All Chapters of Istri Lugu Presdir Dingin: Chapter 41 - Chapter 50
480 Chapters
Bab 41
Sore harinya, Zaki diletakkan di atas ranjang, tepatnya di kamar Dila.Pintu kamar yang terbuka lebar, membuat siapa pun dapat melihatnya dari luar sana.Begitu juga, dengan Reza. Mendadak, langkah kakinya terhenti seketika itu juga.Dia menatap wajah bayi yang sedang bermain bersama dengan Dila.Sedangkan Nia, wanita itu tak tampak di sana. Perlahan, kaki Reza pun melangkah masuk.Entah sadar atau tidak. Tetapi, semakin hari, semakin besar rasa penasarannya terhadap bayi mungil itu.Kali ini, Reza pun memberanikan diri untuk menatap lebih dekat."Kak Reza?" Dila tersenyum menyapa Reza yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.Reza seakan tak mendengar sama sekali saat Dila menyapanya. Sebab, terlalu fokus pada tujuannya--yaitu, Zaki.Mata bulat Zaki terbuka lebar, matanya hitam pekat. Semakin Dila mengajaknya berbicara, semakin membuat bayi itu menggerakkan kedua tangan dan kakinya.Perlahan, tangan Reza pun bergerak. Bibirnya tersenyum saat melihat wajah Zaki yang kini tersenyum pad
Read more
Bab 42
Nia pun mengangguk setuju setelah Reza berbicara dengan yakin."Apa kamu mau?""Tentu!" Reza tersenyum dan merasa bahagia saat mendengar jawaban Nia, sudah disangkanya merebut Nia tidak akan terlalu sulit.Buktinya, dengan mudah Nia mau kembali padanya, kan? Reza pun yakin Nia masih begitu mencintainya.Mencintai dengan hati yang besar, sehingga tak akan mudah untuk berpindah hati begitu mudah.Lagi pula, pada siapa Nia akan berpindah hati?Dion?Tidak mungkin! Dion bahkan terlihat begitu dingin. Jadi, tak akan mudah membuat seseorang jatuh hati padanya.Apalagi, Reza juga tahu komunikasi Nia dan Dion begitu minim."Aku senang sekali, Nia. Aku berjanji akan membahagiakanmu. Dan, belajar untuk mencintaimu demi anak kita .... " Bibir Reza benar-benar tersenyum bahagia, tak bisa dikatakan oleh bibirnya saja.Kedua tangannya terangkat dan mencoba untuk mengambil Zaki dari Nia.Reza ingin memeluknya, menciumi wajah Zaki yang begitu menggemaskan."Tentu, TIDAK!" papar Nia tegas tiba-tiba.
Read more
Bab 43
Sepulang dari kantor, Dion pun segera menuju kamar Dila. Kebiasaan rutin sebelum akhirnya menuju kamarnya.Namun, sesampainya di depan kamar Dila, mata elangnya malah melihat pintu terbuka lebar. Tak hanya itu, terdengar suara dari dalam sana. Suara perdebatan dengan segala ketegangan. Mata Dion melihat Reza yang berusaha mengambil Zaki dari Ibunya. Bahkan, beberapa perdebatan yang cukup menyulut emosi disaksikan oleh Dila, putrinya. Padahal, sudah jelas anak itu masih terlalu kecil untuk mengetahui permasalahan orang dewasa.Keterkejutan Dion tak hanya sampai situ. Dion dapat menyaksikan Dila yang menjerit ketakutan saat Reza melakukan kekerasan pada Nia."Papi, tolongin Mami!" Dila pun menghambur memeluk Dion, seakan meminta pertolongan untuk menyelamatkan Nia.Segera, Dion mengelus kepala anaknya, hingga akhirnya meminta Dila untuk pergi menuju kamar Bunga."Tapi, Mami?" Dila tampak ragu untuk pergi, meninggalkan Nia di sana.Matanya berkaca-kaca melihat Nia--yang masih meringis
Read more
Bab 44
Setelah kepergian Reza dari ruangan itu, Dion pun merangkul pundak Nia dan menuntunnya kembali ke dalam kamar Dion. Ketika sampai, barulah Dion melepas tangganya."Terima kasih, Tuan." Nia menunduk sebagai ucapan terima kasih. Jika tidak ada Dion, mungkin kini tangannya sudah patah--dicengkram kuat oleh manusia tak punya hati, seperti Reza.Dion hanya mengangguk. Namun, matanya terus tertuju pada pergelangan tangan Nia yang membiru. Bahkan, baru disadarinya bahwa di sudut bibir Nia juga tampak bercak darah. Seketika, rasa kasihan timbul dalam diri Dion. Dion pun mengambil kotak obat lalu mengobati Nia dengan tangannya sendiri."Tuan, saya bisa sendiri." Nia merasa tak enak hati saat menyadari perlakuan Dion yang begitu lembut mengobatinya.Mendengar penolakan Nia, Dion hanya menatap tajam wanita itu--membuat nyali Nia menciut dan memilih diam membiarkan Dion mengobatinya."Tuan, saya minta maaf. Karena, saya sudah membuat ketidaknyamanan barusan. Terutama, pada Dila."Sayangnya, Di
Read more
Bab 45
"Sudah, ayo kita makan!" Nia pun menarik Dila untuk duduk di karpet, kemudian memberikan minuman agar lebih baik."Mami, nanti kita main yang itu, ya." Dengan bersemangat, Dila menunjukkan sebuah ayunan yang ada di taman tersebut."Makan dulu. Napasnya juga sudah ngos-ngosan begitu," kata Nia sambil mengisi piring dengan nasi dan lauk. Kemudian, dia mulai menyuapi Dila.Dila pun membuka mulutnya--mengunyah dengan baik, hingga akhirnya Zaki menangis."Anak Ibu...." Nia pun meletakan sejenak piring di tangannya, kemudian memeluk Zaki.Nia berbalik badan, memberikan asi pada anaknya."Sini biar Papi yang menyuapi." Dion yang tahu putrinya itu sudah sangat lapar, menawarkan bantuan. Meski demikian, Dion tidak menyalahkan Nia sebab pria itu pun kasihan pada bayi kecil yang kini sedang kehausan di pelukan ibunya.Kini Dila pun kembali makan dengan lahapnya--sampai akhirnya, Dila meminta Dion untuk menyuapi Nia."Papi, suapi Mami juga."Nia terkejut, tak menyangka jika Dila memintanya untuk
Read more
Bab 46
Liana tidak bisa membiarkan anaknya terus-menerus seperti ini, memohon kepada Nia untuk menerimanya, bahkan sudah beberapa hari ini terus saja mengejar pembantu hina itu.Kini kakinya sudah kembali berdiri tegak, tidak membutuhkan kursi roda lagi. Apa lagi bantuan seseorang, dirinya sudah sembuh dari stroke ringan yang dialaminya.Sehingga untuk kali ini akan berbicara langsung pada Reza, menghentikan aksi gilanya tersebut.Tetapi bagaimana reaksi Reza? Sampai saat ini pun tidak perduli pada apa yang diucapkannya.Bahkan dengan terang-terangan menolak apa yang dikatakannya."Reza, cukup! Mama, tidak mau melihat mu terus memohon pada wanita rendahan itu! Jangan pernah lagi untuk memohon kepadanya!" tegas Liana.Liana sengaja mendatangi Reza ke perusahaan, berbicara langsung agar tidak ada yang mendengar perdebatan mereka jika berbicara di rumah.Dia pun tidak ingin malu karena yang menjadi perdebatan mereka adalah Nia, siapa wanita itu? Dia hanya seorang pembantu tetapi mampu membuat k
Read more
Bab 47
"Kamu benar-benar anak yang memalukan! Kapan kamu tidak berulah!" seru seorang pria yang tengah terbakar api kemarahan--menatap wajah sang anak yang kini duduk bersimpuh di bawah kakinya.Pria tersebut tampak begitu kecewa dengan apa yang telah di perbuat oleh anaknya, hamil dengan pria lain dan menikah dengan pria lainnya sungguh sangat tidak masuk akal."Pa, nggak begitu...." Raya mencoba untuk membela dirinya, sekalipun yang keluar dari mulutnya hanya sebuah kebohongan."Pergi dari sini!""Pa, Raya tetap anak kita." Kini, sang Ibu mencoba untuk menyadarkan suaminya. Namun, tatapan mata pria itu malah mengarah pada istrinya dengan tajam, membuat sang istri tak berani berbicara lagi."Kau pun boleh pergi dari sini jika tak setuju! Ini adalah ulahmu juga yang selalu membebaskannya!" Deg!Situasi memanas. Raya kembali mencoba meredam murka sang ayah dengan mengulang kembali alasan awalnya, "Pa, ini anak Reza." "Pergi dari sini!"Sayangnya, pria bernama Farhan itu tak mau mendengarnya
Read more
Bab 48
"Maaf, Tuan. Ada apa, ya?"Nia akhirnya berhasil menyusul Dion ke kamar dengan buru-buru--seperti apa yang diperintahkan oleh Dion barusan."Buatkan aku kopi!""Baik, Tuan." Nia pun segera menuju dapur, menyediakan secangkir kopi untuk Dion. Kemudian kembali ke kamar setelah selesai. Dia meletakkannya pada meja dan Dion pun mulai menyeruputnya.Nia berdiri tidak jauh dari Dion. Kedua tangannya saling meremas--menantikan komentar terhadap kopi buatannya.Tetapi, tak ada komentar sama sekali. Dion tampak santai dan bergerak mengambil ponselnya yang berdering terus menerus.Akhirnya, Dion menjawab panggilan tersebut dengan dengan malas--karena yang menghubunginya adalah Niko."Dion! Kau di mana?" tanya Niko dari sebrang sana.Dion sampai menjauhkan ponselnya dari telinga karena suara Niko yang begitu keras."Dion, aku ingin menanyakan Nia! Apa kau sudah menemukan data wanita itu? Data yang aku minta beberapa hari yang lalu?" Niko masih saja membicarakan hal itu. Padahal, tak pernah sek
Read more
Bab 49
Sesampainya di rumah Nia sudah di sambut oleh Dion, berdiri di ambang pintu utama menatapnya dengan tatapan tajam.Mulai dari ujung kaki sampai ujung rambutnya, seakan sedang menahan banyaknya pertanyaannya yang siap terlontar dari mulutnya.Entah pertanyaan seperti apa yang akan didengarnya nanti.Mungkinkah tentang Dila, atau anak itu rewel setelah dirinya pergi barusan, tentunya itu akan menjadi masalah jika saja benar.Banyak sekali kemungkinannya, hingga hati Nia bertanya-tanya.Namun Nia pun tidak terlalu ambil pusing, sebab wajah datar Dion sudah terbiasa dilihatnya, seakan tanpa bisa di sentuh sedikitpun.Sedangkan apa yang tengah sebenarnya dipikirkan oleh Dion, mengapa terlihat begitu kesal.Sampai saat ini pun tak ada yang keluar dari bibir Dion, membuat Nia pun memilih segera berjalan menuju pintu, ingin masuk segera sebab hari pun mulai gelap."Dari mana?" Tanya Dion dengan suara dinginnya.Langkah kaki Nia pun mendadak berhenti, mengurungkan niatnya sejenak untuk masuk.N
Read more
Bab 50
"Dila sudah makan?"Nia tampak begitu perhatian terhadap Dila, menanyakan apa saja yang dilakukan oleh putri seharian ini tanpa dirinya.Terutama, menanyakan makan dan minum obat yang tak boleh terlambat. Ini adalah hal utama!"Udah, Mami...." Dila pun memeluk Nia, layaknya anak kandung yang sangat merindukan ibunya.Begitu juga, dengan Nia yang sangat merindukan Dila.Terdengar aneh, tetapi itulah yang terjadi. Keduanya seperti memiliki ikatan layaknya ibu dan anak kandung."Mami, besok kalau ke rumah Nenek lagi Dila ikut, ya.""Dila mau ikut?""Iya.""Nanti, Mami minta izin sama Papi. Terus, kita jenguk Nenek.""Asik!" Dila berlompatan kegirangan saat Nia menjanjikannya untuk ikut menjenguk Farah walaupun entah kapan.Saat Nia dan Dila sedang sibuk dengan pembicaraan mereka, tiba-tiba Dion muncul, hingga membuat Nia diam dan tak berani berbicara dengan Dila."Papi, Dila ikut, ya! Kalau Mami pergi ke rumah Nenek lagi, oke?!" seru Dila dengan riangnya."Mamimu itu jalan-jalan bersama
Read more
PREV
1
...
34567
...
48
DMCA.com Protection Status