ade katanya mau minta tolong kamu untuk urus beberapa hewan setelah pulang sekolah. Sesudah bel kamu tunggu Pak Ade di tempat duduk pinggir lapangan ya. Setelah semuanya selesai aku hampiri kamu. Jadi pulangnya kita bisa bareng,”Pak Ade adalah salah satu pegawai di sekolah yang bertanggung jawab mengurus hewan-hewan peliharaan sekolah. Sekolah itu memelihara beberapa macam burung, beberapa ekor kelinci, berbagai jenis ikan, beberapa ekor kucing dan anjing, juga beberapa ekor reptil.“Oh ok, terima kasih ya infonya,” jawab Vanika.“Heh, Hayd
Baca selengkapnya
Resah
“Ada apa, Jimmy Mahardika?” tanya Hayden dengan wajah yang begitu dingin.Jimmy mendekat dan duduk di kursi sebelah kiri ranjang. Ia memberikan tas itu kepada Vanika. Jimmy memperhatikan Vanika dengan wajah yang cemas.“Kamu basah begini. Kamu gak apa-apa ‘kan?” tanya laki-laki itu.“Gak apa-apa, Jim,” jawab Vanika pada sahabatnya itu.Jimmy memegang lengan gadis itu, “ada yang luka? Bagian mana yang sakit?”“Tenang, Jim. Aku gak apa-apa kok,” balas gadis itu.“Mau aku temani?” tanya laki-laki bermata cokelat itu.“Gak usah, aku pasti temani Vanika. Nanti aku juga yang antar dia pulang,” sambar Hayden dengan wajah datarnya.“Ya sudah, aku pulang duluan ya, Van. Hati-hati selalu,” pesan Jimmy sambil menggenggam erat tangan Vanika.Sadar bahwa itu pasti menyakiti hati kekasihnya, gadis itu menarik tangannya dari genggaman tangan Jimmy. Jimmy memeluk sahabatnya itu dengan singkat.“Bye, Van,” ucap Jimmy dengan senyumnya yang hangat.“Hati-hati, Jim,” pesan gadis itu.Joe menerobos masuk
Baca selengkapnya
Overthinking
“Jangan dengar omong kosong yang gak jelas,” bisik orang yang menutup telinganya.Emily yang melihat orang itu menutup telinga Vanika langsung pergi dengan wajah yang terlihat kesal.“Kak Jonathan!!” seru Akifa dengan wajah senang.Vanika melihat siapa orang yang menutup telinganya sekaligus berbisik tepat di telinganya. Orang itu Joe.“Jonathan? Kenapa kamu panggil dia Jonathan?” tanya Vanika pada adik kelasnya itu.“Semua anak di kelasku panggil Kak Joe itu Jonathan,” jawab Akifa.“Jonathan? Lumayan,” balas Joe dengan senyum.Ia duduk seperti seorang laki-laki. Ia tidak memakai roknya. Ia memakai kemeja lengkap dengan rompi abu-abu dan celana panjang yang biasa ia pakai untuk latihan memanah. Kancing bagian atas kemejanya terbuka dan bagian bawah kemajanya keluar dari celananya begitu saja. Bahkan, ia tidak memakai dasinya.“Ke mana dasi kamu?” tanya Vanika.“Ada, nih, di saku,” Joe menunjukkan dasinya yang ia simpan di saku celananya.“Eh kenapa mata kamu bengkak, Akifa?” sambung J
Baca selengkapnya
Tempat Rahasia
Pak Adrian menatapnya memastikan bahwa gadis itu sudah tidak merasakan sakit di kakinya. Tidak lama kemudian Hayden dan Joe menghampiri mereka.“Saya sudah tidak apa-apa, Pak,” jawab Vanika.Aneh. Mereka tidak dekat, tapi ia merasa tidak asing dengan tatapan pria muda itu. Ah mungkin dulu mereka pernah bertemu di suatu tempat, pikir Vanika.“Tenang, Pak. Ada saya dan Hayden. Bapak bisa percaya kami berdua,” ujar Joe.“Saya tadi perhatikan kamu dari jauh jadi saya langsung bergerak cepat ketika kamu kesakitan,” kata guru PPL itu kepada gadis di hadapannya.“Tenang, Pak. Ada kami,” tambah Hayden.“Baiklah, tapi kalau ada apa-apa hubungi saya ya,” pesan Pak Adrian.“Baik, Pak,” jawab gadis itu.Guru itu pergi meninggalkan mereka. Joe melihat kaki Vanika dan berlutut sambil memijat-mijat bagian yang tidak dikompres.“Katanya dia perhatikan kamu,” goda gadis tomboy itu.“Ah, dia ‘kan guru. Tadi dia juga bilang begitu ke Satrio,” balas Vanika.“Kamu harus hati-hati. Jangan-jangan dia itu ti
Baca selengkapnya
Hamlet
Vanika melihat kekasihnya dengan hati yang sedikit terasa sakit. Laki-laki di sebelahnya baru saja mengatakan bahwa ia dan Emily memiliki hubungan yang begitu dekat. Bahkan lebih dekat dari hubungan persahabatan. Gadis berambut cokelat tua itu hanya diam dan tidak mengatakan apapun.“Waktu itu Emily pindah ke sekolahku. Usia kami waktu itu 9 tahun. Dia pindah dari ibu kota dan dia sulit adaptasi dengan lingkungan baru. Dia sering kelihatan sendiri dan gak begitu pandai bergaul. Kedua ibu kami ternyata bersahabat sejak SMA dan akhirnya ibunya sering menitipkan Emily kepada aku. Aku mencoba jadi sosok teman yang baik untuk dia. Dia anak tunggal yang sering ditinggal orang tuanya bekerja dan aku berusaha jadi sosok saudara yang baik juga untuk dia,”Vanika memperhatikan cerita kekasihnya dengan teliti dan penuh perhatian.“Semuanya bertambah buruk saat ibunya meninggal. Saat itu kami masih berusia 12 tahun. Emily yang pada dasarnya sering merasa kesepian langsung merasa terpuruk. Ayahnya
Baca selengkapnya
Ice Breaker
Vanika datang menghampiri sahabatnya dan menyentuh punggung laki-laki itu. Akhtar mengalihkan pandangannya pada gadis itu dan mengelap air mata di wajahnya. Vanika duduk di sebelahnya dan tidak berkata apa-apa.“Van kenapa ya banyak orang yang gak suka aku? Apalagi perempuan,” keluh Akhtar.“Kata siapa?” tanya sahabatnya.“Aku bahkan dipermainkan orang. Kayaknya aku pecundang sejati ya?” ujar laki-laki itu lagi.“Kamu bukan pecundang, Tar. Banyak kok orang yang sayang dan suka kamu,” jawab Vanika dengan senyum hangat.“Seharusnya waktu itu aku dengar kalian supaya hati-hati dan jangan mudah percaya orang lain,”“Sudah, jangan menyalahkan diri kamu sendiri. Lagipula itu ‘kan sudah lewat,”“Van, kamu tahu ‘kan kalau di rumah aku yang paling payah? Ayah aku seorang dekan yang sukses, ibu aku itu ibu rumah tangga sekaligus pengusaha yang luar biasa, dan kakak aku mahasiswa di salah satu universitas yang paling bergengsi di kota ini atau bahkan negara ini! Coba lihat aku! Aku bukan apa-apa
Baca selengkapnya
Fake Smiles
BRUKKK!!!!Suara dari sebuah tas selendang yang dilempar ke atas lantai terdengar begitu keras. Gadis berambut lurus itu merebahkan diri di atas ranjangnya. Ia mencoba menahan air mata agar tidak keluar dari matanya yang besar itu.“Aku punya banyak teman, tapi kenapa aku begitu kesepian?” pikirnya.Suara ketukan dari pintu menyadarkannya.“Emily, ayo makan malam dulu!” panggil Bi Mimi, asisten rumah tangganya.“Nanti saja!” sahut gadis itu sambil menutup wajahnya dengan sebuah bantal.Tiba-tiba ia bangkit sambil memeluk bantalnya dan menatap foto yang terpajang di meja belajar miliknya. Foto itu disimpan di dalam sebuah figura kayu. Sebuah potret yang diambil beberapa tahun lalu saat penerimaan siswa baru di SMA.Waktu itu ia merasa sangat bahagia. Hal itu tercermin dari senyum lebarnya di foto tersebut. Di sebelahnya ada laki-laki yang selama ini ia cintai. Seperti biasa, laki-laki itu memasang senyum tipis dan terkesan dingin, tapi sebenarnya ia berhati hangat. Ia adala
Baca selengkapnya
Aditya dan AFC
Ucapan Emily memang benar-benar membuat semua orang di situ terkejut. Siapa yang tidak tahu hubungan Hayden dan Vanika?“Semalam? Cokelat?” tanya Joe dengan wajah yang bingung.Hayden, Emily, maupun Vanika tidak ada yang menghiraukan pertanyaan Joe.“Ya, dengan senang hati,” jawab Hayden kepada Emily dengan senyum tipis.Emily tersenyum dan pergi diikuti oleh Aida dan Nesya. Nesya tersenyum sambil menepuk punggung Emily, sedangkan Aida tersenyum kecil pada Vanika. Jimmy memperhatikan raut wajah sahabatnya. Tidak terlihat ada rasa kecewa ataupun bahagia. Gadis itu hanya menampilkan raut wajah datar tanpa ekspresi.“Kita semua pernah makan cokelat. Itu hanya cokelat, bukan masalah besar,” ucap Vanika yang membuat Hayden mengernyitkan dahinya.Akifa berlari mendekat dan berhenti dan nafas yang terengah-engah.“Kak Jimmy, Kak Hayden, dan …” ia melihat ke arah Nanda dan memanggilnya, “Kak Nanda! Sini!”Nanda mendekat dengan sebuah buku super tebal di tangannya.“Nah, aku tadi disuruh pangg
Baca selengkapnya
Holiday House
Laki-laki itu menatapnya dengan hangat. Ada kesan berbeda pada dirinya. Ia terlihat lebih…. manusiawi? Vanika menatap lekat kedua mata indah yang sipit itu. Namun, matanya terlihat lebih tajam. Ada sesuatu yang tidak biasa dalam pandangannya. Akhir-akhir ini memang laki-laki itu jarang sekali memakai kacamata, tapi bukan itu yang membuatnya berbeda.“Aku tadi cari kamu di sekolah, tapi gak ada. Aku telepon juga kamu gak aktif,” ujar laki-laki tampan itu sambil menyentuh tangan kekasihnya.“Handphone aku mati,” jawab gadis itu.“Makanya aku datang ke sini. Ternayata kamu belum juga pulang, tapi untung ada Aditya yang antar kamu,”“Ya, kami tadi cari makan dulu,”“Baguslah, aku khawatir,” balas Hayden dengan memeluk gadis di hadapannya.“Tenang saja. Aku aman. Gak akan ada orang yang mau culik aku. Aku makan terlalu banyak, nanti mereka kesusahan,” ujar Vanika yang membuat kekasihnya tertawa.“Lain kali kabari aku,”“Ya. Ngomong-ngomong aku gak lihat motor kamu,”“Bi Ika suruh aku masuk
Baca selengkapnya
Can I Have This Dance?
Vanika menatap layar itu dengan sedikit bingung. Foto yang dilihatnya itu jelas foto Jimmy. Hayden menatapnya dan memberi isyarat agar mengangkat panggilan suara itu. Vanika mengangkat panggilan itu. Suara riuh terdengar dari panggilan itu. Tiba-tiba suara yang sudah tidak asing lagi terdengar dengan sangat keras. Berteriak.“Vanika!!!!”“Joe?!” sahut Vanika setengah berteriak.“Sebentar, sebentar, aku ke tempat yang agak sunyi dulu. Nah! Vanika! Kamu di mana? Dengan siapa?”“Kalau sudah sunyi kamu gak usah berteriak begitu. Aku? Hmmm di rumah. Ada apa? Kenapa kamu pakai nomor Jimmy? Benar ‘kan ini nomor Jimmy?”“Kenapa? Kamu kaget?” tanya Joe dengan tawa menyebalkannya, “aku lagi di sekolah karena ada latihan hari ini. Hari ini juga ada pertandingan persahabatan futsal. Jimmy ikut bertanding. Jadi aku pakai handphone dia,”“Lalu?” tanya Vanika.“Kamu ingat Yama?”“Yama? Yama siapa?” tanya Vanika kebingungan.“Itu loh si penipu. Maya? Yang menipu Akhtar,”“O ya! Kenapa? Ada apa?”“Dia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status