All Chapters of Fall in Rose: Chapter 41 - Chapter 50
74 Chapters
42. Dunia Abu
Rose menyadari lebih awal adanya pergerakan yang memasuki ruangan Chan. Lantas mata yang semula terpejam, ikut hanyut dalam suasana yang dibuat sang suami, Rose membuka mata dan langsung menoleh dalam keadaan Chan masih di posisi semula.Seketika pria itu langsung menjauhkan bibirnya dan ikut terbelalak saat menemukan dua orang yang menyaksikan ini semua. Suasana menjadi sekonyong hening. Dua pasang mata suami-istri itu benar-benar membeku. Tak bisa bereaksi apapun.Bahkan sejatinya bukan hanya Steave dan Han Na-Na, melainkan banyak staf lain yang ingin menemui Chan ataupun sekedar melewati ruangan yang diselimuti kaca tapi memilih untuk tidak mau mengganggu. Mereka bisa melihat dengan jelas apa yang dilakukan Chan dan perempuan yang dikenal sebagai dokter pribadinya itu.Chan terpejam untuk beberapa detik. Sepertinya ini sudah tidak layak lagi disembunyikan.Bahkan Setave sampai tercengang. Ia butuh penjelasan atas apa yang baru dilihatnya. Sedangkan Na-Na tak kalah terkejutnya. Ia be
Read more
43. Desas-Desus
Rose membuka pintu kamar dengan sisa-sisa tenaga. Melempar sling bag dan snelli asal-asalan ke atas ranjang. Sementara dirinya terduduk di tepian bersamaan dengan hentakan napas yang begitu kasar. Menggambarkan betapa abstrak pikirannya saat ini. Pikiran-pikiran berubah menjadi kaleidoskop, tidak dalam urutan-urutan tertentu--hari ini terasa sangat panjang dan sangat melelahkan. Tak sengaja matanya yang indah itu membidik jam digital di atas nakas yang telah menunjukkan pukul 11 malam. Bahkan hari juga belum berganti. Frustrasi adalah respon yang paling pantas dalam keadaan ini. "Aissh!" hentaknya menyalahkan diri sendiri yang terlalu terlena dalam jebakan Park Chan yang menyesatkan. Ia menyentuh bibirnya perlahan. Ingat betul sesuatu yang menyentuhnya dengan lembut di atas permukaannya. Sebuah perasaan hangat seolah benar-benar saling terbagi di antara mereka. Rose mengakui itu. Bahkan Rose mengabaikan ponselnya yang menyala-nyala lantaran sebuah pesan masuk. Tampak nama Hyo-Joo
Read more
44. Mencari Titik Temu
Steave dan Na-Na masih mengitari daerah Apgujeong. Selain menikmati sarapan pagi, Steave meminta Na-Na untuk mencarikan hadiah untuk kakak perempuannya yang sedang berulangtahun di hari ini."Bagaimana dengan ini?" Na-Na meraih kotak berwarna peach di depannya.Steave menyipitkan matanya beserta dahi yang mengerut, "Kotak apa itu?"Na-Na membuka kotak tersebut bersamaan dengan diputarnya sebuah kunci yang ada di sisi kotak tersebut. sebuah alunan terdengar dari sana."Kotak musik?" tanya Steave memastikan.Na-Na mengangguk pasti, lalu membuka sisi lain dari kotak tersebut, "Ini bukan hanya kotak musik, kau bisa menaruh kalung untuk kakakmu di bagian ini. Jadi, ketika kakakmu membukanya, ia akan terkejut dengan kalungnya.""Kenapa harus kalung?""Menurutku.. kalung adalah sebuah lambang kecantikan seorang wanita. Ia akan terlihat anggun dan berkarisma." tukas Na-Na tak pernah meredupkan cahaya yang terpancar dari wajahnya."Wah! Benar juga. Wanita akan terlihat lebih indah dengan sebuah
Read more
45. Pernikahan yang Rumit
Rose benar-benar kacau. Selama ini, setiap kali Chan melakukan hal yang membuatnya kesal, Rose tidak pernah memelihara amarahnya. Dengan mudah, perempuan itu bisa berubah, menghilangkan amarahnya dan tetap berlaku baik pada Chan. Hatinya begitu luas.Tapi kini beban berat yang dipikul dalam otaknya akan semua hal yang disembunyikannya ditambah kejadian semalam yang membuat Rose terasa begitu tersiksa dan rasa malu, semua bercampur di dalam jiwa dan raganya.Pun setelah memeriksa kesehatan suaminya, Rose juga meninggalkan sarapan pagi untuknya dengan menaruh kertas memo kecil di pintu kulkas.Pagi, Park Chan!Kuharap pagi ini akan cerah selalu. Ada roti tawar dan selai coklat diatas meja makan. Jangan lupa minum obatmu. Aku juga sudah menyiapkan jus semangka untuk tekanan darah tinggimu danjangan lupa tanda tangani berkas yang kuberikan padamu.Aku ada operasi pagi ini._Rose_Chan melempar kertas memo tersebut kasar seraya berteriak frustasi mengutuk dirinya sendiri. dadanya tampak nai
Read more
46. Just Need to Be Happy
Han Na-Na tampak sedang menggunakan toner di wajahnya dan berbagai ritual pagi persiapan sebelum berangkat ke ruangan latihan. Kesalahpahaman antara dirinya dan Stella Jo, membuatnya merasa tidak enak. Ia tak menyangka jika kakak dari Steave Jo mengiranya sebagai kekasih adiknya. "Oii, Han Na-Na!" Lambaian tangan Yoora terpantul dari cermin, membuat Na-Na berbalik. "Kau menyukai Tuan Steave?" Na-Na terperangah, "Apa maksudmu?" "Tidak~ Aku hanya memberitahu saja jika Tuan Steave memang sangat mudah bergaul dan fleksibel. Jadi, mungkin saja membuat kita yang baru mengenalnya terkadang bisa jadi terbawa perasaan." jelas Yoora yang sebenarnya ingin tau apa yang terjadi di antara mereka. "Ah~ Aku tau, kok." Hhh.. Yoora menghempaskan napasnya kencang, "Steave Jo.. pria itu sangat loveable. Dia pantas dicintai," lalu ia duduk lebih tegap, "tapi kau tau? Bagaimana mungkin seorang wanita ber-velue tinggi dan sangat baik hati seperti Steave Jo itu berpacaran dengan Park Chan?" Na-Na men
Read more
47. Lelaki Bertempurung
Park Chan masih menjadi idola masa kini. Seorang aktor, musisi, CEO serba bisa. Penggemar merindukan Park Chan sebagai penyanyi dengan suara deep yang khas dan manis setelah beberapa bulan hiatus dari peradaban lantaran mengalami cedera dan penyakit. Park Chan untuk pertama kalinya melakukan pemotretan untuk brand Proda autumn version. Dan dalam wawancaranya, ia akan kembali bernyanyi meski tidak dalam waktu dekat. 20 Tahun debut Park Chan sebagai penggiat dunia hiburan bertepatan sehari sebelum hari raya Chuseok. Dikabarkan akan membuat konser sekaligus jumpa penggemar secara gratis. "Kenapa semua tentangnya sangat baik?" Sebuah tangan terus menggulir layar ponsel. Berbagai artikel dari macam-maca media memenuhi seluruh berita terkini terkait Park Chan. Hhhh.. Sebuah embusan napas yang cukup bertenaga itu terdengar parau. Melena menghembus bersamaan dengan kening yang berdenyut hebat. Yook Min-Jae tak habis pikir bilamana kekasih mendiang kakaknya itu justru menikahi seorang bin
Read more
48. Park Chan dan Masalah Hidupnya
Kedatangan Chan ke rumah Bibi Park yang tak terduga itu membuat seluruh staf yang bekerja di rumah mewah itu mendadak kompak. Ada yang fokus mengalihkan Park Chan dan lainnya segera menghubungi Rose untuk mencari jalan keluar. Sebab, Bibi Park sendiri tak sedang berada di rumah. Wanita itu menjalani perawatan intensif yang sampai saat ini Chan belum mengetahuinya. Tak ada pula solusi yang Rose punya. Ia hanya nekat datang untuk menjemput suaminya. Toh, Chan pasti akan menurut. Kini, Chan terduduk di sofa kamarnya berbalutkan piyama kotak-kotak hitam putih setelah membersihkan diri dari guyuran hujan. Meski Rose sudah berusaha memayunginya, tubuh Chan lebih besar. Payung tak menjangkau semua sisi. Sementara Rose masih belum berganti pakaian dan kini sedang mengeringkan rambut Chan yang basah dari balik sofa. Tak ada sepatah kata yang terucap dari mulut mereka. Hanya terdiam berbalut suara bising pengering rambut. Keduanya sama-sama tampak dingin dan kaku. "Kenapa kau melakukannya?
Read more
49. Bersembunyi
Para peserta pelatihan piano di kelas terbawah sedang menjalani masa latihan yang cukup ekstrim sampai tengah malam demi mempersiapkan penampilan terbaik sebelum hari evaluasi. Seluruhnya menutup piano setelah lewat masa berlatih. "Aku, pulang duluan!" Saling menutup hari satu sama lain. Sementara Han Na-Na sedang mengemas barang ke dalam ransel dan menutup pianonya sembari mendengarkan obrolan teman seangkatannya. "Wah.. aku sangat berdebar menyambut hari esok. Park Chan akan mengevaluasi kita secara langsung!" "Kata para sunbae, evaluasi bulanan sangat menegangkan, karena Tuan Park Chan sangat tidak bisa berkompromi. Berbeda dengan evaluasi mingguan, Tuan Steave selalu memberikan kata-kata penyemangat supaya kita bisa tampil lebih baik." "Uhmm.. Kenapa Tuan Chan hanya tampan pada wajahnya saja. Kurasa Han Na-Na akan bisa melewati evaluasi bulanan pertamanya dengan baik." Mendengar namanya disebut, Na-Na menoleh sambil memebanhi kaca mata yang bertanggar di batang hidungnya, "A
Read more
50. Evaluation Day
Cahaya emas semu merah telur itu merasuki celah-celah ventilasi di ruangan walking closetmewah milik Park Chan. Bahkan cuaca pagi sudah mulai dingin, karena telah sampai di akhir musim panas yang akan segera berganti menjadi musim gugur. Suasana di dalam walking closet tampak sekonyong hening. Chan dan Rose masih saling terpejam dalam pelukan. Bahkan posisi Chan yang sebelumnya memeluk Rose dari belakang, kini menjadi saling berhadapan. Dalam keheningan, pria itu membuka matanya perlahan. Paginya begitu tenang saat menemukan keindahan rupa sang istri yang masih terpejam dalam lelap. Kedua sudut bibir Chan terangkat. Membuat senyuman terbaik. "Aku ingin melihat wakahmu setiap bangun tidur sepanjang hidupku. Rasanya sangat meneduhkan." ungkap Chan dengan suara serak. Tak pernah mengalihkan pandangannya dari yang lain. Terus melekat pada Rose. Perempuan cantik yang memiliki mata nan indah. Kemudian Chan tertegun, "Sebenarnya apa alasanmu ingin sekali mengakhir ini, padahal aku meliha
Read more
51. Equanimity
"Wah! Aku benar-benar tidak menduga jika evaluasi bulanan tidak semenyeramkan itu!" ungkap Kwon Min-Woo sambil memegang hasil evaluasi. "Meski begitu, Park Chan tetap pelit nilai seperti yang sunbae lainnya bilang." Nyatanya semua trainee pianis baru rata-rata hanya mendapatkan hasil evaluasi C. "Meskipun begitu, respon Tuan Chan tidak semenakutkan yang orang lian katakan." Setelah evaluasi berakhir, mereka semua berkumpul di kafe milik LEYO Studio untuk menetralkan tekanan yang cukup dahsyat selama penampilan mereka di depan Park Chan. "Sepertinya suasana hati Tuan Chan sedang baik. Kurasa jika dalam keadaan normal, dia akan mengeluarkan kata-kata yang menusuk seperti biasanya dan seperti apa yang senior kita ceritakan." Shin Yeon-Hee menjentikkan jarinya, "Benar! Mungkinkah karena Tuan Chan sudah menemukan pengganti Ailin Sunbae? Tuan Chan sedang kasmaran! Wajar saja suasana hatinya baik." Sedari tadi, Han Na-Na menjadi yang paling sibuk menyimak dan tak banyak menimpali. Hat
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status