Lahat ng Kabanata ng Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam: Kabanata 31 - Kabanata 40
47 Kabanata
Bab 31
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 31 PoV Dania Aku baru saja membuka mata dari tidur malam yang panjang, kulihat jam baru menunjukkan jam empat pagi, tapi suara gaduh di luar membuatku tertarik untuk melihat siapa yang sudah membuat onar. Usai melakukan kewajiban, aku berjalan ke ruang depan, dan menyingkap gorden sedikit untuk melihat situasi dan kondisi yang ada di luar. Aku sama sekali tidak terkejut ketika suara Tante Irma mulai terdengar. Bodo amat. Aku perlu membangunkan anak-anak untuk menunaikan sholat bersama mbak, lalu menyiapkan sarapan. Keributan di luar aku anggap tidak ada. Semalam Dino sudah memberikan pesan agar aku tidak melayaninya. Anggap saja dia tidak ada dan harus tenang, begitupun dengan Mama dan Papa. Di rumah orang tuaku pun mulai panik. Dapat kupastikan kalau papaku langsung ingin menghukum Mbak Tari, tapi mama pasti melarang. Karena selama ini mamalah yang selalu membelanya. Entah apa maksudnya, yang jelas mama memang cuek terhadapku. Tidak seperti ke
Magbasa pa
Bab 32
PoV Fahri "Bagaimana, kamu selalu kasih rutin serbuk itu di minuman dan makanannya Dania, kan?" tanya Tante Irma yang ternyata adalah mamaku sendiri. Aku bener-bener enggak nyangka kalau selama ini aku tinggal dengan orang tuanya Dino. Ah, sial*n. Kenapa hidupku selalu begini, sedangkan kehidupan Dania malah semakin bahagia? Begitupun Dino. Hanya aku di sini yang semakin tersiksa dan menderita. "Iya, Tan." Aku menjawabnya asal. Padahal, aku tidak berani untuk melakukan hal itu. Meskipun aku kejam, tapi aku tahu aturan. Nyawa terlalu berharga jika hanya untuk disia-siakan. Apalagi ketika aku berada di ambang kematian karena keracunan nasi goreng yang diberikan Ranti, Dania dan Dino yang membawaku langsung ke rumah sakit tanpa mengingat apa yang sudah aku lakukan kepada mereka. Sejujurnya aku berada dalam dilema, pilihan apa yang harus aku pilih. Apakah Tante Irma yang ternyata adalah mamaku atau kebenaran yang tidak bisa aku lepaskan dari jiwaku. Meskipun aku bukan orang yang bai
Magbasa pa
Bab 33
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 33 PoV Dania Sore ini Mas Fahri tiba-tiba mengajak kami bertemu, katanya ada sesuatu yang sangat penting untuk dikatakan kepadaku, dan juga Dino. Aku sendiri tidak tahu pasti apa itu. Berhubung kita baru saja bertemu, aku sedikit tidak percaya padanya. Terlebih selama ini dia suka berbohong. "Hubungi saja Dino. Kalau dia setuju, aku ikut. Kita berdua benar-benar sangat sibuk," jawabku jujur. Aku sungguh tidak punya waktu untuk mengurusi hal-hal yang kecil. Bahkan masa depan restoran sudah aku serahkan kepada orang yang bisa kupercaya. Pekerjaan CEO ini tidak seperti dalam dongeng yang selalu ada waktu kapan pun. Jangankan mengurus restoran, aku bahkan selalu tidak ada waktu untuk mengantar anak-anak, dan hanya bisa tidur sehari semalam lima jam paling banyak. Entah karena aku masih baru atau memang aku tidak terbiasa dengan pekerjaan yang sangat menumpuk ink. Aku benar-benar kagum dengan Mas Fahri dulu yang punya banyak waktu untuk pergi mengh
Magbasa pa
Bab 34
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam PoV Dania Aku memilih diam ketika Dino kembali di hadapkan kembali di hadapkan dengan dua arah yang berbeda. Ada tiga jalan di sini, kita tidak tahu jalan mana yang baru saja dipilih oleh penculik itu karena kita terlambat mengejarnya. "Kamu tidak usah merasa bersalah, dia tidak akan kenapa-kenapa," ucap Dino agar aku tidak menyalahkan diriku sendiri. "Kalau bukan aku yang disalahkan, siapa lagi." Aku berucap lirih. "Dia pergi dari sana setelah mendengar percakapan kita. Kalau tidak, mungkin dia tidak akan begini." Dino langsung menelpon orang-orangnya untuk menemukan keberadaan Mas Fahri. Namun, aku sudah tidak ada waktu lagi untuk mengejar. Pekerjaan di kantor bisa dikerjakan oleh orang lain, tapi itu dulu ketika pemiliknya Mas Fahri. Berbeda dengan sekarang. Papa Dino sudah mengambil alih semuanya dan aku ditugaskan menjadi CEO, akulah yang harus mengatur semuanya agar berjalan dengan lancar. Bahkan satu debu pun tidak akan ada di sana jika
Magbasa pa
Bab 35
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 35 Wajar kalau mereka begitu, karena dari awal, mereka berdua memang sangat membenciku. Begitupun aku, tidak akan berani memperlakukan mereka seperti ini kalau dari awal mereka tidak membuat masalah denganku. "Belum pada makan, kan?" tanyaku pada Mbak dan dia hanya mengangguk kecil. Aku mengeluarkan makanan mewah yang sengaja sudah aku siapkan. Lalu membukanya dan menunjukkannya di depan mata mereka. "Uh, harum banget." Aku sengaja menggoda mereka dengan makanan ini. Meksipun aku tahu apa yang aku lakukan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kejahatan yang sudah mereka lakukan, tapi setidaknya aku sudah membuatnya tidak berdaya. Mata mereka menatap penuh nafsu ke arah makanan yang aku tunjukkan, tapi sayang, aku kembali menjauhkan makanan ini dari mereka. Kedua pasang mata itu kembali menatapku dengan tajam. "Kenapa? Kalian mau makan seperti ini?" tanyaku sambil mengeluarkan satu potongnya ke arah mereka yang mulutnya masih tertutupi
Magbasa pa
Bab 36
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 36 PoV Dania "Sini, Mbak, aku bantu pijit." Ranti tiba-tiba mengerakkan tangannya di atas bahuku. Sungguh ini di luar pikiranku. Ternyata Mbak bisa mengendalikan orang menjadi seperti ini atas kesadarannya sendiri. Tadi pun aku masih terkejut ketika melihat dan mendengar dengan mata dan telinga sendiri mereka mengucapkan salam, apalagi sekarang. Aku langsung punya tukang pijit gratis. "Biarkan saya yang membuat minum," ucap Tante Irma dan langsung terburu-buru pergi ke dapur, tapi Mbak langsung menariknya lagi sampai dirinya berdiri di hadapanku. "Aku belum percayakan makanan dan minuman orang-orang yang ada di sini kepada kalian berdua. Jadi, untuk dua hal itu biar aku yang pegang. Kalian fokus ke kebersihan rumah saja," tegas Mbak. Jangankan kedua orang itu, aku sendiri sedikit tegang. Cara bicaranya memang biasa, tapi raut wajahnya itu bisa membuat siapapun yang melihatnya takut. Apalagi dengan lirikan matanya. Duh, bukan main. "Sip, Mbak.
Magbasa pa
Bab 37
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 37 Banyak hal yang diperdebatkan oleh saudara papa dan mama tentang pernikahan ini, terutama dengan statusku yang ternyata seorang janda. Aku pun memaklumi hal itu, karena Dino adalah anak yang tidak hanya disayang orang orang tuanya, tapi juga keluarga besarnya. Jadi wajar saja kalau mereka sedikit tidak keberatan. Saat ini aku sedang pergi ke rumah orang tuaku, banyak hal yang harus aku ceritakan kepada mereka terlepas dari apa saja yang mereka perbuat selama ini. "Di rumah tidak ada siapapun, Sayang. Mereka sedang pergi jauh dari rumah," ucap Mama ketika aku mengabarkan aku akan menikah lagi. "Bedebah itu ...." Papa terus mengumpat tentang Mas Fahri setelah aku ceritakan penyebab perpisahan kami. "Tidak apa, Pa. Mas Fahri juga sudah sadar dengan apa yang dilakukan dulu. Kini anak-anak juga sudah bahagia karena akan segera mempunyai papa baru," ucapku pelan, tapi Haikal dan Kania kembali tersenyum. Mereka memang polos ketika membicarakan ma
Magbasa pa
Bab 38
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 38 Keadaan Yang Memaksa Setelah beberapa saat, aku baru bisa menguasai diri. Andai aku tidak bisa bela diri dan tidak tahu cara mempertahankan diri, mungkin aku masih belum bisa sadar. Meksipun kepala ini masih sangat berat dan belum bisa membuka mata. "Diana sangat berbahaya, kita jangan sampai berada di bawah perintahnya untuk yang kedua kalinya. Aku tidak sudi." Terdengar suara yang begitu menusuk telinga. Terutama nadanya terdengar penuh kebencian. "Iya, Tan. Aku juga tidak mau. Dania dan pembantunya itu sama-sama berbahaya. Lebih dari bisa. Untunglah kita bisa bertahan dan melalui semuanya dengan mudah," ucap seorang wanita. Meksipun terdengar samar, aku masih bisa mengenali pemilik suara itu. Sudah pasti Tante Irma dan Ranti. Sudah bisa kupastikan kalau mereka memang terlihat menahan amarah selama beberapa hari di rumahku. Mereka pasti sudah tidak sabar lagi untuk melakukan hal ini. Tidak apa, aku yakin aku bisa menanganinya. "Berhubung
Magbasa pa
Bab 39
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 39 Pukulan Terbesar PoV Fahri Wajahku tiba-tiba menjadi panas ketika mendengar kata-kata yang keluar dari bibir mamanya Dania. Aku memang salah dan aku sudah berusaha untuk memperbaiki diri. Tidak ada salahnya dengan diriku yang sekarang, tapi perkataan mama benar-benar sudah menghancurkan hati dan perasaanku. Apalagi mama mengatakan kalau aku terlalu lemah untuk menjadi suami putrinya. Bukankah setiap manusia selalu ada kesempatan kedua? Kenapa aku tidak diberikan kesempatan kedua itu? Kenapa malah caci maki yang aku terima sekarang ini? Padahal kita sudah lama tidak bertemu dan saling sapa, tapi yang kudapat di pertemuan ini hanyalah kata-kata yang menyakitkan. "Maaf atas semua yang Mama katakan, ya, Mas. Aku tahu kamu sudah berubah menjadi lelaki yang lebih baik, aku yakin nanti juga Mama bisa menerimanya," ucapku tidak enak hati. "Apanya yang bisa berubah?" Mama kembali bicara dengan nada yang membuatku tidak nyaman. "Bukankah kamu sudah
Magbasa pa
Bab 40
Bukan Pilihan PoV Fahri Setelah mendapatkan kembali rumah yang dulu aku tempati dengan anak-anak dan Dania, aku merasa sangat lega. Sekarang aku tinggal membuat rencana agar Dania mau membatalkan pernikahan yang akan diadakan lusa. Sekarang aku sedang menunggu anak-anak pulang dari sekolah, jadi aku punya alasan untuk bertemu dengan Dania. "Papa jemput kita?" tanya seorang anak kecil yang suaranya sangat aku kenal. Aku langsung membalikkan badan untuk melihatnya. "Raya? Bukan. Papa ke sini untuk menjemput Haikal sama Kania," ucapku tegas. Masa bodoh dengan perasaan mereka, toh Haikal dan Kania saja bisa bertahan ketika aku lebih dekat dengan Raya dan adiknya. Berarti sekarang dia juga bisa menerima kenyataan ketika aku dekat dengan anak-anakku sendiri. Tapi, kenapa Rani juga ikut sekolah? "Oh, gitu, ya," ucapnya singkat. Tidak ada lagi yang keluar dari mulutnya itu. "Kenapa Rani ikut denganmu?" "Lah, masa papanya gak faham dengan apa yang terjadi kepada anak yang dulu dia bel
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status