Lahat ng Kabanata ng Kaisar Puncak Naga: Kabanata 41 - Kabanata 50
53 Kabanata
TAK MAU DIPERIKSA
"Kakak membohongiku. Jelas-jelas Kakak kesakitan seperti itu." Pangeran Han Yuze berkata dengan nada sedih.Dia semakin merasa bersalah dalam hati atas kejadian yang menimpa kakaknya ini."Hanya sedikit nyeri saja dan tidak akan membuatku mati," timpal Pangeran Han Yujie dengan suara masih lemah. "Tetap saja itu artinya Kakak kesakitan dan menderita. Kak, maafkan aku. Akulah yang sudah membuat Kakak cedera, tapi aku sungguh tidak sengaja." Han Yuze meneteskan air mata yang berderai tanpa terasa. Perasaan bersalah terus menggerayangi hatinya. Andai waktu dapat diputar, dia akan bersikap baik dan tidak akan menggoda kakaknya. Jika semua dapat diminta, maka dia akan lebih memilih dirinya saja yang jatuh terlebih dahulu dan mengalami patah tulang.Pangeran Han Yujie berusaha tersenyum sambil menahan sakit. Tangan kiri lemahnya bergerak, menggapai air mata yang menetes di pipi adiknya, lalu mengusapnya dengan lembut. "Sudahlah, jangan menangis. Kamu ini calon pendekar tombak yang hebat,
Magbasa pa
TAKUT JARUM
"Orang ini, bisakah dia tidak mengeluarkan jarumnya?" Pangeran Han Yuze menjerit dalam hati. Kepanikan itu membuat wajah tampannya memucat dan tampak menyedihkan.Pangeran Han Yuze segera berkata, "Kakak Tabib, sepertinya tidak ada yang perlu diperiksa lagi. Keadaanku sangat baik sekarang. Aku sepuluh kali lipat lebih kuat dari siapa pun. Katakan saja pada ibu kalau aku baik-baik saja.""Maaf, Pangeran. Hamba tidak berani. Hamba hanya menjalankan tugas saja. Mohon kiranya Pangeran untuk tidak menyulitkan tugas hamba. Dan hamba juga melihat kalau wajah Anda sedikit pucat, hamba khawatir kalau ada hal yang tidak baik terjadi di dalam tubuh Yang Mulia." Tabib Xue berkata lembut, dan suaranya ini seperti dibuat bernada rendah dan berwibawa."Jika Anda terus menolak untuk diperiksa, lalu ibunda Yang Mulia dan juga keluarga Pangeran bertanya, bagaimana hamba harus menjawabnya? Bisa jadi kepala hamba dipertaruhkan untuk menjadi gantinya. Tidakkah Pangeran merasa kasihan kepada nasib tabib kec
Magbasa pa
MUNTAH DARAH
Tak lama kemudian, mantan kaisar dan Pangeran Han Yuxuan tiba di ruangan tersebut dengan wajah cemas.Mereka langsung menghampiri Qu Yilin yang tengah menunggui Pangeran Han Yuze di depan pintu dengan gelisah dan terlihat mondar-mandir semacam setrika arang, atau alat penghalus kain dari logam kuningan. Qu Yilin sibuk berjalan hilir-mudik tanpa henti. Wanita itu sesekali meremas punggung tangannya sendiri, sampai ia tak begitu menyadari akan kehadiran suami dan ayah mertuanya. "Semoga saja anak itu tidak mengalami cedera serius yang menghambat pelatihannya nanti," bisik Qu Yilin dalam hati dengan perasaan jantung berdebaran.Suara langkah kaki bersepatu milik kedua orang penting terdengar seperti sangat terburu-buru. Qu Yilin segera menyambut kedatangan kedua orang pria berstatus mulia itu dengan memberi hormat. Tangannya teratur di depan perut dan lututnya sedikit menekuk. "Salam Yang Mulia Ayahanda, salam, Yang Mulia Pangeran."Akibat rasa panik, keduanya sampai tak dapat menyahut
Magbasa pa
PENYELINAP KECIL
Dalam cekalan tangan kokoh para prajurit, tabib muda itu hanya bisa pasrah. Meskipun hatinya sangat tidak terima, tapi Tabib Xue saat ini tidak berdaya."Menyelamatkanmu?" Pangeran Han Yuxuan terlihat bingung. Ruang di antara alis matanya bahkan sampai berkerut ketika pria itu menatap tubuh kurus Tabib Xue yang berlutut di lantai. Pangeran Han Yuze menyeka keringat yang mengalir di wajahnya, lalu menganggukkan kepala dengan gerakan lemah. "Benar, Ayah. Jadi, tolong lepaskanlah tabib itu, Ayah."Pangeran Han Yuxuan melihat ke arah Pangeran Han Yuze untuk memastikan kalau ucapannya dapat dipercaya. Ada kecurangan kuat dalam hati pria itu tentang Tabib Xue yang menurutnya sangat aneh.Sementara itu, Mantan Kaisar Han Yuwen lebih memilih untuk memerhatikan keadaan cucunya dari jarak dekat dan merasakan aakwn adanya kejanggalan dalam tubuh sang cucu.Pria tua yang masih tampak sangat berwibawa itu kemudian menoleh ke arah Pangeran Han Yuxuan. "Baiklah, karena Yuze berkata demikian, maka se
Magbasa pa
BARA DENDAM
Qu Yilin berjalan mendekati jendela sambil meremas-remas punggung tangannya sendiri. Kulit putih nan lembutnya pun menjadi memerah akibat remasan-remasan yang seakan menjadi pelampiasan suatu perasaan."Tujuh belas tahun yang lalu, ayahmu pergi mengembara selama bertahun-tahun. Dia ditugaskan untuk mencari obat penawar racun guna menyembuhkan penyakit nenekmu. Dan di dalam perjalanannya, ayahmu menemukan pecahan kepala tombak aneh di Puncak Gunung Naga." Qu Yilin mulai bercerita.Pangeran Han Yuze diam mendengarkan, meskipun di dalam hati dirinya merasa ada suatu kejanggalan. "Ayah pergi mencari obat untuk nenek, bukankah saat itu kakek masih menjadi kaisar? Selain tabib istana, apakah kakek tidak mengundang tabib terbaik di negara ini untuk menyembuhkan penyakit nenek?" Pangeran Han Yuze tak bisa untuk menahan pertanyaannya."Tentu saja semua sudah dilakukan dan tidak ada yang berhasil sama sekali. Penyakit nenekmu bukanlah penyakit biasa saja, melainkan karena diracuni seseorang,"
Magbasa pa
MENGUNJUNGI PAPAN LELUHUR
Jing Ling bukan belum pernah datang ke mari sebelumnya, dan dia sudah tidak merasa asing dengan tempat ini.Jing Yue kemudian menyalakan dupa pengharum ruangan, serta dupa batangan yang untuk melakukan persembahan doa. Wanita itu memberikan satu batang dupa yang sudah dinyalakan kepada Jing Ling, dan menyalakan satu batang lagi untuk dirinya sendiri.Keduanya melakukan ritual tersebut untuk mendoakan dan mengenang arwah para anggota keluarga yang sudah mendahului pergi ke alam keabadian.Mereka memegang batang dupa dengan kedua tangan, lalu membungkuk sebanyak tiga kali di hadapan papan memori para leluhur.Tak bisa dipungkiri, jika hati keduanya pun merasa sangat sedih dan terluka saat mengenang kejadian tragis di masa lalu. Peristiwa berdarah itu telah membuat semua orang yang namanya tertera di papan peringatan harus meninggalkan dunia ini dengan cara sangat mengenaskan.Sesuai melakukan ritual tersebut, Jing Yue mau tak mau meneteskan air mata. Wanita itu kemudian mengeluarkan sua
Magbasa pa
TOMBAK NAGA EMAS
53. Tombak Naga Emas! "Benda ini pula yang menjadi saksi atas tragedi di malam itu. Kamu buka dan lihatlah, Ah Ling!" Tangan sedikit Jing Yue bergetar saat teringat kenangan pahit telah membuatnya merasa tertekan dalam hati selama tujuh belas tahun ini."Benda ini ditinggalkan olehnya untukmu beserta sebuah kitab. Tapi kamu tidak perlu berterima kasih kepadanya." "Tak perlu berterima kasih padanya?" Alis hitam Jing Ling sampai berkerut akibat merasa heran. "Siapa maksud Ibu?""Itu ... nanti akan ibu ceritakan pelan-pelan," jawab Jing Yue, sendu."Hmm, Ibu rupanya sudah mulai senang bermain teka-teki denganku.""Konyol!" Jing Yue menyentil ujung hidung anaknya dengan lembut. "Sudah jangan banyak bicara. Cepat kamu lihat benda itu!""Oh." Jing Ling mengangguk. "Baiklah, baiiiik."Sebenarnya, hati Jing Yue terasa sedang tercabik-cabik dan berdarah oleh kenangan yang membuat separuh usianya hanya terkungkung dalam dendam. Sakitnya tak terkata hingga menangis sepanjang puluhan tahun ini p
Magbasa pa
JANJI LELAKI
Jing Yue hanya menggelengkan kepala."Ibu, lihatlah! Ibu bisa melihat sejauh mana perkembanganku." Jing Ling begitu bersemangat, lalu dia melompat ke tengah ruangan dengan gerakan lincah. Di hadapan Jing Yue dan seluruh papan peringatan Keluarga Jing, Jing Ling memainkan tombak itu dengan penuh semangat. Satu kali gerak Sambaran ke udara berhasil menimbulkan gelombang angin besar yang membuat semua tirai di ruangan itu bergerak melambai. "Menyambar kuat seperti ekor naga raksasa, tapi juga lentur dan lembut saat diayunkan!" teriak Jing Ling sembari terus mengayunkan tombak itu sambil melakukan gerak berputar, menusuk ke depan, memutar bilah tersebut dengan gerakan lincah."Gelombang angin yang berderu kencang cukup untuk merobohkan bukit anakan!"Pemuda itu lalu melompat cukup tinggi dan menyabetkan mata tombak ke tirai yang digantung sebagai hiasan. Hanya dalam satu kali sabetan saja, kain merah itu terpotong menjadi dua bagian dan melayang terbang dengan sangat lembut, lalu jatuh
Magbasa pa
PERGI UNTUK BERLATIH
"Jika Ibu bertanya, apakah aku takut?" Jing Ling berkata jujur. "Tentu saja aku takut. Bahkan sangat takut. Mendengar cerita tentang kekejamannya saja hatiku sudah bergetar dan ragu. Tapi aku akan berusaha mengatasi ketakutan itu demi keluargaku!" "Ibu, mohon doakan aku agar aku bisa menjadi lebih kuat dan dapat memenuhi harapan Ibu!" Jing Ling mengepalkan kedua tangannya.Jing Yue semakin terharu. "Tentu saja ibu akan selalu mendoakanmu. Hanya kamulah satu-satunya kebahagiaan, kebanggaan dan harapan ibu." "Doa saja tidak cukup jika tidak diimbangi dengan latihan yang keras. Ibarat seseorang ingin mengangkat gunung, tapi bergerak saja malas." Suara orang lain mengejutkan keduanya. "Ayah!" Jing Ling berseru kegirangan saat berbalik badan dan melihat Hua Yan, Hua Fei dan Hua Lin sudah berdiri di sana dengan sikap tenang lagi anggun. "Ayah datang." "Mmhh. Aku ingin bicara beberapa hal dengan ibumu," ujar Hua Yan sambil melangkah mendekati Jing Yue."Silakan, Ayah." Jing Ling memberi
Magbasa pa
AKU JUGA SEORANG TABIB
Sebenarnya, apa yang membuat mereka harus pergi secepat itu?Beberapa hari yang lalu.Setelah mendapat perawatan dari tabib, luka-luka Jing Ling dan Hua Fei sudah semakin membaik. Begitu pula dengan keadaan Hua Yan yang tidak lagi terlalu mengkhawatirkan. Siang hari itu, Hua Yan duduk santai di ruangan pribadinya dengan ditemani oleh Hua Wu yang begitu setia melayani sang guru."Guru, ada salah seorang murid yang baru saja keluar lembah, dan dia menemukan kertas ini di jalanan." Hua Wu membungkuk hormat seraya menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Hua Yan.Hua Yan langsung membaca tulisan yang tertera pada kertas putih tulang yang baru saja diterimanya. Munculnya beberapa garis kerutan di dahi pria itu, seharusnya adalah suatu pertanda tentang bagaimana ia sedang berpikir keras.Hua Yan bergumam lirih. "Kompetisi tahunan ...." Setelah bergumam, Hua Yan langsung menyembunyikan kertas tersebut di tempat yang aman."Benar, Guru. Murid-murid lain sudah ramai membicarakan ini saat jam
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status