Semua Bab Munajat Perawan Tua : Bab 61 - Bab 66
66 Bab
Bab 59 : Kiasan Sepasang Kekasih
Berbagai perlengkapan pria itu berangkat untuk urusan diluar kota telah lengkap di kopernya. Mengapa aku harus bermain jarak saat sedang hamil? Sepanjang malam aku hanya tersenyum kecil tidak banyak merespon. Dirga sudah sering melakukan perjalanan dinas sebelumnya. Tetapi hal yang membuatku khawatir adalah pria itu mengendarai pesawat. Bukannya aku tidak percaya padanya. Tetapi merasa kurang baik dengan kalimat akan membawa pasukan itu. Diluar catatan prestasinya, aku hanyalah orang awam yang khawatir mendengar pria itu akan melakukan penerbangan. Apalagi setelah mengalami turbulensi hingga membuatku kehilangan akal."Izin, Bu. Apa ada yang kurang benar dari pelaksanaan kantin digital ini?"tanya salah satu anggota Pia."Akh, ya. Maaf saya malah kurang fokus. Semuanya sudah berjalan dengan baik,"ucapku lupa sedang berada dalam pertemuan singkat.Aku belum bertemu pria itu lagi setelah usai sarapan. Sekarang jika ku pikirkan, akan lebih baik kalau kita berdua sama-sama bekerja. Aku fo
Baca selengkapnya
Bab 60 : Tokoh Lama
Mata ku melirik dirinya mengenakan seragamnya untuk dinas tengah berbincang beberapa saat bersama dengan rekan yang lain. Rasa takut dalam benak ku sedikit berkurang setelah berbincang dengan Azhara kemarin sore. Dirinya sendiri yang mengatakan tugas Dirga saat dinas tidak akan seberat anggota pasukannya. Tetapi tetap saja dia harus melindungi anggotanya.Pria itu tersenyum lebar begitu melihat ku menatapnya. Dirinya segera berlari membuatku tersenyum kecil. Kali ini dirinya tidak akan mengantar ku hingga keberangkatan. Dia akan sibuk dengan urusan penerbangannya sendiri. Terlebih dirinya yang mengendarai pesawat itu. Aku baru menyadari profesinya jauh lebih berbahaya dari tentara pada umumnya setelah dinas ini.Siapa yang akan menjamin selamat jika terjatuh dari ketinggian?"Sebentar, saya berkeringat,"ucapnya mengusap keringat yang menetes di wajahnya.Semenjak Dirga mengetahui kabar kehamilan ku, dia selalu menjaga kebersihan dalam semua hal. Dia berusaha menghindari menemui ku saa
Baca selengkapnya
Bab 61 : Drama Keluarga
Denting jam dinding seperti simfoni di tengah derasnya hujan. Kepala ku terasa berat setiap harinya mengetahui kondisi diri. Nova yang mengantarkan ku ke rumah sakit kala itu masih tetap memaksa untuk mengambil cuti. Sayangnya, aku masih belum punya alasan untuk itu. Aku tidak bisa memungkiri kenyataan kandungan ku lemah. Perubahan hormon begitu drastis memicu mimisan sesekali.Mual ku sudah tidak begitu parah hingga menyusahkan diri. Tetapi perut ini terasa semakin besar menyusahkan untuk tidur. Sesekali aku berusaha mengurangi jam kerja di malam hari. Nyatanya aku hanya bisa tidur di atas jam 12 malam. Satu-satunya hal yang membuatku khawatir adalah kondisi bayi di kandungan ku. Apakah dirinya akan baik-baik saja dengan perilaku ku?"Mbak, ini sudah larut malam,"ucap Celine mengingatkan untuk ke sekian kalinya."Aku sudah sempat tertidur. Lagipula ini sudah jam empat pagi,"ucapku.Dugaan kalian diriku tengah menikmati masa kehamilan di rumah sepenuhnya salah. Saat ini diriku masih b
Baca selengkapnya
Bab 62 : Patah
Lantunan ayat suci Al Qur'an yang terdengar di kedua telinga begitu memasuki kompleks pesantren adalah sesuatu hal membahagiakan. Mobil ku hanya bisa memasuki bagian depan rumah kedua orang tua. Sebuah mobil sudah lebih dahulu memenuhi teras rumah membuatku menggenggam menahan kesal.Aku terpaksa harus menerjang hujan di jalanan dan mengabaikan kontrol kehamilan selepas pulang dari kerja. Jika saja yang memintanya Rania untuk hal lain bukanlah masalah. Sedangkan penyebab diriku harus sampai di tempat ini adalah Halimah yang tidak memiliki perasaan sudah melewati batasannya.Belum sempat beranjak masuk, aku memilih menyalakan perekam suara dan kamera tersembunyi untuk menghindari ada hal diluar dugaan. Setidaknya aku punya bukti untuk menjerat keduanya dan menjadikan senjata melawan ego bodohnya itu. Jika memang peduli bukan cuma peduli saat sudah dewasa. Dimana dia ketika anak itu menangis meminta ASI?"Assalamu'alaikum,"ucapku sedikit kaget begitu menatap banyaknya pria berjaga di pi
Baca selengkapnya
Bab 63 : Merangkai Kembali
Plester luka yang menutup bekas infus di tangan kanan terlihat senada dengan pakaian ku. Setelah dua hari menjalani perawatan intensif, aku diperbolehkan pulang ke rumah. Dibandingkan merepotkan orang lain, aku memilih untuk tinggal di rumah dinas saja. Tetapi kedua pihak orang tua itu tidak mau kalah ingin menjaga ku. Dengan banyaknya pertimbangan dan pembicaraan keduanya, akhirnya Ibu yang memenangkannya.Sekaligus bentuk permintaan maaf pada mertua ku. Sedangkan mertua ku menganggap ini hanya musibah dan semua urusan ada di tangan takdir. Bunda dan Rama terbang ke Madiun pagi tadi. Menyisakan ku bersama Rania dan Ibu di rumah ini. Berita ini begitu cepat menyebar hingga ke rekan kerja. Kecuali persatuan istri prajurit. Hanya Azhara saja yang mendengar kabar itu setelah menelfon beberapa waktu lalu.Aku sengaja tidak ingin mengungkapkan ini pada publik untuk menghindari masalah. Apalagi Dirga juga sudah berada dalam tahap kembali dari tugas. Aku ingin dia baik-baik saja dan tidak me
Baca selengkapnya
Bab 64 : Berbenah
Pov DirgaKehilangan anak bukanlah sesuatu duka biasa. Sepertinya dengan kalimat itu bisa menggambarkan bagaimana perasaan ku saat ini. Beberapa saat setelah mendarat di Halim Perdanakusuma dengan segala rangkaian penyambutan dan perayaan, Azhara mendatangi rumah ku. Tidak cukup disitu, perempuan itu pun didampingi sang suami menyatakan kabar duka. Rama dan Bunda pun tidak luput menceritakan pada ku tentang kabar itu.Semua orang seolah berusaha memberitahu ku untuk tidak mengatakan sesuatu yang menyakitkan pada Gita. Padahal tanpa semua kalimat itu pun aku tahu, dia lah yang paling terluka. Lagipula aku hanya sedih bukannya kecewa. Aku tidak kecewa padanya atas kejadian ini. Justru aku kecewa dengan diriku sendiri. Entah bagaimana dia memandang ku hingga enggan menceritakan berita duka ini.Apakah dia segan atau hanya tidak ingin mengganggu?Pertanyaan itu seolah berputar mencari jawaban. Kita berdua adalah sepasang suami istri. Tetapi mengapa saling canggung untuk bercerita seolah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status