Semua Bab Menjadi Janda Tajir Melintir: Bab 41 - Bab 50
132 Bab
Penjahat
"Ayo, angkat teleponnya, Kak Johan." Bonita mulai tidak sabar. Dia mulai berdiri dan berjalan mondar-mandir. Tiba-tiba, panggilan yang dia tujukan pada Johan dialihkan. "Apa-apaan ini. Dia bahkan tidak mau mengangkat teleponku." Bonita menutup ponsel dengan kesal. Memasukkannya ke dalam tas, lalu berjalan menjauh. Dia berdiri di pinggir jalan, berharap ada taksi yang lewat. Namun, sampai beberapa menit dia menunggu, tidak ada taksi yang lewat.Bonita melambaikan tangan setiap kali ada mobil yang melintas. Pakaian Bonita yang seksi seperti wanita panggilan, justru membuat pengemudi mobil ketakutan. Tidak ada satu pun mobil yang mau berhenti. Bonita menendang-nendang tanah karena kesal.Pada saat Bonita sudah merasa frustasi dan ingin melangkah pergi, Ferrari LaFerrari berhenti tepat di sampingnya. Dia berbinar senang manatap mobil mewah yang berhenti. Berharap sang pemilik mobil mau memberinya tumpangan untuk pulang. Namun, binar matanya meredup begitu jendela mobil terbuka dan kepala
Baca selengkapnya
Wanita Jahat
"Aku tidak akan melepaskanmu, Melani. Aku suamimu. Sudah seharusnya kamu ikut dengan suamimu." Johan mencengkeram lengan tangan Melani dengan kuat. "Dasar gila! Kamu sudah menyakiti tanganku." Melani terus memberontak. Dia meringis kesakitan. Namun, Johan semakin kuat mencengkeram tangan Melani. "Lepaskan dia, atau kamu berhadapan denganku." Suara berat lelaki diiringi suara langkah kaki yang mendekat. Deon berjalan dengan tenang dan penuh wibawa. "Siapa kamu berani melarangku menyentuh istriku? Ini urusan rumah tanggaku, jadi sebaiknya kamu tidak ikut campur." Johan tertawa sambil terus mencengkeram tangan Melani. Dia menyeret Melani menjauh dari rumah Namira. Namun, tiba-tiba Deon melemparkan sesuatu di wajah Johan. "Terimalah! Itu surat perceraian kalian. Melani bukan lagi istrimu. Dia adalah calon istriku. Jadi, aku berhak melarangmu untuk menyentuhnya," ucap Deon, menatap Johan dengan aura mematikan. Dia menjentikkan jari tangannya hingga menimbulkan bunyi yang nyaring. Dua
Baca selengkapnya
Omong Kosong
"Kamu bilang apa barusan? Aku wanita jahat?" Bonita berteriak nyaring dan menatap lebar Deon. "Apa karena aku mendorong Nafisa, lalu kamu bilang aku jahat?" lanjutnya penuh amarah "Jadi akhirnya kamu mengakui? Karena ulahmu, Nafisa hampir saja tenggelam." Deon manatap tajam Bonita. "Lebay! Kolam itu kecil. Tidak mungkin membuat Nafisa tenggelam," ketus Bonita. Namira dan Melani ikut menatap tajam Bonita. Mereka sseolah-olah hendak menerkam Bonita karena sudah melakukan kesalahan yang fatal. "Kenapa melihatku seperti itu? Apa kalian juga menyalahkanku?" protes Bonita yang merasa tidak nyaman dengan tatapan mata mematikan Namira dan Bonita. "Beraninya kamu mencelakai Nafisa, Bonita." Namira berkata dengan suara berat dan penuh amarah. "Siapa yang mencelakai Nafisa? Seharusnya Ibu menyalahkan Kak Melani. Kak Melani sudah lalai menjaga anaknya. Dia membiarkan Nafisa berjalan sendirian di kolam, sementara dia sendiri malah bersenang-senang dengan laki-laki lain," celoteh Bonita panja
Baca selengkapnya
Tiba-Tiba Menikah
"Apakah saya terlambat, Tuan? Apa seharusnya hari ini saya datang ke rumah Anda lebih pagi?" Melani menemui Deon setelah dia membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja. Deon menatap Melani dari atas sampai bawah. Dia tidak bergerak di kursi ruang tamu. "Kenapa memakai pakaian seperti itu? Hari ini, kamu tidak perlu bekerja. Aku datang ke sini membawa orang yang akan meriasmu. Bersiap-siaplah. Aku juga akan bersiap-siap." Deon mengibaskan jas yang dia pakai, lalu berdiri dan menganggukkan kepala. "Aku permisi," ucapnya seraya tersenyum pada Melani dan Namira.Melani hanya bisa terbengong-bengong. Dia tidak sempat bertanya lebih lanjut pada Deon. Untuk apa Deon membawa orang untuk meriasnya? Saat dia hendak bertanya, Deon sudah tidak ada di tempatnya."Mari ikut saya, Nona," ucap seorang wanita cantik yang mengenakan pakaian rapi. Wanita itu membawa kotak rias berisi beberapa peralatan untuk merias. Dia menggandeng Melani dan mendudukkannya di salah satu kursi.Wan
Baca selengkapnya
Pura-Pura Hamil
"Melani tidak boleh menikah dengan laki-laki itu." Johan berkata sambil menunjuk ke arah Deon. "Sayang sekali, Tuan Johan. Tapi kami sudah menikah." Deon tersenyum, melirik Johan penuh kemenangan. Beberapa orang berpakaian pengawal menghadang Johan dan melemparnya ke luar ruangan. "Nyonya Melani sudah menikah. Jadi sebaiknya jangan mengganggunya lagi," ucap seorang pengawal yang melemparnya. Deon menggendong Nafisa yang juga berpakaian cantik. Dia menggandeng Melani dan membawanya meninggalkan tempat pernikahan mereka dengan menaiki volkswagen beetle warna kuning. Namira menatap mereka dengan senyum bahagia. Sementara, Bonita menyusul Johan yang berdiri mematung menatap mobil kuning itu menjauh. "Kak Melani sudah menikah dengan laki-laki kaya itu. Sekarang giliran Kak Johan," ujar Bonita ketus. Dia menatap sinis mobil kuning yang membawa Melani. "Apa maksudmu?" Johan bertanya tidak mengerti. Bonita tersenyum miring. Dia mencebik melihat Johan yang merasa begitu kehilangan. "Sehar
Baca selengkapnya
Semut Penyelamat
Di dalam mobil volkswagen beetle, Deon tersenyum lembut pada Melani. Dia terus menatap Melani tanpa berkedip. "Kenapa menatap saya seperti itu, Tuan Deon?" Melani bertanya ragu-ragu. "Kamu sangat cantik, istriku," puji Deon membuat Melani tersipu. "Tapi bisakah Kamu berhenti memanggilku dengan sebutan "tuan"? Sekarang kita sudah menjadi suami istri," lanjutnya tegas. "Lalu saya harus memanggil Anda apa?" tanya Melani ragu. Dia merasa canggung dengan pernikahan mendadak ini. "Apapun, asal bukan "tuan". Aku tidak menyukai panggilan itu," ujar Deon tegas. "Baiklah, Deon." Melani berkata terbata-bata. Dia merasa sangat canggung. Deon terkesiap mendengar ucapan Melani barusan. "Apa? Kamu memanggilku apa barusan?" Dia melebarkan mata tidak percaya. "Deon." Melani berkata tanpa berani menatap Deon. Dia memalingkan muka dan menunduk. "Hanya seperti itu? Kamu hanya menyebutkan namaku?" Deon mengerutkan kening. Dia tidak suka Melani memanggilnya "tuan", tapi dia lebih tidak suka Melani h
Baca selengkapnya
Kamar Kita
"Jadi Ibu sudah merestui hubunganku dengan Kak Johan?" Bonita tersenyum ceria, diikuti dengan anggukan Namira. "Tapi, Bu! Bonita berbohong. Dia tidak ha...." Johan hendak menjelaskan yang sebenarnya, tetapi Bonita memotong pembicaraannya. "Ibu bisakah meninggalkan kami berdua? Aku ingin bicara empat mata dengan Kak Johan," pinta Bonita. Dia menangkupkan kedua tangan di depan dada. "Duduklah di teras. Ibu akan menyiapkan minuman untuk kalian," ujar Namira tanpa menjawab pertanyaan Bonita. Dia bergegas pergi masuk ke dalam rumah, meninggalkan Bonita dan Johan yang masih berdiri mematung. "Bukankah Kak Johan bilang akan menikahiku jika aku tidak hamil? Apa Kak Johan mau ingkar janji?" Bonita segera menodong Johan dengan pertanyaan begitu Namira sudah tidak terlihat dari pintu rumah. "Iya, aku memang mengatakan seperti itu. Tapi bukan begini juga caranya," jawab Johan lugas. Dia mengambil napas panjang, lalu melepaskannya kembali. "Aku tidak ingin hubungan yang diawali dengan kebohong
Baca selengkapnya
Baju Kurang Bahan
Melani melebarkan mata karena terkejut. Hanya beberapa detik, kemudian dia menutupi tangannya dengan telapak tangan dan membalikkan badan menghadap ke pintu. Dia baru saja melihat apa yang seharusnya dilihat. "Kamu kenapa, Melani?" Deon berjalan mendekati Melani. Dia merasa heran dengan sikap Melani yang seperti baru saja melihat hantu. Apakah dirinya begitu menyeramkan bagi Melani? "Seharusnya Anda berpakaian terlebih dahulu sebelum keluar dari kamar mandi," ucap Melani terbata-bata. Dia mash memejamkan mata menghadap pintu kamar yang telah tertutup. Deon melebarkan mata, lalu menundukkan kepala melihat tubuhnya yang hanya terlilit handuk kecil. "Apa Anda sengaja memamerkan roti sobek?" tanya Melani membuat Deon semakin melebarkan mata. "Tetaplah di situ. Aku akan memakai bajuku." Deon segera berbalik hendak pergi ke ruang ganti. Namun, saat dia mulai melangkah, tiba-tiba lilitan handuk di pinggangnya terlepas. Pada saat yang sama, Melani melihatnya dan berteriak. Deon segera m
Baca selengkapnya
Suami Sempurna
"Baju kurang bahan? Apa maksudnya? Aku tadi hanya asal mengambil baju di lemari." Deon bergumam bingung. Dia kembali mengambil baju dari dalam lemari dan memberikannya pada Melani. Kali ini piyama longgar yang lebih sopan untuk dipakai. Melani keluar kamar mandi dengan bibir ditekuk ke bawah. Dia menatap Deon dengan menyipitkan mata, lalu bertanya, "Jadi Anda sengaja ingin menggoda saya?" "Sengaja? Itu tidak mungkin. Aku hanya asal mengambil pakaian yang ada di sana," ucap Deon seraya menunjuk ke sebuah lemari yang sangat besar. Melani terkesima menatap lemari yang besar dan luas. Dia berjalan mendekati lemari yang telah terisi penuh oleh pakaian wanita dewasa. Deon telah meminta pelayan menyiapkan pakaian-pakaian itu untuk Melani. "Apa semua pakaian ini milikku?" tanya Melani yang dijawab Deon dengan anggukan kepala. Mata Melani tertuju pada beberapa pakaian kurang bahan. Melani melirik sinis Deon. "Apa pria itu sengaja membeli pakaian kurang bahan ini untukku? Aku tidak akan m
Baca selengkapnya
Pemberian yang Berharga
“Aku akan menepati janjiku. Karena kamu bersedia menikah denganku. Seluruh aset milikku akan kuubah menjadi namamu,” ucap Deon pasti. Melani melebarkan mata tidak percaya. Apa lelaki di depannya ini sudah gila? Atau jangan-jangan lelaki yang telah menjadi suaminya itu sedang terlibat pencucian uang dan ingin menyembunyikan kekayaannya di balik nama istri? Melani menggelengkan kepala. “Aku tidak menginginkan semua aset itu,” ujarnya. “Baiklah, jika kamu tidak menginginkannya, lalu apa yang bisa aku berikan sebagai hadiah untukmu? Katakan kepadaku. Apa yang kamu inginkan saat ini?” Deon menatap lekat Melani. Dia tidak menyangka, Melani akan menolak pemberiannya yang berharga. Sebenarnya apa yang diinginkan wanita itu? Apa ada yang lebih berharga dari aset-aset bernilai miliaran miliknya? “Tidak perlu memberikan apa pun. Saya tidak menginginkan apa pun dari Anda. Lagi pula, kita tidak pernah tau, apakah pernikahan ini akan bertahan lama?” ujar Melani ragu. Perceraiannya dengan Johan b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status