Semua Bab DUSTA LELAKI BERGELAR SUAMI: Bab 21 - Bab 30
95 Bab
Bukti
"Jangan terlalu mengurusi jandaku, Ran. Karena begitu aku menjadi janda, kupastikan kau akan menjanda juga. Kau pasti sadar benar, sekali aku menanggapi Frans, pernikahan kalian selesai." Elya mengembuskan napasnya di leher Ranti."Bisa apa dirimu tanpa Frans? Jangan terlalu sombong dengan apa yang kau punyai. Mungkin kau merasa sempurna karena bisa memberikan dia keturunan, tapi kau sama sepertiku, tidak lebih dari seorang istri yang hanya pandai bersolek!" Elya tersenyum, mengembalikan semua kata-kata Ranti padanya.Elya memijat lembut bahu Ranti yang menegang."Aku duluan, Ran. Sepertinya acara penyambutan calon janda seperti kita akan segera dimulai." Elya tersenyum penuh kemenangan menatap Ranti yang mukanya memerah.Elya menjauhkan badan mereka. Sejenak memindai penampilan Ranti dari atas ke bawah. Kemudian menggeleng sambil tertawa kecil.Elya berjalan dengan anggun, meninggalkan Ranti yang membeku.***"Bram
Baca selengkapnya
Pecah Menjadi Tiga
"Aku punya foto hasil pemeriksaan itu." Elya berkata tenang, dengan anggun mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.Seketika ruangan itu hening.Suara Elya mengambang di langit-langit.Udara seperti hilang.Tarikan-tarikan napas terdengar sangat berat.Elya tersenyum tenang. Dia membuka salah satu foto di ponsel berlogo apel tergigit itu menggunakan tangan kanannya. Tangan yang mulus, putih, dan jari yang lentik dihiasi dengan lukisan bunga teratai berwarna merah muda di kukunya. Indah, siapapun yang melihat tangan itu pasti berdecak kagum. "Ada yang mau melihat foto hasil pemeriksaannya?" Suara Elya lembut terdengar. Tangannya terangkat, mengacungkan ponsel sambil menggoyang-goyangkannya.Hening. Ketegangan membungkus ruangan itu."Elya …." Bram mengambil ponsel Elya. Sigap Elya menjauhkannya dari Bram."Kenapa, Mas? Mas lupa hasilnya makanya mau lihat lagi?" Elya mengedipkan sebelah matanya pada Bram.
Baca selengkapnya
Ceraikan Aku!
"Saat ini, perusahaan mempunyai pinjaman dalam jumlah besar di dua kreditur kenalan temanku itu, Kek. Investasi itu membutuhkan dana yang besar, sehingga aku harus berhutang karena memerlukan tambahan modal. Tapi hasil investigasi ternyata salah perhitungan, sehingga setiap tahun hasil minyak yang didapat semakin berkurang. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak bisa melunasi hutang. Gagal bayar." Bram meletakkan gelas es jeruk."Saat itulah, perusahaan temanku akan mengambil alih semua aset perusahaan kita. Mereka yang akan berpura-pura menjadi pembeli di pelelangan pengadilan nanti." Bram menghela napas lagi."Aku harus bermain rapi, karena jika tidak, Om Ridho dan Om Miko, suami Tante Adisti, pasti bisa mencium adanya ketidakberesan dalam masalah ini. Oleh karena itulah, aku memerlukan waktu yang sedikit lama, untuk bisa menyelesaikan semua.""Apa yang kau butuhkan untuk bisa mempercepat semuanya? Kita sudah tidak bisa menunggu! Malam ini pasti mereka ak
Baca selengkapnya
Ditahan, Bukan Bertahan
Mama Vania mengelus punggung Elya lembut. Sebagai sesama wanita, dia paham sekali bagaimana perasaan menantunya itu."El …." Mama Vania tersenyum, menatap Elya lembut."Kalau kau mau pulang sekarang, Mama temenin, yuk." Mama Vania kembali mengelus punggung Elya yang duduk di sebelahnya.Tadi Mama Vania mengajak Elya duduk di bagian belakang, agak pojok. Dia ingin Elya menenangkan diri.Ketika melihat anak menantunya itu hampir lepas kendali saat pertemuan tadi, dia bergegas menyeretnya keluar.Percuma.Percuma melawan Kakek Harimurti.Kata-katanya adalah perintah. Sekali dia bersuara, maka wajib hukumnya dilakukan, tak bisa dibantah. Empat puluh satu tahun dia menjadi menantu di keluarga Harimurti, dan selama itu juga, dia hanya dianggap sebagai pelengkap.Keluarga besar memang selalu berlaku baik, tapi dia paham sekali, keberadaanny
Baca selengkapnya
Seseorang Dari Masa Lalu
"Aku ditahan, bukan bertahan." Elya menatap Om Ridho tajam."Papa yang menahanmu?""Siapa lagi? Lelaki tua berjiwa kerdil itu baru saja memasang pasung di kakiku!"Om Ridho menghela napas. Elya. Ini dirimu yang sebenarnya, dibalik sikap lembutmu selama ini, ternyata kau singa berbulu domba."Rossa Velisha," desis Om Ridho.Elya mengernyitkan keningnya. Nama itu. Nama yang tidak asing di telinganya. Mungkinkah?"Dia teman sepermainan Bram. Mereka selalu bersama setiap waktu. Sampai akhirnya Bram ditetapkan sebagai penerus perusahaan, mereka mulai renggang." Om Ridho bercerita tanpa diminta."Bram tenggelam dalam semua kesibukannya, namun Rossa selalu berusaha memperhatikan Bram. Mengiriminya makanan, menemuinya saat senggang, bahkan Rossa pernah magang di perusahaan agar bisa bertemu Bram setiap saat." Om Ridho mengangguk, membalas lambaian tangan Om Mi
Baca selengkapnya
Kecurigaan
"Kudengar, dia baru kembali dari luar negeri kemarin. Saat Kakek Wiratama menawarkan perjodohan ini padanya, dia langsung setuju tanpa bertanya apapun." Om Ridho ikut memperhatikan Rossa yang sedang berjalan."Rupanya cintanya pada Bram sekuat itu, bahkan dia memilih tetap sendiri hingga usianya hampir mencapai empat puluh tahun." Om Ridho kembali bersuara."Padahal, kalau dilihat dari segi fisik. Tentu banyak lelaki yang mau mendekatinya, kan? Selain manis, Rossa juga berasal dari keluarga terhormat dan berpendidikan. Ya walaupun jika dibandingkan dengan Elya, tentu jauh." Om Ridho tertawa kecil.Elya ikut tertawa."Tentu saja jauh, dia bukan tandinganku. Terhormat dan berpendidikan? Ayolah, entah apa jadinya kalau semua orang di ruangan ini tahu apa yang Rossa lakukan di luar negeri sana." Bathin Elya terbahak. Menertawakan semua ucapan Om Ridho.Bagaimana mungkin, satupun dari keluarga Harimurti tidak ada yang tahu sepak terjang Rossa?
Baca selengkapnya
Menyapa Teman Lama
"Jangan-jangan Om Ridho yang menyebabkan kemandulan Mas Bram? Bahkan aku pun baru tahu beberapa bulan yang lalu. Papa Lin dan Mama Vania baru saja tahu jam setengah delapan tadi. Bagaimana Om Ridho bisa tahu?" Elya mengedipkan mata.Perlahan melangkah dengan anggun, meninggalkan Om Ridho yang tercengang.Wanita ini luar biasa, juga berbahaya.Napas Om Ridho memburu. Tanganya terkepal. Matanya tajam memperhatikan letidak-lenggok langkah Elya."Ma, Pa." Elya menyapa Mama Vania dan Papa Lin yang sedang berbicara dengan Rossa.Hampir sebagian besar yang ada di ruangan itu menatap ke arah mereka.Kontras. Tampilan mereka sangat kontras. Elya yang tampil berani dan berkelas menggunakan dress berwarna merah menyala, sedangkan Rossa tampil lembut dan anggun menggunakan dress berwarna merah muda dengan nuansa lembut.Elya tampil menawan dengan segala kesempurnaanya sebagai wanita. Cantik, berkelas dan berani. Sementara Rossa tamp
Baca selengkapnya
Kelebatan Masa Lalu (1)
Rossa membeku. Lidahnya kelu.Pias. Wajah manis dengan bibir sensual itu sedikit bergetar. Andai tidak ditutupi make up tebal, wajah itu pasti sudah terlihat pucat pasi.Sedetik berlalu.Rossa mengangguk sopan. Dia menjabat tangan Elya dengan lebih mantap. Senyumnya mengembang, membalas senyum Elya. Dia telah mampu menguasai keadaan.Pengalamannya selama lebih dari lima belas tahun malang melintang di dunia kerja, menemui banyak orang dari berbagai negara, membuat dia cukup mampu mengendalikan dentum di dadanya.Tadi dia hanya terkejut. Elya. Tak dinyana. Wanita yang menjadi hantu di masa lalunya itu hadir kembali. Setelah sepuluh tahun hilang tanpa kabar, kini dia datang membuat hatinya berdebar."Halo, Elya. Aku Rossa. Sahabat masa kecil suamimu, yang sebentar lagi juga akan menjadi suamiku." Rossa menjawab tenang sambil mengayunkan jabat tangan mereka.Mencekam. Ruangan besar itu mencekam.Dua wanita itu seut
Baca selengkapnya
Kelebatan Masa Lalu (2)
"Akhirnya kuputuskan, proyek ini dibagi dua. Karena kalian sudah kenal dan cukup sering bertemu. Aku yakin kita tidak akan kesulitan bekerja sama." Mr. Steve menatap Elya dan Rossa bergantian.Elya mengangguk sambil tersenyum. Sementara Rossa menunduk. Wajahnya terasa panas."Sebentar, Elya, Rossa." Mr. Steve pamit saat mendengar ponselnya berdering dari arah tempat tidur.HeningElya dan Rossa terdiam dengan pikiran masing-masing."Kau tidak berubah, Ros." Elya akhirnya membuka suara."Apa yang harus ku ubah memangnya?" Rossa membalas tatapan Elya."Caramu kotor.""Setiap orang punya cara yang berbeda Elya." Rossa menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.Jarang-jarang dia dan Elya bisa bercakap-cakap santai seperti ini. Jarang, atau tidak pernah? Mereka hanya bertemu di ruang presentasi. Saling sapa sekedarnya. Kadang bahkan saling tidak peduli."Mungkin kau suka cara yang sulit. Membuat pr
Baca selengkapnya
Perdebatan
"Dari mana saja kau, El?"Elya sedikit tersentak mendengar suara bariton Bram. Perlahan dia membalikkan badan setelah menutup pintu kamar.Bram terlihat sedang duduk di kasur. Dia memperhatikan Elya yang berjalan anggun meletakkan tasnya di meja rias. Wanita itu kemudian mengambil jepitan rambut, dan menyanggul rambut hitam tebalnya dengan asal-asalan. Namun, itu justru menambah kecantikannya."Luar." Elya menjawab singkat.Bram mendengus. Dia juga tahu Elya dari luar."Apa yang kau kerjakan di luar sana, Elya?" Bram menekan rasa sebalnya pada Elya. Istrinya itu selalu ada cara untuk membuatnya kesal."Kepo deeeh. Aku mandi sebentar ya, Mas. Badanku rasanya lengket." Elya mengedipkan sebelah matanya pada Bram sambil menyambar handuk, kemudian bergegas memasuki kamar mandi sebelum ada protes dari Bram.Bram memukul bantal untuk melampiaskan kekesalannya. Akhirnya lelaki itu merebahkan badan.Mata Bram terpejam, d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status