Usia bukanlah sesuatu yang bisa menghalangi ambisi Dyah Anggita Anindyaswari terhadap kariernya. Namun tuntutan keluarga dan buah bibir masyarakat membuatnya tertekan. Sayangnya mencari pasangan hidup bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Kegigihan dan karakter kerjanya yang baik selama bekerja menanamkan citra baik di mata atasannya. Namun di sisi lain, seorang duda menyebalkan turut hadir memberikan pilihan bagi Anggita. Lantas, pria mana yang akan Anggita pilih untuk menemani sisa usianya? Bagaimana Anggita bisa meluruhkan egonya hidup mandiri dan menikah?
View MorePov DirgaKehilangan anak bukanlah sesuatu duka biasa. Sepertinya dengan kalimat itu bisa menggambarkan bagaimana perasaan ku saat ini. Beberapa saat setelah mendarat di Halim Perdanakusuma dengan segala rangkaian penyambutan dan perayaan, Azhara mendatangi rumah ku. Tidak cukup disitu, perempuan itu pun didampingi sang suami menyatakan kabar duka. Rama dan Bunda pun tidak luput menceritakan pada ku tentang kabar itu.Semua orang seolah berusaha memberitahu ku untuk tidak mengatakan sesuatu yang menyakitkan pada Gita. Padahal tanpa semua kalimat itu pun aku tahu, dia lah yang paling terluka. Lagipula aku hanya sedih bukannya kecewa. Aku tidak kecewa padanya atas kejadian ini. Justru aku kecewa dengan diriku sendiri. Entah bagaimana dia memandang ku hingga enggan menceritakan berita duka ini.Apakah dia segan atau hanya tidak ingin mengganggu?Pertanyaan itu seolah berputar mencari jawaban. Kita berdua adalah sepasang suami istri. Tetapi mengapa saling canggung untuk bercerita seolah
Plester luka yang menutup bekas infus di tangan kanan terlihat senada dengan pakaian ku. Setelah dua hari menjalani perawatan intensif, aku diperbolehkan pulang ke rumah. Dibandingkan merepotkan orang lain, aku memilih untuk tinggal di rumah dinas saja. Tetapi kedua pihak orang tua itu tidak mau kalah ingin menjaga ku. Dengan banyaknya pertimbangan dan pembicaraan keduanya, akhirnya Ibu yang memenangkannya.Sekaligus bentuk permintaan maaf pada mertua ku. Sedangkan mertua ku menganggap ini hanya musibah dan semua urusan ada di tangan takdir. Bunda dan Rama terbang ke Madiun pagi tadi. Menyisakan ku bersama Rania dan Ibu di rumah ini. Berita ini begitu cepat menyebar hingga ke rekan kerja. Kecuali persatuan istri prajurit. Hanya Azhara saja yang mendengar kabar itu setelah menelfon beberapa waktu lalu.Aku sengaja tidak ingin mengungkapkan ini pada publik untuk menghindari masalah. Apalagi Dirga juga sudah berada dalam tahap kembali dari tugas. Aku ingin dia baik-baik saja dan tidak me
Lantunan ayat suci Al Qur'an yang terdengar di kedua telinga begitu memasuki kompleks pesantren adalah sesuatu hal membahagiakan. Mobil ku hanya bisa memasuki bagian depan rumah kedua orang tua. Sebuah mobil sudah lebih dahulu memenuhi teras rumah membuatku menggenggam menahan kesal.Aku terpaksa harus menerjang hujan di jalanan dan mengabaikan kontrol kehamilan selepas pulang dari kerja. Jika saja yang memintanya Rania untuk hal lain bukanlah masalah. Sedangkan penyebab diriku harus sampai di tempat ini adalah Halimah yang tidak memiliki perasaan sudah melewati batasannya.Belum sempat beranjak masuk, aku memilih menyalakan perekam suara dan kamera tersembunyi untuk menghindari ada hal diluar dugaan. Setidaknya aku punya bukti untuk menjerat keduanya dan menjadikan senjata melawan ego bodohnya itu. Jika memang peduli bukan cuma peduli saat sudah dewasa. Dimana dia ketika anak itu menangis meminta ASI?"Assalamu'alaikum,"ucapku sedikit kaget begitu menatap banyaknya pria berjaga di pi
Denting jam dinding seperti simfoni di tengah derasnya hujan. Kepala ku terasa berat setiap harinya mengetahui kondisi diri. Nova yang mengantarkan ku ke rumah sakit kala itu masih tetap memaksa untuk mengambil cuti. Sayangnya, aku masih belum punya alasan untuk itu. Aku tidak bisa memungkiri kenyataan kandungan ku lemah. Perubahan hormon begitu drastis memicu mimisan sesekali.Mual ku sudah tidak begitu parah hingga menyusahkan diri. Tetapi perut ini terasa semakin besar menyusahkan untuk tidur. Sesekali aku berusaha mengurangi jam kerja di malam hari. Nyatanya aku hanya bisa tidur di atas jam 12 malam. Satu-satunya hal yang membuatku khawatir adalah kondisi bayi di kandungan ku. Apakah dirinya akan baik-baik saja dengan perilaku ku?"Mbak, ini sudah larut malam,"ucap Celine mengingatkan untuk ke sekian kalinya."Aku sudah sempat tertidur. Lagipula ini sudah jam empat pagi,"ucapku.Dugaan kalian diriku tengah menikmati masa kehamilan di rumah sepenuhnya salah. Saat ini diriku masih b
Mata ku melirik dirinya mengenakan seragamnya untuk dinas tengah berbincang beberapa saat bersama dengan rekan yang lain. Rasa takut dalam benak ku sedikit berkurang setelah berbincang dengan Azhara kemarin sore. Dirinya sendiri yang mengatakan tugas Dirga saat dinas tidak akan seberat anggota pasukannya. Tetapi tetap saja dia harus melindungi anggotanya.Pria itu tersenyum lebar begitu melihat ku menatapnya. Dirinya segera berlari membuatku tersenyum kecil. Kali ini dirinya tidak akan mengantar ku hingga keberangkatan. Dia akan sibuk dengan urusan penerbangannya sendiri. Terlebih dirinya yang mengendarai pesawat itu. Aku baru menyadari profesinya jauh lebih berbahaya dari tentara pada umumnya setelah dinas ini.Siapa yang akan menjamin selamat jika terjatuh dari ketinggian?"Sebentar, saya berkeringat,"ucapnya mengusap keringat yang menetes di wajahnya.Semenjak Dirga mengetahui kabar kehamilan ku, dia selalu menjaga kebersihan dalam semua hal. Dia berusaha menghindari menemui ku saa
Berbagai perlengkapan pria itu berangkat untuk urusan diluar kota telah lengkap di kopernya. Mengapa aku harus bermain jarak saat sedang hamil? Sepanjang malam aku hanya tersenyum kecil tidak banyak merespon. Dirga sudah sering melakukan perjalanan dinas sebelumnya. Tetapi hal yang membuatku khawatir adalah pria itu mengendarai pesawat. Bukannya aku tidak percaya padanya. Tetapi merasa kurang baik dengan kalimat akan membawa pasukan itu. Diluar catatan prestasinya, aku hanyalah orang awam yang khawatir mendengar pria itu akan melakukan penerbangan. Apalagi setelah mengalami turbulensi hingga membuatku kehilangan akal."Izin, Bu. Apa ada yang kurang benar dari pelaksanaan kantin digital ini?"tanya salah satu anggota Pia."Akh, ya. Maaf saya malah kurang fokus. Semuanya sudah berjalan dengan baik,"ucapku lupa sedang berada dalam pertemuan singkat.Aku belum bertemu pria itu lagi setelah usai sarapan. Sekarang jika ku pikirkan, akan lebih baik kalau kita berdua sama-sama bekerja. Aku fo
Rasa iri dengki memang seharusnya dihapuskan dalam segala urusan.Mungkin itulah kalimat pembuka yang bisa menggambarkan situasi saat ini. Kebahagiaan ku bisa kembali berkumpul dan menjalankan tugas menjadi istri prajurit malah membuat tubuhku terbaring di atas ranjang. Dokter meminta ku bedrest 2 hari di rumah sakit setelah kelelahan kemarin. Baru saja hendak berpamitan antar skuadron tubuh ku terasa lunglai dan terjatuh begitu saja. Tetapi makna kata iri dan dengki itu memang bukan hal yang salah. Setelah siuman dari pingsan, aku menemukan kabar perempuan gila hormat itu menyebarkan gosip diriku hamil tanpa kejelasan. Mengingat aku bekerja di pabrik semakin mendukung kata-katanya membuatku ingin mendorongnya dari prilling tower.Berita itu terus menjadi perbincangan hingga malam tiba membuatku ingin segera menemuinya. Apa dia pikir aku menjual diri di pabrik? Pencapaian yang tinggi di usia muda dan oleh seorang perempuan seolah menjadi kesalahan ku. Bahkan tidak jarang dikaitkan pad
Senyuman lebar Dirga masih belum mengendur sejak semalam. Berbeda dengan Bunda tidak hentinya mengomeli ku karena terlambat memberitahu. Azhara yang datang dengan perut buncit nya pagi ini turut mengucapkan selamat membuatku merasa ngeri. Masalahnya perempuan itu menjadi cukup pemarah. Entah berapa kali dirinya mengomeli Aditya."Kamu tuh harus mengurangi emosi, euy. Coba bicarakan baik-baik,"ucapku membuatnya menggeleng tidak setuju."Tidak bisa. Mas Aditya itu suka mengundang emosi, Git. Kamu tahu kemarin itu ku bilang suruh ambilkan jemuran malah dimasukkan ke dalam keranjang baju kotor. Belum lagi waktu diajak konsultasi ke dokter malah sibuk berbincang sampai akhirnya antreannya kelewatan,"ucap Azhara menggebu membuatku terdiam."Tetap saja kalau melahirkan kamu perlu dia disisinya. Dia masih bingung cara menjadi calon Ayah. Berbeda dengan Mas Dirga,"ucapku menjelaskan.Azhara hanya menghela nafas lelah menatap dua orang pria yang sedang berbincang di luar. Keduanya memang berbed
Suara merdu lantunan ayat suci Al Qur'an masih menghiasi rumah sejak bada Isya cukup mengisi keheningan rumah. Sejenak ku rebahkan punggung ku di atas kursi sofa ruang tengah. Aku sudah banyak membaca artikel selama seharian ini hingga membuatku muak. Terlalu banyak hal yang mengubah tata hidup ku selama hamil. Belum lagi semua orang menjadi begitu perhatian membuatku seperti penderita penyakit berat stadium akhir saja.Bahkan Celine sampai datang ke rumah untuk membantu menyiapkan perlengkapan untuk ke luar kota sekaligus mengantarkan menuju bandara. Sama halnya dengan Ardhito yang memberikan jawaban sama untuk mengambil tugas sementara di Pupuk Indonesia menghindari paparan bahan kimia. Sekaligus proses pemindahan selama di Pupuk Indonesia.Yah.Pada akhirnya aku pun tidak punya pilihan. Hidup di pabrik dengan kebisingan sepanjang hari khawatir akan membahayakan kesehatan janin. Altezza juga tidak ingin diriku menghabiskan waktu kehamilan sendirian memaksa untuk kembali ke Jakarta.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.