All Chapters of Suami Pelit Melarat Saat Kutinggalkan: Chapter 41 - Chapter 50
74 Chapters
Andre di restoran
Tiba-tiba, dari arah belakang ada suara wanita memanggil lembut Gunawan. Orang-orang memberikan jalan hingga wanita itu sampai di hadapannya. Aku yang melihatnya segera mundur ke belakang tanpa diketahui Gunawan. Tentu saja tidak ingin merusak momen itu, siapa tau wanita itu pacarnya Gunawan jadi tidak sopan jika aku terus berada disampingnya. "Selamat ulang tahun ya, sayang!" Aku yang sudah berjalan ke belakang sedikit mendengar suara wanita itu, hingga saat Mas Gun menjawabnya membuatku terkejut. "Ibu? Kenapa bisa kemari?" Ibu? Jadi wanita itu ibunya Mas Gun, ah sial aku salah sangka. Kupikir itu pacarnya tapi ternyata ... Ah, sudahlah aku terlanjur pergi dari situ. Lagian aku pasti malu jika terus berada di samping Mas Gun. Bisa-bisa ibunya mengira kami pacaran, akhirnya aku lega juga ada baiknya aku cepat menyingkir. Langkahku berhenti saat dari belakang terdengar suara memanggil. "Ratih!" Aku menoleh dan terkejut begitu tau siapa dia. Ah, kenapa harus bertemu dia lagi. Ka
Read more
Dikenalkan ibu Gunawan
"Kalo gitu, kami permisi dulu! Oh ya, Mutiara bolehkah ikut denganku? Ada yang mau aku kenalkan padamu," kata Mas Gun meminta persetujuan. "Maaf, Pak Gunawan. Kalo boleh tau dia siapanya Pak Gun?" tanya Pak Hardi ingin tau, soalnya tadi dia belum mendapatkan jawaban. "Oh, Mutiara ini adalah pemilik restoran ini. Saya booking restorannya untuk acara ulang tahun saya inilah. Jadi, sesuai janji saya akan mengenalkan pada kolega saya," jawab Mas Gun sambil menoleh padaku. Pak Hardi manggut-manggut, sedangkan Andre tercengang saat disebut pemilik restoran adalah aku. Aku hanya tersenyum geli melihat ekspresi wajahnya yang entah gimana itu. Lagaknya tadi dia menggertak akan melapor pada bos restoran tapi kini dia tau siapa sesungguhnya bos itu. Aku mengangguk dan setelah mereka saling bersalaman, kami berpencar. Kulihat Andre masih berdiri mematung, terus melihatku. Rasain kamu Andre, aku tau kamu pasti menyesal sudah menceraikanku. Apalagi jika Mamanya dan mbak Rina tau, mereka pasti k
Read more
Dilamar
Menelan saliva, bingung mau menjawab apa. Kenapa Bu Laras menanyakan perihal yang sukar kujawab. Apakah aku harus jujur atau berbohong? "Bagaimana, apa kamu udah menikah?" tanya Bu Laras kembali saat melihatku hanya diam. Guratan kecewa mulai nampak di wajahnya, tapi sebagai ibu beliau bisa berbesar hati bila kali ini belum juga waktunya menemukan jodoh buat anaknya. "Bu, maaf ya! Bukan Mutiara nggak mau jawab tapi Mutiara malu Bu! Semua pasti mengira saya ini masih gadis," jawabku gugup . "Kenapa? Kamu udah menikah?" Aku mengangguk, terlihat Bu Laras menghela nafas dan saat pandanganku tertuju pada Mas Gun, dia hanya tertunduk lesu. Aku tidak mengerti mengapa mereka jadi sedih. Apakah aku salah mengatakannya? "Ya udah kalo kamu udah menikah, nggak apa-apa kok. Belum rezeki Gunawan untuk melamarmu," ucap Bu Laras sendu. "Tunggu! Mas Gun mau melamar saya, Bu? Apa nggak salah? Bukankah kami baru kenal," cerocosku memberondong pertanyaan. "Nggak, Gunawan memang berniat melamarmu
Read more
Pesan ancaman
"Nggak apa-apa, Bu. Memang seperti itu kenyataannya. Mutiara dan orang tua memang berasal dari desa. Namun, walaupun dari desa kehidupan kami nggak miskin. Kami punya tabungan yang banyak, hingga Mutiara bisa membuka restoran ini. Sayangnya, mantan suami dan mertua menganggap Mutiara nggak punya apa-apa. Hingga mereka memperlakukan Mutiara dengan hina," ucapku geram. Bu Laras mengelus lembut punggungku. Dengan kasih seorang ibu, beliau menenangkan diri ini. Seandainya dulu Mama Andre seperti Bu Laras, pasti rumah tanggaku akan baik-baik saja. Memang surga laki-laki itu terletak pada ibunya, tapi jika seorang ibu zalim, bukankah surga itu bisa berubah jadi neraka. Bukan saja neraka dunia, bahkan menjadi neraka akhirat. Mengingat ceramah ustad bahwa, seorang lelaki akan ditarik ke neraka oleh empat wanita yaitu ibunya, istrinya, anak perempuannya dan adik perempuannya. Jadi, sebisa mungkin menjadi lelaki yang adil dan bertanggungjawab untuk semua wanita yang ada di kehidupannya. Saa
Read more
Cerita Gunawan
Baru sesaat menikmati momen mesra ini, hapeku berdering. Sontak, aku membuka pesan masuk. Mataku terbelalak saat membaca dari nomer tak di kenal. [Eh, dasar janda gatel! Nggak tau malu, beraninya merebut calon orang] Mas Gun yang melihatku kaget memandang hape terus, segera menegurku. "Mutiara, ada apa?" "Eng, ini Mas dapet pesan tapi nggak tau dari sapa?" jawabku. "Emang dia bilang apa?" Hape kuberikan pada Mas Gun, biar dia baca sendiri. Soalnya kalo kata itu keluar dari mulutku sungguh menyakitkan. "Hah, kejamnya dia bilang begini padamu!" pekik Mas Gun juga shock. "Mas Gun, apa iya kalo aku seperti yang dibilang di pesan itu?" tanyaku sendu menatap manik matanya. "Nggak, Tiara. Mas yakin kalo kamu itu wanita baik, mungkin aja si pengirim itu membencimu. Namun, apakah kamu tau siapa dia?" Aku menggeleng, itu nomer baru. Bagaimana aku tau, tapi yang mengherankan mengapa dia tau nomerku. Apalagi yang dia kirim pesan itu adalah nomer bisnis, tak sembarang orang bisa mendapatk
Read more
Cerita Gunawan 2
Aku pun menjadi tertarik mendengar cerita mereka, jadi ingin melihat langsung apakah benar seperti yang mereka bilang. Aku tak tau kenapa begitu menggebu, biasa aku akan merasa tidak semangat apabila dikenalkan pada wanita. Namun, jika melihat langsung dan mencari tau sepertinya hal itu sungguh menantang dan itu sangat kusukai. "Oke, lain kali aku ikut kalian ke sana. Tapi, sebisanya jangan sampai membuat curiga, kita bersikap seperti biasa aja. Apa kalian mau?" kataku tegas. "Ciee, akhirnya teman kita si Gugun ini mau juga. Pasti karena kita bilang bosnya cantik, tapi apa kamu yakin Gun kalo kami bilang dia cantik? Bisa jadi kami hanya mempermainkanmu aja," jebak si Andi terkekeh menutup mulutnya. "Heh, aku itu udah kenal lama kalian jadi walaupun kalian somplak aku tau kapan bagi kalian bercanda dan serius," ucapku mendelik. Prok, prok, prok Mereka menepuk tangan bersamaan dengan tertawa, aku juga ikut senang. Kami bersahabat erat, walaupun mereka kerja di perusahaan milikku t
Read more
Penyesalan Andre
Ratih, ah mantan istri yang dulu pernah mengisi hari-hariku kini hidupnya semakin senang setelah kutalak. Kupikir setelah berpisah dariku, dia akan terpuruk dan menyesal. Namun, kenyataannya akulah yang menyesal. Aku begitu bodoh, sudah menyia-nyiakan dirinya. Padahal Ratih wanita yang baik dan penurut, tapi akibat kebodohanku yang lebih percaya pada Mama ketimbang istri sendiri, membuatku harus kehilangan istri sebaik dirinya. Nafsu juga sudah membutakan mata hatiku, andai saat itu aku tidak mengenal Lisa pasti aku tidak akan selingkuh. Saat itu aku begitu terlena mendapat layanan dari Lisa yang memuaskan tanpa menimbang perasaan Ratih. Aku sudah mengkhianatinya, disaat rumah tangga kami diterpa badai. Sebenarnya dulu aku tak ingin berpisah dari Ratih, akan tetapi saat itu aku sangat emosi karena Ratih terus melawan dan tanpa kuduga Ratih mengetahui perselingkuhanku hingga aku pun malu semua terbongkar. Jadi, demi menutupi rasa malu itu aku menalak Ratih. Keesokan harinya saat Ra
Read more
Ditagih hutang
Masih sibuk menggoreng telur, pintu depan digedor. "Ya, tunggu sebentar!" teriakku. Setelah pintu terbuka aku kaget, Wak Narti? Ada apa tukang warung sepagi ini sudah datang menggedor rumahku. "Ada apa, Wak?" tanyaku heran. "Wak cuma mau nagih hutang," jawabnya. "Hutang apa, Wak? Aku merasa nggak berhutang pada Wak Narti," kataku polos. "Ya hutang belanja, apalagi! Ratih kan tiap hari belanja di warung, uangnya selalu nggak cukup jadi dia berhutang. Wak heran loh, padahal kamu kerja kantor gaji banyak kenapa belanja kebutuhan aja sampai nggak cukup?" Aku bingung harus jawab apa, memang benar karena aku cuma memberi Ratih belanja 50 ribu seminggu. Sebenarnya aku tau itu tak cukup tapi sekali lagi karena hatiku sudah tertutup ego hingga tak memikirkan kesusahan Ratih. "Berapa semua, Wak hutangnya?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaan Wak Narti. Wak Narti segera membuka buku kasbon utang dan memperlihatkan padaku. Aku terbelalak mengetahui jumlahnya yang besar. Dua juta? Kenapa bis
Read more
Pingsan
Begitu membuka mata, aku sudah berada di ranjang. Terlihat Mama sedang duduk menunggu di samping, berulang kali mengompres dahiku. "Kamu udah sadar, Ndre? Syukurlah, Mama sampai khawatir terjadi apa-apa denganmu," katanya cemas. "Andre nggak apa-apa, Ma. Cuma pusing sedikit, oh ya bagaimana Andre bisa sampai di sini?" tanyaku heran. "Tadi temanmu yang gotong kemari. Saat Mama melihatmu digotong, Mama sampai shock. Mama kira kamu meninggal Ndre, huhuhuhu, hiks!" isak Mama menahan tangis. Mataku membulat mendengar Mama sampai berpikir sejauh itu. Ah, meninggal pun tidak akan menyelesaikan masalah. Apa Mama sanggup melunasi angsuran mobil nanti kalo aku sudah tidak ada. "Sebenarnya kenapa kamu pingsan? Kata Bos kamu, begitu menerima pesan kamu langsung nggak sadarkan diri. Bener itu, Ndre?" tanya Mama ingin tau. "Bener, Ma. Andre nggak sanggup lagi makanya pingsan," jawabku pendek sembari menghela napas. "Memangnya pesan dari siapa? Lisa? atau Ratih?" Aku menggeleng, kenapa hidup
Read more
Ulah Lisa
Bangkit dari ranjang dan menyambar handuk. Aku harus bergegas membayar angsuran mobil sebelum didenda. Baru saja akan keluar rumah, Lisa sudah memasuki pagar. Kok dia tau aku ada di rumah, padahal hari ini aku lagi malas ketemu. "Mas Andre!" teriaknya memanggil. "Hum," jawabku pendek. "Kamu mau kemana, Mas? Tadi aku ke kantor kamu, tapi katanya kamu pingsan dan dibawa pulang. Makanya aku kemari melihatmu," ucapnya bergelayut manja. "Aku mau keluar sebentar, ada perlu!" "Aku ikut ya! Untuk jaga-jaga sapa tau Mas pingsan lagi," kekehnya. Aku tak menanggapi, bisa kacau kalo dia ikut. Apalagi aku mau bayar angsuran, ntar dikira aku banyak uang bisa-bisa dia akan minta macam-macam lagi. "Kamu nggak usah ikut, tunggu aja di sini ya! Mas cuma sebentar aja," bujukku. "Ogah, mana enak sendiri di sini. Lebih baik aku ikut," Lisa tetap kukuh ikut. "Tapi, mobil Mas nggak bisa jalan. Habis bensin, kalo kamu ikut naik apa coba?" "Hah, kok bisa sampai habis nggak tau sih! Jadi gimana dong?
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status