Semua Bab Istri Lugu Presdir Dingin: Bab 61 - Bab 70
480 Bab
Bab 61
"Jangan keluar dari kamar ini sampai aku pulang Bekerja! Kalau kamu ingin berjemur di balkon kamar, nanti biar Asih yang mengantarkan makanan," kata Dion.Nia mengangguk setuju, menurut pada apa yang diperintahkan oleh sang majikan.Sesaat kemudian Dion pun memegang wajah Zaki, sebelum akhirnya benar-benar pergi.Pertama kalinya Dion melakukan tersebut, pamitan dan juga memperdulikan anaknya.Membuat Nia sedikit kebingungan, tetapi tidak juga terlalu memikirkan.Mungkin karena Zaki adalah bagian dari keluarga Dion saja pikir Nia.Zaki pun tertidur pulas, Nia meletakan pada ranjang. Agar dirinya bisa segera mandi dan membersihkan diri, agar lebih sagar."Ibu, mandi dulu ya."Setelah benar-benar memastikan bahwa Zaki sudah terlelap di atas ranjang Nia pun bergegas untuk memasuki kamar mandi.Dengan cepat Nia pun menyelesaikan mandinya, sebelum Zaki terbangun dan nantinya malah menangis.Dan benar saja, belum juga dirinya memakai pakaian suara tangisan bayi sudah menggelegar.Dengan bal
Baca selengkapnya
Bab 62
Bruk!Dion keluar dari kamar dengan terburu-buru, hingga menabrak Bunga yang padahal sudah jelas berdiri di hadapannya."Dion?" Bunga menatap bingung, "kamu nggak lihat Mama sebesar ini?" Tanya Bunga masih dalam kebingungannya.Tetapi Dion memilih untuk segera pergi, dari pada menjawab pertanyaan tersebut.Sesaat kemudian dirinya bertemu dengan Niko di teras.Seperti biasanya, sudah pasti tujuan Niko adalah Nia.Bahkan sebelum bertanya pun Dion sudah mengatakan bahwa Nia tak ada."Nia, sudah pulang ke rumah orang tuanya. Dia, di pecat!" Kata Dion sambil memasuki mobilnya.Niko pun hanya mematung di depan pintu, hingga akhirnya menyusul Dion dengan mobilnya menuju kantor milik Dion.Dirinya harus menanyakan dengan jelas tentang Nia, bahkan penyebab wanita yang di sukainya itu dipecat.Sesampainya di kantor Niko pun memarkirkan mobilnya dengan asal, kemudian menyusul Dion yang baru saja turun dari mobil dan berjalan menuju ruangannya."Dion, aku mau bicara!" Niko pun masuk dengan cepat.
Baca selengkapnya
Bab 63
Sore harinya Dion pun kembali ke rumah, seperti biasanya akan langsung menuju kamar Dila untuk melihat keadaan anaknya tersebut hari ini.Tak dipungkiri bahwa setelah kehadiran Nia kini putrinya menjadi lebih baik.Tak ada lagi wajah murung dan juga pucat, kini Dila selalu tersenyum bahagia hingga semakin mempercepat proses penyembuhan dari leukemia yang dideritanya.Namun, kemana Dila. Kamar bernuansa pink tersebut terlihat kosong.Hingga Dion pun mencari sampai ke kamar mandi, tetapi tetap saja masih kosong.Hingga akhirnya Dion pun memutuskan menuju kamarnya, benar saja ternyata Dila sedang bermain bersama Zaki di kamarnya."Papi!" Seru Dila sambil menghampiri Dion dan memeluknya."Sudah makan?" Dion pun menggedong Dila, dan menciumi wajah putrinya tersebut."Udah!""Minum obat?""Udah!""Ada mandi?""Ada!""Tidur siang?""Iya!" Jawab Dila.Hingga akhirnya Dion pun menurunkan Dila yang akhirnya kembali menaiki ranjang dan bermain bersama dengan Zaki.Sedangkan Nia hanya berdiam dir
Baca selengkapnya
Bab 64
"Hari ini sangat lelah sekali, tapi aku sangat senang," bibir Bunga terus saja tersenyum bahagia, dengan langkah kaki yang berjalan memasuki rumah.Hingga matanya melihat Niko bersama dengan Dion di ruang Tamu.Ada apa dengan anaknya itu, terlihat jelas saat Dion seakan tak mengijinkan Niko untuk mendekati Nia.Rasanya tidak menjadi masalah menurut Bunga, sebab tahu Dion tak melirik Nia sama sekali. "Kamu mau menikahi Nia?" Tanya Bunga menimpali.Dion pun melihat Bunga yang kini ikut bergabung diantara mereka berdua."Iya Tante," jawab Niko dengan yakin."O," Bunga pun mengangguk, kemudian melihat wajah Dion, "Nia!" Panggil Bunga.Mendengar namanya di panggil Nia pun segera datang."Ya, Bu?" Bunga melihat Nia yang kini berdiri dihadapannya, kemudian melihat Niko."Kamu mau lebih dekat dengan Nia?""Iya, Tante," Niko pun menjawab dengan cepat."Kalau kalian mau jalan-jalan kemana misalnya, tidak masalah," Bunga tersenyum menatap Dion.Wajah putranya itu mendadak memanas sambil menata
Baca selengkapnya
Bab 65
"Seharusnya dia tidak pergi bersama laki-laki lain! Sudah tahu sudah bersuami!" Papar Dion tak mau mengalah berdebat dengan Bunga."Suami?" Tanya Bunga sambil tertawa terbahak-bahak, percayalah ini sangat lucu dan sangat menggelitik perut."Apa Mama sudah tidak waras?" Dion merasa ada yang tak beres pada Bunga, sehingga bisa tertawa seperti orang gila."Kamu sadar dia istri mu ternyata ya," ejek Bunga lagi dengan iringan tawa yang masih tersisa.Dion pun mendudukkan tubuhnya pada sofa, tak tahu mengapa bisa mengatakan kalimat tersebut.Bahkan kini seakan terjebak dengan apa yang barusan dikatakannya sendiri."Kalau kamu sadar dia istri mu kenapa tidak melarangnya, kenapa tidak mengatakan pada Niko agar berhenti mengganggu istri mu?" Cerca Bunga lagi."Tidak penting!" Tandas Dion."Bu, Nia lelah. Benar-benar lelah menjalani hidup ini, tolong lepaskan Nia dari pernikahan ini. Biarkan Nia hanya menjadi pengurus Dila saja, Nia mohon Bu," pinta Nia dengan suara bergetar menahan air mata ya
Baca selengkapnya
Bab 66
"Aku minta maaf."Bukan, bukan kalimat itu yang ditunggu oleh Nia dan juga Bunga.Lantas apakah Dion sadar dalam mengucapkan kata tersebut."Dion?""Nia, aku tidak ingin menceraikan mu."Kata itu keluar begitu saja dari mulut Dion, hingga membuat Bunga tidak percaya."Dion, coba ulangi sekali lagi. Mama sudah tua. Jadi, pendengaran Mama pun sepertinya sudah rusak."Lagi-lagi Bunga kebingungan dan meminta Dion untuk mengulangi kalimatnya, kata yang cukup mustahil untuk keluar dari mulut Dion.Begitu juga dengan Dion yang terasa berat untuk mengeluarkan kalimatnya lagi.Akan tetapi Bunga masih saja menunggunya, sebenarnya Bunga tidak yakin jika telinganya yang rusak.Namun Dion yang sudah mendadak rusak entah apa penyebabnya, kata--Maaf-- sangat tidak masuk akal terdengar karena anaknya itu sangat keras kepala dan memiliki gengsi begitu tinggi."Ma, sebaiknya keluar dari sini!" Dion pun bangkit dari duduknya, kemudian menarik Bunga untuk segera keluar dari kamarnya."Dion, kamu beraniny
Baca selengkapnya
Bab 67
Tanpa bicara sama sekali Dion pun memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh Nia, menyeruput kopi yang juga diseduh oleh orang yang sama.Menikmati sarapan pagi di meja makan, namun Nia sibuk menyuapi Dila.Beberapa kali Dion mencuri-curi pandang, tetapi tak di sadari oleh Nia sama sekali.Sejak kejadian malam tadi Nia hanya diam tanpa bicara, jika biasanya Dion tidak memperdulikan tapi tidak dengan saat ini.Entah mengapa terus saja merasa bersalah, lagi-lagi karena kata kasar yang diucapnya tanpa sadar itu."Mami, Dila udah kenyang," Dila pun menolak saat Nia kembali menyuapinya.Nia pun mengangguk, kemudian mengambilkan segera susu. Setelah di teguk oleh Dila, kembali meletakkan gelas kosong pada meja.Kemudian Nia membatu Dila untuk memakaikan ranselnya."Dila, berangkat sama Mbak Asih saja. Biar Mami, ngurus Zaki, kasihan adk nya," kata Dion tiba-tiba, membuat semua yang duduk di kursi meja makan melihat kearahnya karena terkejut.Sebab, Dion yang dingin tampaknya bisa perduli itu
Baca selengkapnya
Bab 68
Nia hanya diam, begitu juga dengan Dion yang hanya melihat Nia dengan wajah menunduk.Lama keduanya terdiam akhirnya Dion pun memilih untuk kembali bersuara."Apa kata yang ku ucapkan malam tadi masih menyakiti hati mu?"Nia pun mendongkak menatap wajah Dion, tanpa menjawab pertanyaan tersebut.Diamnya Nia membuat Dion semakin penasaran akan apa yang sedang dipikirkan oleh wanita tersebut."Nia, aku minta maaf. Apa kau belum memaafkan aku?"Apa yang barusan dikatakannya?Mengapa mendadak menjadi aneh.Dion menyadari keanehannya, namun akan lebih aneh lagi jika terus saja merasa bersalah pada Nia."Apa itu perlu Tuan?" Tanya Nia kembali.Bukan jawaban yang diberikan, melainkan juga pertanyaan tanpa ada jawaban pasti.Membuat Dion kian semakin menjadi-jadi, padahal sudah jelas dirinya sendiri yang sudah mencari tahu tentang Nia.Namun, mengapa dengan mudah bibirnya tega menghina wanita korban kebejatan seorang pria yang tak lain adalah keponakannya sendiri."Tentu, aku tidak bisa menyak
Baca selengkapnya
Bab 69
Sedangkan di waktu yang sama namun tempat yang berbeda ada hal lainnya yang tengah berlangsung."Bagaimana jika kita menjemput Dila? Ini sudah waktunya jam pulang sekolah, aku yakin dia akan senang sekali bisa dijemput oleh orang tuanya," tanya Dion yang ingin lebih dekat dengan Nia.Lebih dekat?Ini gila, tapi itulah nyatanya.Bahkan tanpa mendengar jawaban Nia sama sekali, Dion pun menarik Nia untuk ikut bersama dengannya.Hingga Asih pun terkejut melihatnya, seketika itu berlari menuju kamar Bunga."Bu," kata Asih dengan napas tersengal-sengal, memasuki kamar Bunga dengan terburu-buru."Asih, ada apa? Seperti dikejar setan saja," kata Bunga yang melihat Asih dengan aneh."Ibu Bunga harus lihat sesuatu," kata Asih sambil menarik napas panjang mencari udara untuknya bisa bernapas dengan baik."Sesuatu?""Lihat Bu," Asih pun menunjuk ke puar, dari jendela kamar yang terbuka lebar.Bunga pun melihatnya, kemudian dirinya juga sedikit bingung."Apanya? Kamu sedang menunjuk apa?" "Itu Tu
Baca selengkapnya
Bab 70
"Maaf," Dion benar-benar menegang, Dila yang menganggap itu hanyalah sebuah ucapan saja.Tetapi pada kenyataannya malah Dion dibuat panas dingin seketika.Dion pun tidak mengerti mengapa dirinya menjadi begini.Padahal selama ini dirinya sama sekali tidak memikirkan masalah ranjang.Tapi akhir-akhir ini Dion memang sering kali tanpa sengaja melihat Nia dengan menampakkan beberapa bagian tubuhnya, walaupun tidak dengan disengaja."Papi!" Seru Dila.Lagi-lagi bocah itu berseru karena Dion malahan hanya diam tanpa melajukan mobilnya kembali, padahal suara klakson mobil lainnya sudah terdengar saling bersahutan-sahutan."Ck," Dion pun berdecak, akhirnya melajukan mobilnya kembali, walaupun pikirannya sudah dipenuhi dengan rasa aneh."Papi, aneh banget sih. Berhenti mendadak, nyetir juga aneh," gumam Dila dengan bibirnya yang terus saja komat-kamit.Karena kesal pada Dion yang mendadak menjadi aneh.Sedangkan Nia hanya diam saja menyaksikan seorang Papi yang sedang diomeli habis-habisan o
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
48
DMCA.com Protection Status