บททั้งหมดของ Pelakor Sebaya: บทที่ 11 - บทที่ 20
46
Cukup Langit yang Tahu
11 cukup langit yang tahu"Ehm, kamu duluan aja, ya!" Satriyo mencoba tersenyum ke arah Janice seolah memberi kode padanya untuk pergi. Sementara Langit masih mematung memperhatikan sang papi dengan wanita yang sempat dilihatnya tadi pagi. Wanita yang terasa tidak asing baginya. "Ehm, aku boleh kan, Mas, jenguk istri kamu?" ucap Janice lembut dan memegang lengan Satriyo. Satriyo terdiam dan salah tingkah. Dia berusaha menepis tangan Janice dan menatap Langit. Lelaki itu tersenyum kaku. "Udah sembuh, kok. Kamu pulang aja!"Kali ini Satriyo menepis lengan Janice lebih kuat. Bahkan dia juga mendorong tubuh Janice. Bukannya pergi, wanita itu justru semakin menempel pada Satriyo. Langit celingukan dan salah tingkah sendiri. "Pi, aku tunggu di kamar mami!"Tanpa menunggu persetujuan papinya, Langit langsung bergegas pergi. "Janice!"Janice tersentak. Dia menatap Satriyo dengan sayu. "Kamu tahu
Read More
Lelaki yang Menjijikkan
Langit sampai rumah hampir tengah malam. Tenggorokannya serak dan sakit akibat terlalu banyak berteriak dan menangis. Lelaki itu berharap tidak bertemu sang mami yang mungkin akan curiga. Atau pun Pelangi yang pasti akan mengintrogasinya. Nyatanya, sampai rumah Langit disambut papinya yang duduk di teras. Satriyo sengaja menunggunya. "Dari mana?" tanya Satriyo berusaha selembut mungkin. Yang ditanya hanya diam dan memasuki rumah dengan cuek. Langit sengaja melepas helm dan memperlihatkan wajah sembabnya di depan sang papi. Satriyo diam ketika tahu bagaimana keadaan wajah sang putra. Lelaki itu hanya menghela napas panjang. Pertanyaannya tanpa jawaban. "Dari mana? Terserah saya!" jawab Langit akhirnya setelah meletakkam helm. Langit lantas berlalu. Meninggalkan Satriyo yang menghela napas panjang. Di kamar, Langit duduk diam di tepi ranjang. Sesaknya kembali terasa ketika saat memasuki rumah dia tak sengaja melihat kamar maminya. Daun pintu yang sedikit terbuka membuat Langit bisa
Read More
Pelangi Juga Tahu
"Papi nggak denger ya pas Pelangi panggil tadi?" Satriyo yang tengah menyesap kopi menoleh. Juga Manda yang duduk di samping Satriyo, menonton televisi. Langit yang duduk di samping Pelangi hanya diam dan fokus pada layar ponsel. "Di mana? Kapan?" tanya Satriyo menatap Pelangi dengan modul sekolahnya yang terbuka. Yang ditatap lantas mendongak dan berpikir sejenak. "Tadi siang pas jam Pelangi pulang. Papi keluar dari rumah cat warna merah muda, kan?" tanya Pelangi melanjutkan. Wajah Satriyo mendadak pias. Dia celingukan dan salah tingkah. Dia melirik Manda yang terlihat bingung. Sementara Langit hanya tersenyum sinis ketika meliriknya. "Oh, papi ... papi nggak tahu, Nak," jawab Satriyo gelagapan. "Ehm ... kamu kurang kuat manggil kayaknya. Papi nggak dengar!" lanjut Satriyo berusaha setenang mungkin. Pelangi hanya berdehem dan mengangguk lantas melanjutkan membaca modulnya. "Papi punya temen di sekitar sekola
Read More
Demi Mami
Manda masih diam dengan tangan yang dibiarkan terbuka. Di telapak tangan itu terdapat lipstick yang sudah patah. Benda yang sudah bertahun-tahun tidak dia pakai. Benda yang teronggok begitu saja bersama deretan botol alat kecantikan yang sebagian sudah berdebu. Botol yang kini digantikan dengan botol minyak urut, minyak aromaterapi, dan botol obat. "Aku memang istri yang tidak berguna!"Perlahan Manda menggoreskan sisa lipstick ke cermin. Dia menggurat nama Satriyo di sana. Semakin tulisan itu terbaca, hatinya semakin sakit. "Tidak! Siapa tahu itu memang dia beli untukku!"Tiba-tiba Manda tersenyum dan dengan cepat menghapus tulisan merah di cermin. Dia lantas memberesi semua benda di meja dan membersihkannya satu persatu. Sepagian itu Manda menyibukkan diri dengan memberesi kamar. Sprei diganti dengan yang lebih cerah, meja rias kembali rapi dan penuh dengan alat make-up baru, botol dan obat-obat dia letakkan di tas kecil dan dis
Read More
Air Mata Buaya Papi
Satriyo menghela napas panjang menatap Manda yang terlelap di ranjang. Istrinya itu tanpa selembar pakaian pun. Meski tertidur nyenyak, napasnya tetap tersengal dan sedikit payah. Kulitnya juga semakin pucat. AC yang dimatikan Satriyo membuatnya sedikit membaik. Sementara Satriyo terdiam dengan keringat membanjir. Malam itu Manda tampak menggairahkan, bagi siapapun. Namun tidak bagi Satriyo. Baginya Manda tetap lemah dan tidak akan kuat melayaninya seperti dulu. Seperti malam ini. Kejadian malam yang lalu—yang membuat Manda harus dirawat di Rumah Sakit—terulang kembali. Belum juga sampai di puncak, Manda sudah terkapar tak berdaya. Satriyo tidak punya pilihan lain selain membiarkan Manda beristirahat, meninggalkan dia yang sudah kadung di pucuk. Seperti biasa, Satriyo harus berkhayal tubuh indah Janice sembari memainkan miliknya sendiri hingga mencapai puncak. Atau dia akan pening sepanjang hari. Sebatang rokok disulut. Asapnya dikeluarkan melalui daun jende
Read More
Tolong Tinggalkan Papi!
Pelangi menunggu dengan gelisah. Berkali-kali dia mengecek ponsel, memastikan jika pesan yang dia kirim sudah benar. Dia juga membaca ulang tempat yang dia setujui bersama seseorang. "Udah lama, ya?"Pelangi menoleh. Janice tersenyum dan langsung duduk di depannya. Pelangi memperhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Janice mengenakan terusana melar siang itu. Terusan yang hanya sepanjang setengah paha itu memang terlihat sangat cocok di tubuh semampai dan kulit putihnya. Ya, meski terlalu terbuka bagi Pelangi. "Pelangi, kan, ya?"Pelangi mengangguk cepat. Dia hanya menatap Janice yang memperhatikan sekelilingnya. Seolah mencari seseorang. "Kamu ... sendirian?"Pelangi kembali mengangguk. Dia menyesap jus alpukatnya yang tinggal separuh. Bukan karena haus, tapi karena gugup dan perasaan yang sudah campur aduk menjadi satu. "Mau ngomong apa emangnya?" tanya Janice
Read More
Nikahi Aku atau ....
"Bisa-bisanya ya anak kamu kurang ajar ke aku!"Satriyo yang baru saja memasuki rumah Janice tercenung. Dia meletakkan tas dan melepas jasnya. "Dia berani nemuin aku. Ngatain aku rendahan lah, wanita murahan lah. Kurang ajar tau nggak!""Siapa yang nemuin kamu?"Janice menoleh. Ditatapnya Satriyo yang tampak lelah. Lelaki itu meneguk setengah air di gelas, sisanya tadi pagi. "Pelangi."Satriyo terkejut. Air yang diminumnya tersembur keluar. "Kok bisa nemuin kamu?""Dia chat aku. Nggak tahu dapet nomorku darimana."Satriyo terdiam. Dia mengurut pelipisnya pelan. "Ngomong apa dia?""Dia minta aku ninggalin aku, Mas."Janice mendekat, ikut duduk di sofa, menempel pada Satriyo. "Mas nggak akan ninggalin aku, kan?" tanya Janice dengan wajah memelas. Satriyo hanya menghela napas panjang. "Aku kan sudah bilang, jangan terlalu keliatan. Ini jadinya. Iji baru Pelangi, bagaimana kal
Read More
Wanita Hamil yang Mendatangi Mami
Manda meremas kemeja kotor yang baru saja diletakkan Satriyo di keranjang baju kotor. Lelaki itu tengah mandi, sementara Manda tadi pamit akan menyiapkan makan malam. Mata Manda mendadak perih. Tanpa mendekatkan kemeja itu pun hidung Manda sudah tahu jika itu adalah aroma parfum yang berbeda dari parfum Satriyo di rumah. Dan jelas itu adalah parfum wanita.Dengan tangan yang sedikit gemetar, Manda meletakkan kembali kemaja ke keranjang ketika didengarnya Satriyo sudah selesai mandi. Wanita itu lantas duduk di tepi ranjang, menanti Satriyo. Manda terdiam menatap dirinya sendiri. Daster putih panjang dan sweater rajut yang dikenakannya mirip dengan pakaian orang jaman dahulu di film horor. Belum lagi rambut lepek dan apeknya yang dibiarkan disanggul berantakkan. Manda tersenyum getir. "Katanya mau makan?" tanya Satriyo membuka lemari dan megambil piyamanya. Manda tersenyum. "Nunggu kamu, Mas.""Kamu istirahat aja. Biar aku makan sendiri. Inu udah
Read More
Mami Kritis dan Papi lah Penyebabnya
"Gitu aja pingsan!" Janice melenggang pergi setelah Langit membawa Manda ke mobil maminya di garasi. Lelaki itu panik. "Bang?"Pelangi yang baru pulang sekolah langsung membantu Langit membawa mami mereka ke dalam mobil. Sempat dilihatnya Janice keluar dari pinti rumah mereka. Namun Pelangi lebih memilih menemani maminya ke Rumah Sakit. Kedunya lantas meninggalkan rumah. Meninggalkan Janice yang masih mematung di teras, menyaksikan mereka pergi. Mobil yang dibawa Langit berpapasan dengan mobil Satriyo yang memasuki halaman rumah. Mereka sempat bertatapan. Namun Langit memilih diam saja dan lagsung tancap gas. Sementara Satriyo mengerutkan kening melihat mobil Janice ada di halaman rumahnya. Dengan cepat dia turun. "Mas?"Janice tersenyum dan melangkah cepat untuk menyongsong kedatangan Satriyo. "Ngapain kamu ke sini?" tanya Satriyo penuh selidik. Janice hanya tersenyum dan bersiap memeluk Satriyo. Namun le
Read More
Apa Semua Salah Papi?
Langit pamit keluar untuk mencari makan. Satriyo seolah menemukan kesempatan. Dengan cepat dia memasuki ruangan di mana Manda dirawat. Dia menemukan Pelangi yang duduk diam menggenggam tangan Manda. Gadis itu menoleh saat pintu dibuka. Lantas melengos. Satriyo mendekat dengan ragu dan canggung. "Ehm, boleh papi ... papi mau bicara sama mami."Pelangi menghela napas panjang. "Nggak liat mami belum sadar?"Satriyo menelan ludah. Dia duduk di ranjang, dekat kaki Manda dengan pelan-pelan. "Nak ... Papi ...."Satriyo seolah kehabisan kata-kata. Tenggorokannya tercekat. "Papi ... Papi minta maaf, ya.""Untuk?"Satriyo menatap Pelangi yang tak menatapnya. "Semuanya. Papi tahu kalian pasti kecewa!"Pelangi diam. Perlahan dia melepas genggaman tangannya pada sang mami dan beralih menatap papinya. Mereka bersitatap. "Buat apa minta maaf kalau papi tidak tahu kesalahan papi sendiri!"Satriyo
Read More
ก่อนหน้า
12345
DMCA.com Protection Status