Cerita ini tentang perebutan harta dan tahta dalam imperium bisnis keluarga dengan melibatkan orang terkaya nomor lima dalam negeri. Sinopsis : Elya, seorang wanita yg sangat dipuja oleh suaminya, harus menerima kenyataan pahit. Di usia pernikahan mereka yang ke sepuluh tahun, dia mengetahui kebohongan yang selama tujuh tahun ini disimpan dengan rapi oleh suaminya. Bangkai itu tersingkap, menguarkan bau anyir yang sangat amis. Cinta Elya terlalu dalam. Hingga saat mengetahui Bram –Suaminya–, ternyata pendusta, dia hancur sehancur-hancurnya. Apalagi kebohongan suaminya itu membuat dia selalu dihina dan direndahkan oleh keluarga besar Bram. Elya akhirnya bangkit dan memutuskan untuk membalas. Mempunyai pengalaman sebagai wanita karir sukses dan latar belakang pendidikan S2, dia memutuskan membalas dengan cara yang elegan. Wanita cantik dan cerdik itu membangun perusahaan tandingan untuk menghancurkan imperium bisnis kebanggaan keluarga suaminya.
Lihat lebih banyakBrakk!
Pintu kamar dibanting dengan keras. Elya yang sedang duduk di meja rias menggunakan skincare malam melihat sekilas ke arah Bram, suaminya.Lelaki itu terlihat kacau. Dia berjalan ke arah kasur, lalu membanting badannya hingga tidur terlentang dengan kedua tangan menutup wajah."Berapa harga skincare itu, El?" Bram menoleh dan menatap tajam pada Elya yang masih sibuk di meja rias. wanita itu mengoleskan entah krim apalah di wajahnya yang mulus terawat."Kenapa, Mas? Mau pesan? Paket gold atau platinum?" Elya tertawa sinis menanggapi pertanyaan suaminya.Elya memperhatikan Bram dari pantulan di dalam cermin. Lelaki itu duduk kemudian melonggarkan dasi yang dipakainya. Sementara Elya tetap diam, meneruskan memakai serum dan dilanjutkan dengan krim malam."Kamu berubah, El!" Bram beranjak berdiri, berjalan menuju meja rias, kemudian memegang bahu Elya."Maksudnya?" Wanita cantik berusia tiga puluh tiga tahun itu mengangkat alis sambil menatap suaminya dari pantulan cermin."Kamu berubah! Mana Elya yang kukenal dulu? Yang lemah lembut? Elya yang penurut? Elya yang selalu menyambut suaminya saat pulang kerja?" Bram mengguncang pelan bahu Elya.Elya melepaskan tangan Bram di bahunya. Dia berdiri dan membalikkan badan. elya menatap Bram tepat di matanya. Mata cemerlang itu berkedip dengan anggun. Siapapun yang menatap mata itu, akan terpesona karena keberanian dan ketegasan yang terlihat jelas dari cahaya matanya. Cahaya mata yang mengendalikan. Cahaya mata milik Elya."Sayang ..." Elya mendesah. dia membasahi bibirnya dengan lidah sambil tersenyum manis, kemudian memegang pipi Bram dengan kedua tangannya.Elya berjinjit. Keningnya dan kening Bram beradu. Sebegitu dekatnya mereka, sampai Bram bahkan bisa merasakan hangat napas Elya di wajahnya.Elya berbisik pelan. Sangat pelan. Bahkan desau angin pun kalah dengan pelannya suara Elya."Setelah semua kebohongan dan luka yang sengaja kau tuliskan dalam kisah rumah tangga kita, kamu masih berharap aku menjadi orang yang sama?" Elya tersenyum tipis."Tujuh tahun kau simpan rapi semuanya, Mas. Sayangnya, istrimu ini masih belum terlalu bodoh untuk terus larut dalam sandiwara yang kau ciptakan." Elya berkata lembut sambil menjauhkan wajahnya dari wajah Bram. Senyum manis itu tetap tersungging di wajah cantiknya.Elya mengembuskan napas perlahan. Tangannya bergerak, berpindah dari wajah Bram menuju dada. Elya kemudian mengelus pelan dada itu. Dada yang selama sepuluh tahun pernikahan mereka, dia kira merupakan tempatnya bersandar. Dada bidang yang selalu menjadi pelabuhan, saat hatinya tengah di ombang-ambing lautan kesedihan.Elya tertawa kecil. Ternyata semua hanya kebohongan belaka. Lelaki yang sangat dicintainya itu menyimpan rahasia yang membuat cintanya terkikis begitu saja. Bahkan melihat lelaki di hadapannya saat ini pun, sebenarnya dia sudah sangat jijik."Aku benar-benar minta maaf, El," ucap Bram sambil menggenggam tangan Elya di dadanya.Elya tersenyum manis sambil melepaskan tangannya dari genggaman Bram."El … " Bram berusaha menangkap tangan Elya yang berjalan menjauhinya.Elya melangkah anggun menuju kasur mereka. Kasur busa kualitas ekspor itu terlihat sangat mewah berpadu dengan seprai satin merah hati."Tadi kamu tanya harga skincareku, Mas? Tujuh belas juta satu paketnya. Kenapa?" Elya duduk di pinggir kasur, kakinya menyilang dengan kedua tangan ke belakang badan sebagai penopang.Elya tersenyum manis. Senyuman itu tidak pernah hilang dari wajah cantiknya.Bram mengacak rambut. Dia menghela napas kasar. Lelaki itu akhirnya mengikuti Elya duduk di samping kasur."El, harus berapa kali lagi Mas minta maaf? Mas benar-benar menyesal, El." Bram menopang kepalan dengan kedua tangan yang bertumpu di paha."Kalau tidak ketahuan, Mas masih menyesal juga tidak?" Elya tertawa renyah sambil mengelus paha Bram lembut.Bram memejamkan mata dengan tangan terkepal. Giginya bergemeletuk menahan amarah, sesal, kesal, sedih semua perasaan itu menjadi satu. Campur aduk. Sulit diterjemahkan. Yang pasti Bram hanya mengerti satu hal, dia sangat takut kehilangan Elya."Mulai bulan depan, kuhentikan semua jatah bulananmu! Kebutuhan dapur biar aku yang menyiapkan, tagihan-tagihan aku semua yang akan membayarkannya!" Bram akhirnya berbicara setelah terdiam agak lama.Elya menautkan alis dan menarik napas panjang. Dia berusaha mengatur dentum di dadanya. wanita itu memejamkan mata. Dia harus tetap bisa mengendalikan diri. Dia harus bisa mengontrol emosi yang sebenarnya sudah di ubun-ubun. Ingin rasanya dia menampar dan meludahi laki-laki di hadapannya."Terus uang skincare, biaya ke salon, ke gym, sama uang arisan Mas juga yang atur?" Elya mengedipkan sebelah mata ke Bram. Centil.Dulu Bram sangat menyukai jika Elya bersikap centil dan menggoda. Tapi kini, dia tahu Elya melakukan semua itu untuk mengejeknya.Bram menghela napas. Ingin sekali rasanya dia mengecup kening wanita di sampingnya. Membawanya ke dalam pelukan. Melabuhkan semua rindu yang selama berbulan-bulan ini terabaikan.Elya berubah seratus delapan puluh derajat setelah mengetahui semua. Wanita berwajah cantik, dengan kulit halus bak porselen itu tiba-tiba menjadi orang yang benar-benar berbeda dari yang selama ini dikenalnya."Tidak ada jatah untuk itu!" Bram berkata tegas. Dia menatap Elya tepat di matanya untuk mengetahui bagaimana tanggapan istrinya dengan keputusan itu.Tadi sebelum pulang dari kantor, lama dia termenung. memikirkan bagaimana cara agar istrinya kembali seperti dulu. Bagaimana agar rumah tangga mereka kembali penuh kesenangan, kebahagiaan dan gairah."Kenapa?" Elya menautkan kedua alis. Bibirnya manyun menggemaskan. Rambut hitam bergelombang, dengan sedikit warna blonde di ujungnya menambah kecantikan Elya.Bram terengah. Ingin rasanya dia menerkam wanita di sampingnya itu. Tapi dia harus menahan diri. Entah kejutan apa lagi yang akan dilakukan Elya jika dia memaksa."Kini kau sadar kan kau menggantungkan hidupmu padaku, El?" Bram meremas pahanya."Kau tetap bisa terlihat cantik dengan biaya perawatan yang tidak sedikit, tetap bisa tampil modis dengan biaya yang fantastis, tetap bisa berkumpul haha-hihi dengan teman-teman sosialitamu, karena siapa? Karena aku!" Bram menggertakkan gigi. Rahangnya mengeras."Itu sudah kewajibanmu sebagai suami." Elya berkata datar sambil memperhatikan kuku tangan. Sudah waktunya berganti warna dan corak. Dia mulai bosan dengan motif bunga anggrek bulan di kukunya."Sudah kupenuhi semua kebutuhanmu selama ini, El. Nafkah lahir kau kucukupkan, nafkah bathin kau tidak pernah kekurangan. Apalagi kurangku sebagai suami?!" Wajah tampan Bram memerah melihat istrinya yang bersikap jauh dari yang diharapkan.Tadinya dia berpikir Elya akan memohon, berusaha merayunya, lalu Bram akan memberikan beberapa syarat agar tidak jadi melakukan aturan tersebut. Jauh panggang daripada api. Elya bukan berusaha melembutkan hatinya, wanita itu dengan enteng mengatakan itu semua sudah kewajibannya."Apa kurangmu sebagai suami?" Elya mengulangi pertanyaan Bram dengan lembut. Suaranya yang halus membuat siapa saja yang mendengarnya menjadi betah berlama-lama berbincang dengan Elya."Kau hanya kurang jujur, Mas…." Bibir basah Elya menyunggingkan senyum yang sangat manis."Apa kabar Rossa?" Elya akhirnya kembali bertanya setelah mereka terdiam cukup lama."Ah iya. Dia sehat, anaknya juga sudah bertambah besar. Sedang dalam tahap merangkak ke sana kemari. Rossa titip salam untukmu."Elya tertawa kecil. Mengangguk. Salam balik untuk Rossa maksudnya. "Dia sangat berterima kasih padamu, El. Boleh tahu kenapa?""Hei! Kau mau tahu saja. Itu rahasia antara para wanita." Elya tertawa sambil mengedipkan mata.Elya menarik napas. Ingatannya melayang pada siang itu, saat dia dan Rossa akhirnya setuju untuk bersepakat. "Apa yang mau kau bicarakan, El?""Aku ingin menawarkan kerjasama.""Kerjasama?" Rossa tertawa kecil."Hei! Ingat berapa kali kau menolak tawaranku? Dua kali!" Wanita yang tengah berbadan dua itu berteriak."Lalu, apa menurutmu aku akan menerima begitu saja tawaran darimu setelah saat ini aku berada di atas angin, hah?!" Napas Rossa menderu."Tena
Bram tersenyum melihat Elya yang sedang duduk di mobil dengan pintu terbuka. Dia tahu wanita itu sedang menunggunya. Tadi mereka berjanji akan makan siang bersama setelah semua urusan selesai.Bram menarik napas panjang. Bahkan dari kejauhan, kecantikan Elya masih terlihat sangat jelas. Di usianya yang menjelang pertengahan kepala tiga, Elya tampil sebagai wanita matang dengan segala kesempurnaanya. Lelaki itu kembali menarik napas panjang. Andai dulu dia jujur pada Elya tentang hasil pemeriksaan, akankah kisah mereka tetap berakhir seperti ini?"Bram." Satu suara menyapa Bram.Lelaki berkaos putih itu menoleh ke arah sumber suara."Pa ….""Kata Elya kalian ada acara?""Iya, Pa. Kami mau makan siang di luar. Nostalgia, di resto dulu tempat aku melamar Elya." Bram tersenyum malu-malu."Pergilah, Bram. Melihat dari sikap Elya, Papa yakin masih ada kesempatan bagimu untuk memenangkan hatinya." Papa Lin menepuk bah
Enam bulan setelah penangkapan Kakek Harimurti."Selamat Siang, pemirsa Berita Dalam Negeri.Setelah melalui proses sidang yang alot karena Harimurti melakukan perlawanan yang cukup kuat. Hari ini akhirnya keputusan banding resmi ditolak.Harimurti dijerat dengan pasal berlapis. Pertama penyalahgunaan obat sehingga membahayakan keselamatan orang lain pasal 1 UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.Kedua pencemaran nama baik terhadap perusahaan Lakhsita pasal 27 ayat 3 dan pasal 45 ayat 1 UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).Ketiga pengancaman akan menghabisi nyawa orang lain pasal 368 KUHP.Dengan adanya tuntutan pasal berlapis, Harimurti dijatuhi hukuman denda yang sangat banyak dan hukuman kurungan dalam jangka waktu yang lama.Sangat disayangkan. Di masa-masa akhir menuju tutup usia, Harimurti harus kehilangan semua kekayaan dan kehormatannya. Harimurti bahkan ditangkap di kantor pusat Harimurti Grup, tempat ya
Papa Lin tersenyum puas menatap Elya. Menantunya itu memang layak dikagumi. Jika menuntut Harimurti dengan jalan biasa, pasti lelaki tua itu akan bebas dengan mudah.Dengan melakukan semua ini, mereka bisa mendapatkan dukungan yang sangat besar dari masyarakat. Apa lagi jika memanfaatkan kisah rumah tangga Elya dan Bram yang selama sepuluh tahun belum dikaruniai keturunan. Pasti emosi publik akan semakin meledak.Elya tersenyum menatap Kakek Harimurti yang mematung. Lelaki tua itu melihat dirinya dengan tatapan kosong."Kau terlalu angkuh Harimurti! Seolah bisa menyelesaikan semua dengan uang dan relasi yang kau miliki, kau lupa tidak semua hal bisa dibeli. Salah satunya harga diri. Kini, kau bukan siapa-siapa lagi di negeri ini." Lembut suara Elya terdengar, membuat Kakek Harimurti terdiam."Seorang pemilik imperium bisnis ternama, kini hanya seorang calon pesakitan yang akan menghabiskan sisa waktunya dalam keadaan hina! Semua itu karena nafsu
"Lepas!" Elya berteriak sambil memberontak."Bagaimana, Elya?" Kakek Harimurti terkekeh melihat wajah Elya yang memerah.Elya tidak gentar sedikit pun dengan keadaan di sini. Dia pernah melihat hal yang lebih keji. Kedua orangtuanya mati terbakar dan menjadi abu di depan matanya sendiri."Ternyata selama ini kalian telah mengetahui aku yang telah membuat Bram mandul, hah?!" Kakek Harimurti berdiri tegak di hadapan Elya yang dipegang oleh dua orang suruhannya.Kakek Harimurti tertawa terbahak-bahak. "Kau betul, Elya! Aku memang telah memberikan obat itu selama lebih dari tiga puluh tahun. Cucu dari jalan darahku lebih pantas memimpin perusahaan ini dibandingkan dengan keturunan Lin s*alan itu!""KRIMINAL!" Elya berteriak kencang sambil memberontak.Kakek Harimurti kembali tertawa terbahak-bahak. "Kriminal? Tidak ada yang kriminal di negeri ini selama kau punya uang dan relasi!" Kakek Harimurti menatap Elya ding
"Jelaskan!" Bentakan Kakek Harimurti memenuhi lantai paling atas kantor pusat Harimurti Grup. Suara serak itu gemetar menahan amarah.Papa Lin menarik napas panjang. Lelaki tua di hadapannya ini terlihat sangat marah. Hilang sudah rasa hormatnya selama ini. Orang yang dianggapnya sudah seperti ayah kandung sendiri, ternyata musuh yang menikam dari belakang."Tenanglah dulu, Pa.""Jelaskan maksud semuanya, Lin.""Maksud yang mana?""Kenapa kau melakukan konferensi pers?!" Kakek Harimurti berteriak kencang. Giginya bergemeletuk melihat Papa Lin yang tampak tenang-tenang saja."Kenapa tidak?" Papa Lin tersenyum. Matanya menatap dua orang bodyguard berbadan atletis yang berdiri tegap menjaga pintu. Dia yakin sekali, pasti di luar ruangan jumlah mereka lebih banyak lagi."Lin!" Kakek Harimurti menggebrak meja."Apa masalahnya, Pa?" Papa Lin menatap Kakek Harimurti dengan ekspresi pura-pura bingung.Kakek Ha
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen