All Chapters of Beautiful Pain : Chapter 61 - Chapter 70
129 Chapters
Bab 61. Xander’s Selfishness
Ruang kerja Xander nampak sangat berantakan. Jika biasanya Xander terkenal dengan selalu tertata rapi, kali ini berbeda. Wajah pun nampak sangat kusut. Layaknya memiliki masalah terberat dalam hidupnya.Xander yang harusnya bahagia, malah kini hidupnya menjadi tidaklah tenang.“Shit!” Xander melempar dokumen yang ada di tangannya ke atas meja.Berkali-kali Xander memaksa untuk otaknya memikirkan pekerjaan. Tapi hasilnya nihil. Bayang-bayang Audrey tak bisa lepas dari pikirannya. Yang tak bisa Xander lupakan adalah tangis Audrey dan perkataan Audrey yang tidak lagi mengganggunya. Semua itu benar-benar mengusik pikiran dan hati Xander hingga membuatnya tak bisa melakukan apa pun.Xander menarik dasinya yang sudah tak tertata rapi di lehernya. Lantas, pria itu mengambil ponselnya—dan menatap ke layar. Seketika Xander terdiam melihat layar ponselnya tak lagi ada panggilan telepon dan pesan masuk dari Audrey. Xander mengingat, dulu Audrey sering sekali menghubunginya dan mengirimkan pesan
Read more
Bab 62. Xander’s Selfishness II
“Audrey, katakan padaku siapa pria yang menyelamatkanmu tadi? Apa dia adalah pria yang dekat denganmu saat ini?” Dakota menatap Audrey dengan rasa penasaran.Sejak tadi Dakota memikirkan siapa pria yang menyelamatkan sepupunya itu dari kerumunan para wartawan. Seingat Dakota, selama ini Audrey tak memiliki teman pria. Kalaupuna ada pasti hanyalah rekan bisnis saja.“Jangan berbicara sembarangan, Dakota. Pria yang menolongku adalah Dylan. Dia teman baik Xander,” jawab Audrey memberitahu.“Teman baik Xander?” Kening Dakota mengerut, menatap bingung sekaligus terkejut. “Iya, Dylan adalah teman baik Xander di kuliah dulu,” jawab Audrey.Dakota terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan oleh Audrey. Padahal Dakota berharap pria yang menolong Audrey adalah pria yang dekat dengan Audrey. Tapi ternyata pria yang menolong Audrey adalah teman kuliah Xander.Hingga detik ini, Dakota tidak tahu wanita yang sekarang menjalin hubungan dengan Xander. Walau Dakota begitu penasaran namun tetap Dako
Read more
Bab 63. Xander’s Selfishness III
Audrey nyaris tak mampu merangkai kata. Mata Audrey melebar. Tatapannya menatap tak mengerti Xander. “Aku tidak—”“Audrey! Jangan berbohong!” bentak Xander keras.Mata Audrey mulai berkaca-kaca kala Xander membentaknya. Bahkan Xander tidak mau sama sekali mendengar penjelasannya. “Kau benar. Aku memiliki janji bertemu dengan Dylan. Memangnya kenapa, Xander? Aku dan kau sebentar lagi akan bercerai. Kau tidak berhak melarangku bertemu dengan pria lain,” jawabnya dengan nada bergetar menahan air mata.Kilat mata cokelat Xander menajam. Amarah dan emosi begitu melahap menguasai dirinya. Xander menangkup kasar kedua pipi Audrey. “Kau istriku, Audrey! Kau masih istirku!” tegasnya menekankan.“T-tapi kita akan bercerai, Xander.” Audrey meringis kala Xander mencengkram kuat rahangnya. Sayangnya, rintihan sakit itu tak dipedulikan sama sekali oleh Xander.Xander menggeram penuh emosi. “Persetan dengan perceraian kita, Audrey! Sekarang kau masih istriku!”“Xander, kau tidak bisa—” Audrey tak ma
Read more
Bab 64. About Serry Ace
Athes menatap dingin dan tajam foto masa kuliah Xander yang tengah bersama sosok wanita asing yang belun pernah Athes kenal. Foto Xander dan sosok wanita asing itu sangatlah dekat dan intim. Di mana sang wanita begitu memeluk erat lengan Xander. Yang Athes fokuskan adalah wajah Xander menunjukan rasa bahagia berada di dekat wanita itu. “Jelaskan padaku Henrik, informasi apa yang kau tahu?!” seru Athes seraya mengalihkan pandangannya menatap Henrik—asistennya.Ya, foto yang ada di tangan Athes adalah hasil penyelidikan Henrik. Sudah beberapa hari lalu, Athes meminta asistennya mencari tahu tentang perselingkuhan Xander.“Tuan Athes, wanita yang disamping Tuan Xander adalah Serry Ace. Wanita itu satu kuliah dengan Tuan Xander saat di Oxford dulu. Selama masa kuliah, Tuan Xander diam-diam menjalin hubungan dengan Serry Ace. Tapi dari informasi yang saya dapatkan, Tuan Xander dan Serry Ace sempat berpisah saat Tuan Xander telah menyelesaikan PHD dan kembali ke Roma,” ujar Henrik memapar
Read more
Bab 65. Did You Fall in Love with Her?
Hari berganti dan berlalu begitu cepat. Setiap harinya Xander selalu melihat jadwal sidang perceraiannya semakin mendekat. Xander seperti menatap kematiannya sebentar lagi akan tiba.Xander nyaris depresi setiap kali melihat tanggalan. Jadwal sidang perceraian sudah dekat. Berita perceraiannya di media pun semakin memanas. Akan tetapi, tentu Xander tak pernah memedulikan berita-berita yang telah tersebar di media. Xander berdiri di kamar, menatap foto pernikahannya dengan Audrey yang berukuran besar masih terpanjang di dinding. Foto berukuran sedang dan kecil telah dibawa oleh Audrey.Sedangkan foto yang berukuran besar ini sempat Audrey minta pelayan menyimpan ke gudang. Namun, Xander pun mencegah pelayan yang ingin memindahkan foto pernikahannya dengan Audrey. Pria itu seolah tak rela foto pernikahannya dengan Audrey harus berada di gudang.Sejenak, Xander mengamati wajah cantik Audrey. Gaun pengantin yang dipakai Audrey snagatlah indah di tubuh wanita itu. Riasan wajah menawan men
Read more
Bab 66. Meet at Dinner
Suara bell apartemen berbunyi. Refleks, Audrey yang tengah membaca buku langsung meletakan bukunya ke atas meja—dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Tampak kening Audrey mengerut ketika ada yang datang di malam hari seperti ini.Padahal sekitar dua jam lalu, Dakota pergi meninggalkan apartemennya dan berpesan kemungkinan tak pulang ke apartemennya maalm ini. Lalu siapa yang datang? Apa mungkin Dakota berubah pikiran?Audrey melirik jam dinding—waktu menunjukan pukul delapan malam. Rasanya kalau kedua orang tuanya yang datang pun tak mungkin. Karena biasanya kedua orang tuanya akan datang di pagi atau siang hari.Audrey tak mau banyak berpikir. Wanita itu segera melangkahkan kaki ke arah pintu, dan segera memutar kenop. Lalu …“Hi, Audrey.” Dylan menyapa kala pintu sudah dibuka.“Dylan? Kau di sini?” Mata Audrey melebar terkejut melihat Dylan ada di hadapannya.“Maaf mengganggumu, Audrey. Tapi tujuanku ke sini karena ingin mengajakmu makan malam bersama. Aku harap kau tidak meno
Read more
Bab 67. Jealousy
‘Xander?’Nama itu tercetus dalam hati Audrey, hingga membuat mata Audrey memanas nyaris berkaca-kaca melihat Xander di hadapannya bersama dengan Serry. Mati-matian Audrey menahan diri agar tak menangis. Audrey tidak mau terlihat lemah di depan banyak orang. Terutama di depan Xander dan Serry.Tatapan Xander berkilat menajam melihat Audrey dan Dylan di hadapannya. Aura wajah dingin, menyeramkan penuh kemarahan begitu terlihat jelas. Umpatan kasar lolos dalam hati. Rahang Xander mengetat. Amarahnya seakan ingin meledakan seisi restoran.Xander menahan geraman emosi. Ingin sekali Xander menarik tangan Audrey mneinggalkan tempat itu. Namun, Xander menyadari dirinya berada di restoran bersama dengan Serry. Tak mungkin Xander bisa membawa Audrey pergi. Pun Xander tak mau semakin melukai hati Audrey. Sudah cukup selama ini Audrey menderita.“Hi, Audrey, Hi, Dylan. Kalian makan malam di restoran ini juga?” Serry tersenyum melihat Audrey dan Dylan di hadapannya. Terlihat Serry sangat senang b
Read more
Bab 68. Last Kiss
Sepanjang perjalanan dari restoran menuju apartemen Audrey, tak banyak percakapan antara Dylan dan Audrey yang terjalin. Sesekali Dylan mengajak Audrey mengobrol demi menghibur Audrey agar lebih bisa tersenyum. Meski Audrey bisa tersenyum tetap mata Audrey memancarkan rasa sedih yang begitu dalam.Saat mobil yang dilajukan Dylan mulai memasuki lobby apartemen, Audrey segera membuka seatbelt-nya dan bersiap-siap untuk turun. “Dylan, terima kasih untuk makan malam ini,” ujarnya hangat dan lembut.“Harusnya aku yang berterima kasih, Audrey,” jawab Dylan dengan senyuman di wajahnya.Audrey pun tersenyum. “Yasudah aku turun dulu, ya, Dylan. Kau hati-hati di jalan, ya?”Dylan menganggukan kepalanya merespon ucapan Audrey. Lantas, Audrey segera turun dari mobil. Tepat disaat Audrey sudah turun dari mobil—Dylan langsung melajukan mobilnya meninggalkan lobby apartemen Audrey.Audrey menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan melihat mobil Dylan sudah pergi. Langkah kaki Audrey hendak
Read more
Bab 69. The Divorce Trial
Hari yang telah ditunggu-tunggu pun telah tiba. Hari di mana sidang perceraian Audrey dan Xander. Tak pernah Audrey sangka akan berada di titik sekarang ini. Audrey pernah memiliki harapan untuk menghentikan waktu yang berjalan. Nyatanya sekuat apa pun seorang tetap hati Audrey akan hancur berkeping-keping menghadapi perceraian.Audrey ingin berlari dari kenyataan tapi Audrey menyadari dirinya tak ingin bersikap egois. Tak semua kehidupan akan menjanjikan kebahagiaan. Melepas orang yang dicintai bukanlah hal yang mudah tapi bukan berarti tidak bisa. Audrey telah memutuskan merelakan Xander menggapai kebahagiaan meski bukan dengan dirinya.“Audrey, apa kau sudah siap?” Dakota melangkah mendekat pada Audrey yang tengah duduk menatap cermin.“Audrey.” Dakota menegur kala Audrey hanya diam tak menyadari kehadirannya.“Iya, Dakota?” Audrey membuyarkan lamunannya kala melihat sudah ada Dakota di sampingnya.Dakota mengembuskan napas pelan. Wanita itu menarik kursi, dan duduk tepat di sampin
Read more
Bab 70. The Divorce Trial II
Kerumunan wartawan memadati halaman persidangan. Kilat kamera menyorot pada Audrey yang baru saja turun dari mobil bersama dengan kedua orang tuanya dan Dakota. Beberapa pengawal yang Athes sengaja bawa—langsung memblokir jalan wartawan yang mengajukan rentetan pertanyaan pada Audrey. Tak selang lama, dua buah mobil mewah memasuki halaman parkir. Terlihat Xander baru saja turun dari mobil didampingi kedua orang tuanya. Sebagian wartawan pun langsung mengerumuni Xander dan juga Marco serta Angela. Sayangnya, wartawan tetap tak bisa menjangkau Xander karena Marco membawa pengawal untuk memblokir jalan wartawan.Sesaat, Audrey dan Xander saling bertukar pandang. Tatapan mereka begitu dalam dan seakan membuat mereka hanyut mengikuti aliran sungai teduh yang tak tahu berakhir di mana.Manik mata abu-abu Audrey nampak nyaris berembun, namun mati-matian Audrey menahan air matanya. Sedangkan Xander? Tak perlu ditanya. Manik mata cokelat Xander memendung jelas kesedihan yang tertutupi ego.“T
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status