All Chapters of Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin): Chapter 111 - Chapter 120
126 Chapters
Keluar Dari Rumah Mewah
"Apa?" tanya Nita yang tidak tahu kenapa Arumi menoleh padanya."Siapa yang kamu katakan dan ini siapa?" tanya Arumi yang semakin penasaran dengan orang yang ada di dalam panggilan tersebut.Langsung saja suara tawa keras terdengar dari dalam panggilan tersebut. "Apa kamu benar-benar tidak mengenali suaraku? Atau kamu hanya berpura-pura?"'Sepertinya tidak ada berita tentang kebangkrutan perusahaan Satria, malah saat ini perusahaannya sedang bagus-bagusnya. Lalu siapa yang dimaksud wanita ini? Apa dia salah sambung,' pikir Arumi sembari mengingat berita di televisi semalam yang menampilkan Satria sebagai pengusaha sukses tahun ini."Jangan berputar-putar, kalau kamu tidak mau memberitahu semuanya akan aku menutup panggilan ini. Aku sedang sibuk," ucap Arumi.Tak lama kemudian terlihat seorang wanita melangkah masuk ke halaman tempat itu. Wanita yang Arumi kenal itu kini sedang melangkah dengan percaya diri sembari memegang ponsel dan menempelkan benda itu di telinganya. 'apa ini dia?
Read more
Kamu Datang
Beberapa jam berlalu, saat ini Abi sedang berada di depan instalasi gawat darurat. "Tuan, nyawa pasien sedang terancam. Anda harus memilih ibu atau bayinya," ucap dokter memberikan pilihan pada Abi yang saat ini sedang berdiri tepat di hadapannya.Seorang perawat yang berdiri di samping dokter pun segera menyerahkan berkas pada Abi."Selamatkan ibunya," jawab Abi dengan cepat sembari mengambil benda yang diberikan oleh perawat dan menandatanganinya.Namun tiba-tiba saja sahutan dari arah lain muncul. "Selamatkan anaknya.Anak itu milikku, dia harus selamat."Langsung saja Abi, perawat dan dokter menoleh ke arah wanita yang saat ini sedang berjalan dengan cepat ke arah mereka."Iya, selamatkan anaknya! Ibunya sudah pasti rela mengorbankan nyawanya demi anak itu," imbuh wanita tersebut dengan tatapan tajam pada Abi.Dokter pun kembali menatap ke arah Abi, menunggu keputusan Abi yang mengatakan kalau dirinya adalah suami Arumi.'Bagaimana ini, apa aku harus menuruti perkataan
Read more
Putri Kecilku
"Apa yang terjadi?" tanya Satria yang saat ini berdiri di dekat ruangan NICU. Ia memperhatikan dua orang dokter yang sedang berjaga di dekat bayi Arumi dari tempat khususnya saat ini."Seperti bayi prematur lainnya, kondisi anak ini masih sangat lemah. Ada beberapa organ yang belum bisa bekerja dengan semestinya," terang Rangga dengan bahasa yang lebih ringan. "Dia membutuhkan perawatan yang—""Lakukan apa pun agar bayi itu selamat," sela Satria. "Jika di sini kurang memadai dan ada kesempatan, pindahkan ke luar negeri saja," imbuhnya.Rangga pun mengangguk mendengar hal itu. "Aku mengerti masalah ini. Tapi ada masalah lain. Tadi Abi sempat bertanya pada dokter, apa ada kemungkinan untuk dirinya melakukan tes DNA dengan bayi itu. Sepertinya dia ingin menggunakan hasil tes ini untuk membawa anak ini bersamanya," bebernya."Aku tidak akan membiarkan dia mengambil bayi itu," geram Satria sembari menatap ke arah bayi yang masih sangat mungil dengan berbagai alat di sekitarnya itu.**Kees
Read more
Reporter
Satu minggu kemudian. Seperti biasanya, pagi ini Satria yang sudah selesai sarapan bersama dengan Arumi di ruangan rawat pun segera memakai jasnya dan bersiap untuk pergi ke perusahaan. Sedangkan Arumi yang sudah melihat rutinitas itu selama berapa hari ini pun mulai terbiasa.Bahkan saat ini ruangan itu sudah mirip seperti apartemen pribadi. Ada meja kerja, meja makan dan sebagainya di sana."Mas, hari ini kata dokter aku sudah boleh pulang," ucap Arumi sembari turun dari ranjangnya dengan santai."Iya, aku sudah tahu itu. Nanti kita akan pulang bersama, aku akan menjemput kamu setelah kembali dari perusahaan," ujar Satria sembari merapikan kerah kemejanya. "Hari ini sebenarnya aku ingin menemani kamu dari pagi, tapi ada rapat penting di perusahaan, jadi tolong tunggu sebentar," pintanya."Iya-iya, aku mengerti," sahut Arumi sembari mendekat pada Satria dan kemudian membantu merapikan keraha kemejanya yang masih belum rapi."Apa yang kamu lakukan? Kamu istirahat saja," uj
Read more
Silahkan Mengundurkan Diri
"Tentu saja aku ke sini, aku ingin melihat wajah orang yang tega ingin menghancurkan perusahaan orang tuaku, orang yang dulu menganggap kamu seperti anaknya sendiri," ujar wanita berkaca mata hitam itu sembari melangkah dengan tenang ke arah Satria.Mendengar hal itu Satria pun tersenyum kecil. "Kita bukan anak kecil, jadi kamu tidak perlu bermain belas kasih seperti ini denganku. Aku menghormati mereka sampai kapan pun. Anggap saja aku sedang memberi peta pada anak dan menantunya yang sedang tersesat.""Apa kamu pantas melakukan hal ini demi wanita tidak tahu diri itu?" tanya Rena sembari melepas kaca matanya."Lalu, apa kamu pantas menyakiti orang lain demi bajingan itu?" balas Satria. "Kamu bahkan sudah tahu kalau dia hanya memanfaakanmu, tapi kamu masih mau bertahan dengannya. Sungguh kisah kasih yang unik," cibirnya."Diam kamu, Sat!" bentak Rena yang merasa tak senang karena Satria membeberkan semuanya.Ya, tentu saja Rena bukanlah tandingan Satria dalam berkata tajam. Ia pada
Read more
Cincin Kedua
Dua jam kemudian di dalam ruangan Satria. Saat ini terlihat Satria yang tengah duduk di kursi kerjanya."Apa wanita itu memang sulit ditangani, Pak? atau hanya dia saja?" tanya Satria pada Pak Taufik, setelah ia selesai mematikan panggilan dari Aris yang mengatakan kalau dirinya dan Arumi sudah berada di lantai dasar perusahaan itu.Pak Taufik pun tersenyum kecil mendengar hal itu. "Nona Arumi ingin membantu Anda, Tuan. Dan saya pikir ini juga tidak ada salahnya," jawabnya dengan bijak."Aku sengaja tidak ingin melibatkan dia karena tidak mau dia mendengar pertanyaan-pertanyaan wartawan itu," ucapnya dengan nada mengeluh."Saya yakin Nona Arumi bisa menghadapinya, dia wanita yang kuat," sahut Pak Taufik masih dengan nada bicaranya tadi.Setelah itu yang terdengar hanyalah helaan napas panjang dari bibir Satria. Setelah 15 menit merapikan penampilan dan merencanakan semuanya, akhirnya Arumi dan Satria pun berjalan dengan tenang ke arah ruang konferensi pers yan
Read more
Cincin Kedua
Dua jam kemudian di dalam ruangan Satria. Saat ini terlihat Satria yang tengah duduk di kursi kerjanya."Apa wanita itu memang sulit ditangani, Pak? atau hanya dia saja?" tanya Satria pada Pak Taufik, setelah ia selesai mematikan panggilan dari Aris yang mengatakan kalau dirinya dan Arumi sudah berada di lantai dasar perusahaan itu.Pak Taufik pun tersenyum kecil mendengar hal itu. "Nona Arumi ingin membantu Anda, Tuan. Dan saya pikir ini juga tidak ada salahnya," jawabnya dengan bijak."Aku sengaja tidak ingin melibatkan dia karena tidak mau dia mendengar pertanyaan-pertanyaan wartawan itu," ucapnya dengan nada mengeluh."Saya yakin Nona Arumi bisa menghadapinya, dia wanita yang kuat," sahut Pak Taufik masih dengan nada bicaranya tadi.Setelah itu yang terdengar hanyalah helaan napas panjang dari bibir Satria. Setelah 15 menit merapikan penampilan dan merencanakan semuanya, akhirnya Arumi dan Satria pun berjalan dengan tenang ke arah ruang konferensi pers yan
Read more
Cincin Kedua
Dua jam kemudian di dalam ruangan Satria. Saat ini terlihat Satria yang tengah duduk di kursi kerjanya."Apa wanita itu memang sulit ditangani, Pak? atau hanya dia saja?" tanya Satria pada Pak Taufik, setelah ia selesai mematikan panggilan dari Aris yang mengatakan kalau dirinya dan Arumi sudah berada di lantai dasar perusahaan itu.Pak Taufik pun tersenyum kecil mendengar hal itu. "Nona Arumi ingin membantu Anda, Tuan. Dan saya pikir ini juga tidak ada salahnya," jawabnya dengan bijak."Aku sengaja tidak ingin melibatkan dia karena tidak mau dia mendengar pertanyaan-pertanyaan wartawan itu," ucapnya dengan nada mengeluh."Saya yakin Nona Arumi bisa menghadapinya, dia wanita yang kuat," sahut Pak Taufik masih dengan nada bicaranya tadi.Setelah itu yang terdengar hanyalah helaan napas panjang dari bibir Satria. Setelah 15 menit merapikan penampilan dan merencanakan semuanya, akhirnya Arumi dan Satria pun berjalan dengan tenang ke arah ruang konferensi pers yan
Read more
Tidak Mungkin
Langsung saja para wartawan menyorot ke arah orang tersebut. Setelah itu ia dengan tenang membuka topi dan maskernya.Melihat hal itu mata Arumi pun membulat. "Mas, itu Rena. Bagaimana?" bisik Arumi sembari mencubit paha Satria."Kamu tenang saja. Katakan saja semua yang kamu inginkan," jawab Satria dengan suara yang tak kalah lirih.Langsung saja Arumi menoleh dan mengernyitkan dahinya. 'Apa maksudnya?' pikir Arumi sembari melihat Satria yang saat ini sedang menatap Rena dengan santai. Sesaat kemudian Satria pun ikut menoleh dan mengusap kepala Arumi dengan lembut. "Kamu tenang saja," ujarnya dengan suara normal, hingga menarik perhatian beberapa wartawan dan mereka pun langsung mengabadikan momen itu.Arumi yang menyadari hal itu pun langsung melirik ke arah para wartawan yang menyorot mereka saat ini. 'Jangan-jangan dari tadi dia sudah tahu kalau itu Rena,' batinnya."Sudah aku katakan tenang saja. Aku ada di sini, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan," ujar Satria lagi.Langsung
Read more
Pilihan Dari Abi
Satu jam berlalu. Saat ini Satria, Arumi dan Rena sudah berada di halaman rumah sakit. Terlihat para anak buah Satria sudah berjaga di berbagai sudut rumah sakit. Dan ketika baru saja turun dari mobil, Arumi pun memaksa dirinya untuk berjalan dengan cepat ke arah pintu masuk rumah sakit."Syahila, di mana kamu," ucap Arumi sembari terus melangkah. Kalau bisa, ia ingin berlari dan mengobrak-abrik seluruh gedung tersebut untuk mencari buah hatinya. Namun, ia sangat sadar dengan kemampuannya yang hanya wanita biasa dan baru melahirkan."Aris, bawa dia ke ruangan Arumi!" titah Satria sembari mendorong Rena ke arah Aris.Aris pun dengan sigap menangkap Rena dan membawanya mengikuti Satria."Lepas! Aku bisa berjalan sendiri!" sergahnya yang kemudian melangkah dengan tenang mengikuti Satria dan Arumi. Setelah sampai di lantai tempat Sahila biasanya diletakkan, Arumi pun segera masuk ke dalam ruangan tersebut. Dia mengecek sendiri tempat di mana Sahila biasanya tidur. a
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status