Semua Bab ISTRI KEDUA AYAHKU: Bab 11 - Bab 20
51 Bab
Bab 11. sepenggal kisah masa lalu
ISTRI KEDUA AYAHKU 11"Jelaskan padanya Eyang. Siapa diriku sebenarnya."Aku menatap gadis itu, tersenyum."Siapapun dirimu, aku tak peduli. Yang jelas aku meminta dirimu untuk tidak mengacau dalam rumahku. Huda adikku sedang berduka. Dia baru saja kehilangannya istri yang dicintainya. Apakah kau tak punya malu sedikit saja untuk menunda keinginanmu masuk ke keluarga ini?"Skak. Kata kataku jelas menampar nyalinya. Gadis itu merah padam. Sementara Eyang, termangu mangu menatapku. Entah mengapa kali ini tatapan matanya tampak berbeda. Bukan sorot meremehkan dan merendahkan seperti biasa. Ya. Eyang kerap merendahkan aku dan Amira karena kami terlahir dari rahim wanita biasa."Eyang, jangan diam saja. Mana janji Eyang hendak menjadikan aku cucu menantu. Eyang kan…"Kepala Eyang berputar, menatap Angela lekat. Dan entah bagaimana wanita setua itu memiliki sorot mata yang sangat tajam dan terasa menguliti. Angela langsung menutup mulut, tanpa sadar melepaskan tangannya dari lengan Eyang."
Baca selengkapnya
Bab 12. Wonder women
ISTRI KEDUA AYAHKU 12Makan malam tanpa Ayah. Hanya ada empat wanita dan Huda yang menunduk sambil memainkan sendok di tangannya. Aku sendiri, larut dalam peperangan batin, antara memberi tahu semua orang tentang batalnya pertunanganku dengan William, atau memilih menyelesaikannya sendiri. Bayangan foto William dan gadis itu, dan pesannya yang tak pernah kubuka kini menggedor gedor kesadaran. William mestinya tahu tak ada wanita yang mau dikhianati. Kapal kami belum lagi berlayar, namun telah diserang badai."Aku minta izin pergi beberapa hari."Suara Huda membuatku mengangkat kepala. Malam ini dia bahkan tak kembali ke rumah Mama. Entah apa yang dia pikirkan, mungkinkah sama denganku? Bahwa Mama, adalah orang yang berada di balik kematian Saskia. Meski aku tak tahu dengan cara apa dia melakukannya. Semua celah tertutup begitu tanah merah menimbulkan jasadnya. Tak ada yang bisa diselidiki karena keluarganya menolak otopsi. Mungkin suatu saat Tuhan lah yang akan menunjukkan pada kami
Baca selengkapnya
Bab 13. Gadis di dalam night club
ISTRI KEDUA AYAHKU 13PoV ELISA.Aku memasukkan lagi pistol milik Ayah ke dalam brankas. Pistol itu memiliki izin resmi dan Ayah berpesan hanya boleh aku gunakan di saat sangat terdesak. Sejauh ini, aku tak pernah menggunakannya. Tapi melihat Huda babak belur ditendangi orang lain hatiku benar-benar hancur.Setelah mengunci kembali brankas, aku keluar dari ruang kerja Ayah, tempat dimana brankas itu berada. Hanya Ayah dan aku yang tahu angka kombinasinya. Aku kembali ke kamar Huda. Dia terbaring tak sadarkan diri, sementara Bunda duduk di sisi ranjang, membersihkan luka lukanya."Besok akan kupanggil Dokter Sonya Bun. Aku takut lukanya infeksi. Dan terutama aku takut ada luka dalam."Bunda mengangguk. Wajahnya memerah bekas menangis. Ya, sejak dulu, Bunda sudah menganggap Huda anak kandungnya.Bibir Huda pecah dan bengkak. Hidungnya telah berhenti mengalirkan darah. Selain itu, tak ada luka luar. Tapi melihat bagaimana kaki bersepatu itu menendangi adikku membuatku merinding. Bagaiman
Baca selengkapnya
Bab 14. Rumah yang penuh rahasia
ISTRI KEDUA AYAHKU 14"Bukankah itu William?"Aku mengangguk. Duduk disisi tempat tidurnya. Ku masukkan lagi ponsel ke dalam saku celana panjang longgar yang kukenakan. Aku tahu Huda tengah mengamati semua gerakan ku dengan tatapan penuh tanya. Ya. Bagaimana bisa William memeluk Riris, gadis itu."Namanya Trisha. Aku biasa memanggilnya Riris. Mungkin jika Kakak bertanya pada William, dia tak mengenal nama Riris. Tapi, apa yang terjadi? Kenapa William memeluknya? Bukankah kalian akan menikah? Ini di hotel kan?"Pertanyaan Huda yang bertubi tubi itu membuatku sesak. Tentu saja dia tahu dengan pasti apa yang dilakukan sepasang manusia di dalam sebuah kamar hotel. "William mengkhianatimu."Itu kalimat pernyataan, bukan pertanyaan. "Dia sudah menyakitimu Kak. Benar kan? Kak El, aku tidak akan tinggal diam. Aku akan memberi pelajaran untuknya." Huda berusaha untuk bangkit, tapi karena masih lemah, gerakannya tidak segesit biasa. Aku memegang bahunya, menyuruh dia kembali berbaring."Tida
Baca selengkapnya
Bab 15. Apakah karma itu ada?
ISTRI KEDUA AYAHKU 15Dadaku rasanya langsung berdenyut nyeri, membayangkan adikku dan Eyang bersama Mama, apalagi teringat ancamannya kemarin. Ya Tuhan, apa yang Mama rencanakan? Aku segera mengeluarkan ponsel, mencoba menghubungi Amira. Ponselnya tersambung tapi tak juga diangkat. "Ada apa?" Ayah berjalan menghampiri. Beliau baru saja memasukkan mobil ke garasi. "Mama membawa Eyang dan Amira. Katanya mau menyusul kita Yah.""Oh, mungkin papasan di jalan.""Ayah! Mama hendak mencelakai Eyang dan Amira. Terutama Amira!"Ayah terkejut, sementara Bunda yang melihat raut wajahku yang tegang dari kejauhan berlari menghampiri. "Tidak mungkin El. Mamamu memang cemburuan dan kadang absurd. Tapi dia tak akan berbuat jahat." Ujar Ayah."Lalu, siapa memangnya yang Ayah pikir membuat para gadis Huda menggugurkan kandungan? Bukankah Itu sama saja membunuh!"Huda! Teringat olehku bahwa Huda juga ada di rumah saat kami pergi tadi. Aku berlari ke dalam rumah dan membuka pintu kamar Huda. Ternyata
Baca selengkapnya
Bab 16. Siapa yang salah?
ISTRI KEDUA AYAHKU 16Aku bisa tenang menghadapi segala masalah. Tapi satu hal yang membuatku tak bisa mengendalikan diri adalah jika itu menyangkut keselamatan Bunda dan Amira. Sebelum telepon ditutup, aku langsung menghubungi Ayah dan Huda dengan ponsel yang lain, dan bergerak cepat menghubungi polisi untuk melacak lokasinya. Riris, atau siapapun dia tak akan pernah kubiarkan lolos jika sampai menyakiti adikku. "Kak Elisa. Tunggulah di kantor. Jangan kemana-mana!" Seru Huda dari seberang telepon. "Aku dan Ayah yang akan ke sana bersama polisi.""Berikan lokasinya padaku Huda!" "Tidak Kak. Ayah melarang. Kakak sedang lelah dan banyak masalah.""Dengar aku! Tidak ada masalah yang lebih penting dari pada Amira. Dan kau pikir aku bisa istirahat sementara adikku dalam bahaya? Cepat kirim lokasinya!""Kak…""Cepat Huda! Atau aku tak akan mengakuimu sebagai adikku!""Oke oke…!"Aku menutup ponsel. Sedetik kemudian Huda mengirim lokasi tempat Amira di sekap. Polisi bergerak sangat cepat.
Baca selengkapnya
Bah 17. Menyerah
ISTRI KEDUA AYAHKU 17Aku duduk menunggu di sofa kecil di depan pintu kamar kami di lantai atas. Di dalam, Bunda tengah menemani Amira diperiksa oleh Dokter Sonya, yang datang sambil menangis. Aku telah mengeluarkan sejumlah uang untuk menutup mulut siapa saja yang tahu peristiwa yang menimpa Amira agar tak sampai ke publik. Tapi dokter Sonya adalah pengecualian. Dokter berusia empat puluh delapan tahun itu telah bekerja pada kami sejak aku masih kecil.Semalam, Amira mengerang kesakitan dalam tidurnya. Aku khawatir alat vitalnya infeksi sehingga subuh subuh aku memanggul Dokter Sonya.Pintu terbuka. Dokter Sonya keluar dengan wajah murung. Dia langsung memandangku, tersenyum tipis."Bagaimana Amira? Apakah terjadi sesuatu?"Dokter Sonya menggeleng dan duduk di hadapanku."Tidak. Fisiknya baik baik saja. Luka di alat vitalnya juga sudah mengering dan akan segera sembuh. Tapi, luka disini." Dokter Sonya memegang dadanya. "Luka ini yang membuat tubuhnya terus merasa sakit. Trauma dan ba
Baca selengkapnya
Bab 18. Pergi
ISTRI KEDUA AYAHKU 18"Tunggu apa lagi Mas? Cepat ceraikan dia. Kau punya aku dan Huda. Kamilah yang akan menjadi tangan kanan dan penerusmu. Bukan hanya anak anak perempuan yang menyusahkan ini."Bunda menahan lenganku. Beliau tahu bahwa aku benar-benar murka oleh kata-kata Mama. Aku menarik nafas, memenuhi rongga dadaku dengan oksigen. Aku menoleh pada Bunda. "Bunda sungguh-sungguh?"Bunda mengangguk. Meski jelas terlihat mendung di wajahnya. "Semua harta ini tak lebih berharga dari kalian berdua." Ujarnya sambil tersenyum.Aku membalas senyum Bunda. Kini kami berdua menatap Ayah, yang berdiri seperti orang kehilangan arah. Lunglai dan kosong. Namun hentakan tangan Mama menyadarkannya."Mas! Mbak Anind dan Elisa ini sudah durhaka padamu. Kau tunggu apa lagi? Ceraikan dia dan usir mereka dari sini."Tanpa diduga, Ayah menyentak tangah Mama dengan keras hingga Mama terhuyung-huyung."Aku tidak akan menceraikanmu Anind. Sampai kapanpun tidak akan!" Lalu Ayah menatap Mama. "Dan kau La
Baca selengkapnya
Bab 19. Ular berwajah Ibuku
ISTRI KEDUA AYAHKU 19PoV HUDAAku menatap Mama, menghembuskan nafas dengan keras. Aku telah tahu sejak lama bahwa Mama berambisi menguasai rumah utama Ayah ini, berikut Wijaya Group. Tapi aku tak pernah menyangka jalan yang akan Mama ambil akan sekejam ini.Tiga hari yang lalu, aku menemui Riris di penjara. Gadis itu tertawa sinis melihatku. Hubungan kami memang tak pernah melibatkan hati. Nafsu binatang yang kupelihara dan akhirnya menjadi penghancur keluargaku. Sayang, aku terlambat menyadari. Adikku sendiri yang akhirnya menjadi korban."Kau benar-benar gila!"Riris tertawa. Matanya melirik ke kiri dan kanan, memindai petugas penjara yang tengah mengawasi kami. Dia dan lelaki yang disuruhnya menodai Amira dengan kejam terancam hukuman seumur hidup. Ayah dan Kak Elisa bahkan meminta hukuman mati bagi mereka berdua. Proses pengadilan baru akan berjalan. Riris terlalu berani mengambil resiko menentang keluarga Wijaya."Kau tahu? Orang yang sakit hati tak lagi memikirkan masa depan. D
Baca selengkapnya
Bah 20. Dilema Huda
ISTRI KEDUA AYAHKU 20PoV HUDAAku menatap lelaki yang kini tampak asing di mataku. Sejak dia mengucapkan kata cerai pada Mama, terasa sekali betapa luas jurang membentang. Sejak dulu, aku memang bukan anak kebanggaan. Ayah, tak seperti Eyang, tidak pernah membedakan perlakuannya padaku dan kedua saudaraku. Bahkan aku merasa Ayah mengandalkan Kak Elisa. Tentu saja, karena aku sebagai satu satunya anak lelaki kerap membuatnya kecewa."Aku tahu apa yang ingin kau tanyakan Huda. Ya. Aku memang telah menceraikan Mamamu."Aku terdiam, tak ingin membantah. Apapun yang akan Ayah lakukan tak ada lagi hak-ku ikut campur. Ibarat anak yang lahir dari seorang selir, aku tak bisa menganggap diriku jauh lebih berharga dari pada anak seorang ratu. "Tapi kau tak perlu khawatir. Apapun yang terjadi antara aku dan Mamamu, kau tetap anakku. Ayah rasa kau sudah cukup dewasa untuk menilai mana yang salah dan benar."Aku mengangguk."Aku… aku kesini bukan untuk itu. Aku tidak akan protes atau bahkan berta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status