All Chapters of DUSTA LELAKI BERGELAR SUAMI: Chapter 41 - Chapter 50
95 Chapters
Mengejutkan
"Kakak pernah bertanya kenapa Frans jarang ikut acara keluarga akhir-akhir ini bukan? Frans punya wanita lain, Kak. Aku baru tahu beberapa hari yang lalu." Air mata Ranti kembali mengalir."Frans selingkuh?" Elya cukup terkejut mendengar cerita Ranti. Walaupun mereka tidak terlalu akur, sebagai sesama wanita dia paham betul bagaimana perasaan adik iparnya itu."Bukan selingkuh, tetapi aku yang menjadi selingkuhannya." Ranti menggigit bibirnya. Menahan sakit di dalam sana."Maksudmu?""Ternyata selama ini aku telah dibohongi, dia telah beristri. Rapi sekali dia menyimpan semua selama pernikahan kami. Hingga aku tidak menyadari, bahwa aku adalah istri kedua." Ranti terisak, mengabaikan make up nya yang menjadi berantakan.Elya terpana. Inikah karma? Selama pernikahan saudaranya membohongi Elya tentang hasil pemeriksaan itu, menjadikan Elya tameng dari setiap hujatan yang seharusnya Bram terima. Kini, adiknya yang menanggung balasannya, ternyata Ranti juga dibohongi oleh suaminya. Bahkan
Read more
Kabar Penting
Terkadang kita sudah merasa paling berkuasa, tapi takdir justru berkata sebaliknya. Saat Bram sudah merasa rencananya berjalan lancar sesuai keinginannya. Saat Elya sudah merasa akan menang dan tinggal menunggu hari itu akan tiba. Takdir justru memberangus semuanya. Menghancurkan setiap titik, rasa bangga dalam diri mereka.Di sana, di tanah bersalju yang mereka anggap sudah tidak ada apa-apa. Di tempat yang mereka kira, sumber dayanya akan segera sirna. Ternyata justru menyimpan sesuatu yang tak kalah berharganya.Cadangan minyak itu sudah tidak ada. Tapi bukan berarti daerah itu sudah tidak lagi berguna. Tertimbun jauh di dasar sana, sumber kekayaan yang tidak ada habisnya.Ratusan ton emas murni. Seolah menjadi hadiah dari bumi, pada Elya dan Bram, yang merasa seakan bisa mendahului kuasa Tuhan. Membunuh keangkuhan dua anak manusia, yang seperti sudah akan menang melawan ketetapan."Sudah kau pastikan, Lin?" Rahang Bram mengeras. Napasnya terdengar menderu, secepat detak jantungnya
Read more
Dansa Pengantin
"Nanti Mama carikan dimana Elya. Sekarang bergegaslah, Rossa sudah menunggu dari tadi." Mama Vania menepuk pelan punggung Bram.Bram berjalan dengan gagah menuju tempat Rossa menunggu. Senyum lebar terkembang di wajahnya. Begitu sampai di tempat Rossa berdiri, Bram langsung merundukkan badan dengan bertumpu pada satu kaki. Tangannya terjulur, meminta tangan Rossa. Bram terlihat sangat jantan. Rossa tersenyum sumringah melihat Bram memperlakukannya sedemikian rupa.Lampu di ruangan besar itu meredup. Hanya tersisa lampu sorot yang menyala terang. Membentuk bulatan, menyinari kedua pasang mempelai. Musik romantis mulai terdengar dari alunan biola. Seorang violinist terkenal diundang secara khusus untuk mengiringi momen istimewa ini.Bram berdiri, satu tangannya memegang pinggang Rossa, menariknya agar lebih mendekat. Tangan yang lainnya tetap memegang tangan perempuan yang telah menjadi wanitanya itu. Rossa melingkarkan satu tangannya di pundak Bram. Pelan kedua mempelai mulai bergerak.
Read more
Bram Minta Nambah?
"Ma, Pa …." Elya menyapa Mama Vania dan Papa Lin yang sudah lebih dulu duduk di meja makan. Wanita itu tersenyum lebar pada Mama mertuanya yang mengelus bahunya pelan.Seperti biasa, sudah menjadi aturan tidak tertulis dalam keluarga Lin Harimurti. Setiap ada anak yang baru menikah, maka semua anggota keluarga wajib menginap selama satu minggu di rumah Papa Lin dan Mama Vania. Alasannya agar mereka bisa berkumpul bersama, sebelum mulai sibuk lagi dengan kehidupan masing-masing."Hei, Cantik." Mama Vania tersenyum lebar menyapa menantu kesayangannya itu."Rapi sekali, mau kemana?" Mama Vania memperhatikan penampilan Elya yang terlihat formal namun masih terkesan santai."Seperti melihat Elya muda sekian tahun yang lalu, saat pertama kali Bram memperkenalkannya pada kita." Papa Lin ikut bersuara."Jadi maksud Papa, Elya sekarang sudah tua, begitu?" Elya memajukan bibirnya, pura-pura merajuk.Meja makan itu dipenuhi oleh tawa. Elya
Read more
Rantai Terbaik
"Bram mana?" Papa Lin bertanya pada Rossa yang sedang merapikan handuk di kepalanya."Tadi baru selesai mandi, Pa, mungkin sebentar lagi menyusul kemari." Rossa menjawab sambil mulai menyendok nasi."Elya duluan Pa, Ma …." Elya berdiri setelah menyelesaikan sarapan paginya.Bergegas dia berjalan meninggalkan meja makan sebelum Rossa kembali bersuara. Malas sekali rasanya dia harus satu meja dengan perempuan murahan itu. Selain murahan, Rossa ternyata tukang halu juga. Elya terus membatin sepanjang jalan menuju kamarnya."Mas Bram minta nambah katanya. Minta nambah apanya?" Elya menggelengkan kepala. Jam lima tadi Elya terkejut saat bangun tidur, dilihatnya Bram sedang berbaring di samping sambil memeluk pinggangnya. Justru Elya yang mengusir Bram agar segera pindah ke kamar Rossa. Setengah sadar lelaki itu berjalan terhuyung-huyung pindah kamar."Mau kemana?" Bram mencegat Elya yang baru keluar dari pintu utama."Keluar." Elya me
Read more
Ketahuan
Dua burung besi itu melesat membelah angkasa. Yang satu pergi seorang diri dengan perasaan ramai di hati, sementara yang lainnya pergi berdua namun sepi tetap menggayuti.Elya, wanita muda dengan segala kesempurnaannya itu pergi menyeberangi samudera. Jauh di dalam sana, hatinya berdarah-darah. Belum kering luka karena dibohongi orang yang paling dia percaya selama bertahun-tahun, kini luka itu semakin menganga dengan adanya pernikahan kedua dari orang yang pernah sangat dia cinta.Apa yang dilakukan Bram dan Rossa di sana? Dua minggu bersama? Dadanya nyeri mengingat tubuh dan hati Bram kini bukan hanya miliknya. Elya juga tidak bisa membayangkan jika nanti Bram meminta, apakah dia masih mau melayaninya dengan rela? Elya jijik memikirkan entah sudah berapa banyak pria yang menikmati istri kedua suaminya itu."... In a few moments, the flight attendants will be passing around the cabin to offer you drink and snack …."Pengumuman dari dalam pes
Read more
Rencana Bram
"Kau kenal Elya?" Wajah Bram dingin bertanya pada wanita muda di seberang samudra sana. Matanya menyipit memperhatikan perubahan raut wajah Elin."Istri Bapak, kan?" Elin bertanya hati-hati."Elin, kau orang kepercayaanku. Kau tentu paham sekali bagaimana tabiatku. Aku benci dikhianati." Wajah Elin pias mendengar surat berat Bram."Kuulangi pertanyaanku. Kau kenal Elya?" Bram menatap tajam wajah Elin yang terpampang jelas di ponselnya."Kami bersahabat baik sejak kuliah, sampai detik ini." Elin menarik napas panjang.Dalam waktu singkat wanita berambut lurus itu berhitung dengan situasi, memilih menjawab jujur pertanyaan orang yang telah memberikan kepercayaan penuh padanya selama bertahun-tahun ini. Wanita dengan mata sipit itu paham betul tabiat Bram, dia sangat membenci pengkhianatan."Saya tidak tahu Bu Elya adalah istri Bapak, sampai saya ditugaskan untuk berkoordinasi dengan Pak Hendy beberapa tahun lalu." Tarikan napas Elin terdengar jelas."K
Read more
Gagal Bulan Madu
"Apa maksudmu, Bram?" Wajah Rossa memerah saat mendengar Bram akan berangkat nanti sore.Rossa terbangun dari tidur nyenyaknya saat matahari sudah tinggi. Jam delapan pagi waktu setempat.Wanita berwajah manis itu mengernyitkan kening melihat Bram sedang sibuk memisahkan pakaian mereka yang diletakkan berbarengan dalam beberapa koper."Ada pekerjaan mendesak yang tidak bisa kutinggalkan, Ros. Aku mohon, mengertilah." Bram menghampiri Rossa. Dia meninggalkan sejenak kesibukannya memisahkan pakaian. Ikut duduk di sebelah wanita yang baru saja bangun tidur itu."Pekerjaan apa? Kau pemilik perusahaan, Bram! Nikmatilah sedikit waktumu. Kau bisa sesukamu masuk kerja atau tidak." Rossa memukul kasur tempat mereka duduk. Membuat kasur empuk itu sedikit bergoyang."Ros, justru karena pemilik perusahaan aku harus bekerja lebih giat. Aku mempunyai tanggung jawab yang besar untuk kelangsungan perusahaan. Tanggung jawab pada keluarga dan pada karyawan
Read more
Kejutan
Bram tersenyum sinis. Menertawakan kebodohannya dalam hati. Bagaimana mungkin dia bisa lupa sepak terjang Elya sebelum menjadi istrinya? Reputasi wanita itu mengerikan. Dia terkenal cerdas, berani dan mempunyai kemampuan mengendalikan. Dalam waktu semalam, dia bisa membuat rekan dan lawan bisnisnya berubah pikiran seratus delapan puluh derajat. Bram mengeluh tertahan. Tak disangka, kini dia harus berhadapan dengan istri cantiknya itu. Padahal dulu perusahaan mereka adalah rekanan bisnis selama bertahun-tahun. Tak dipungkiri, karena kelihaian Elya dalam membaca peluanglah, bisnis keluarga mereka bisa meraup keuntungan yang sangat besar kala itu.Bram menghentikan kegiatan saat ponselnya bergetar. Rima, sekretarisnya menelepon. Pasti Elin sudah memberitahukan pada Rima mengenai tugas yang dia berikan. Itulah kenapa Bram memutuskan memberi kesempatan pada Elin, memaafkannya. Wanita berwajah keturunan itu bisa diandalkan. Kerjanya rapi dan cepat. Tidak pernah mengecew
Read more
Pengecut
Elya menghempaskan tangan Bram begitu mereka memasuki kamar penginapan. Sepanjang jalan tadi Bram terus menggandeng tangannya erat, mungkin takut dia kabur.Pertemuan tadi siang berjalan lancar. Baik Elya maupun Bram bisa berlaku profesional. Mereka membicarakan banyak hal, termasuk langkah dan strategi ke depan mengenai keberlangsungan kerjasama mereka terkait dengan adanya penemuan tambang emas di sana."Luar biasa, Elya." Bram langsung mendekati Elya. Dia mencengkeram bahu istrinya yang sudah terpojok ke dinding kamar."Kau senang selama ini berhasil membohongiku, hah?" Bram mengguncang bahu Elya."Bagaimana rasanya dibohongi? Sakit? Begitu juga dengan yang ku rasakan, Mas!" Elya membalas tatapan Bram."Aku tidak merugikan siapapun dengan membohongimu, Elya. Tapi KAU! Kau mempertaruhkan perusahaan keluarga yang sangat kujaga, karena kau juga, ribuan karyawan bisa kehilangan pekerjaan. Keluarga mereka bisa mati kelaparan karena kehilang
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status