All Chapters of Fall in Rose: Chapter 21 - Chapter 30
74 Chapters
21. It's You
"Terima kasih, Min Jae." ucap Rose sebelum keluar dari mobil."Iya, sama-sama. Lain kali, jika kau butuh bantuan, kau bisa segera menghubungiku." Minjae merekahkan kedua sudut bibirnya. Memberikan senyum terbaik.Rose tersemtuh, "Kau sangat baik. Sifatmu mirip sekali dengan hyung-mu.""Ah~ Min-Joon hyung jauh lebih baik dariku."Rose membuka pintunya. Mengalungkan tas di sebelah bahu. Keduanya sempat melambaikan tangan sebelum menutupnya. Saat ini, ada lega di hati perempuan berparas ayu tersebut. Akhirnya ia bisa melaksakan niatnya.Rose sampai rumah pukul setengah sembilan malam. Cukup larut, bukan? Ia menyusuri ruang tamu. Pun lampu-lampu yang gelap seketika menjadi terang benderang seiring dengan langkah kakinya. Jika rumah ini gelap, memangnya tidak ada orang disini? Apa Chan belum pulang?Rose berusaha menepis kekhawatiran pada suami jadi-jadiannya itu. Ia segera membuka gagang pintu kamar.Klek!Sejenak ekor mata Rose memperhatikan kamar Chan yang sangat gelap. Apa Chan sudah t
Read more
22. The Day
Min-Jae mengantarkan Rose ke sebuah tempat yang sepi. Bangunan yang besar dan berlorong-lorong. Pemuda itu mengarahkannya masuk kedalam ruangan paling ujung. Ruangan tersebut di penuhi oleh etalase penyimpan abu dari hasil kremasi. Langkah keduanya berakhir di depan dinding yang terdapat sebuah foto.RIP Yook Min-JoonPerlahan, Rose menyentuh foto tersebut. Hanya perlu sekali berkedip untuk meluncurkan air matanya."O-oppa. A-aku datang!" Bibirnya bergetar, karenanya terlalu kuat menahan tangis.Melihat keadaan yang begitu menyiksa Rose, tanpa ragu, Min-Jae menariknya ke dalam pelukan. Seketika tangis Rose pecah. Minjae mengusap punggung wanita itu dengan sangat lembut.Rose semakin menenggelamkan wajahnya di antara bahu Min-Jae. Pemuda itu bisa merasakan betapa rapuhnya sosok Rose. Keduanya larut dalam detik-detik yang sunyi. Tak ada suara lain, selain tangisan Rose.Tanpa mereka sadari, ada sosok yang berhasil mengabadikan momen hangat antara Rose dan Min-Jae. Pria itu mengirimkan fo
Read more
23. Lost Breath
"Oh, Tuan Chan ada di studio, Nona. Baru saja dia keluar, tapi sepertinya ia sudah kembali." terang salah seorang staf."Aku dokter pribadinya, Dokter Rose. Aku hanya ingin memberikannya ini, tapi aku tidak bisa masuk karena aku tidak punya akses." Rose menunjukkan sekantung obat di tangannya."Oh begitu. Anda bisa menanti Tuan Chan di ruang tunggu, sepertinya ini sudah di tidak lama lagi.""Terima kasih." Rose menunduk sopan sebelum berbalik. Ia segera menempatkan diri diatas sofa untuk menunggu Chan.Sejatinya, Rose tidak perlu lagi menunggu jika sudah di penghujung acara, tapi entah mengapa ia sangat mengkhawatirkan kondisi pria itu. Setidaknya dengan menunggu seperti ini, ia bisa tau apa saja yang dilakukan Chan. Setidaknya mengawasi.Siapa yang tau jika nanti Chan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.***"Nama saya Han Na-Na. Usia saya 23 tahun. Saya berasal dari Daegu."Pada akhirnya Na-Na memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk. Teriakan Som
Read more
24. Sesal
Rose sudah langsung bisa mendiagnosa gangguan yang dialami suaminya. Kejadian ini sudah bisa dinyatakan, lantaran Chan sedang memikirkan hal berat. Semua menekannya.Ditambah ia belum meminum obatnya sedari kemarin. Sambil menunggunya sadarkan diri, Rose mengoleskan gel untuk meredakan memar di bagian kepala Chan yang terbentur lantai.Klek!Suara pintu yang terbuka membuat Rose berbalik seraya menghentikan aktifitas mengoleskan gel tersebut.Steave.Pria itu menyempatkan waktu untuk melihat keadaan koleganya, "Bagaimana keadaan Chan, Dokter Rose?""Ah.. Tuan Chan sudah jauh lebih baik. Detak jantungnya juga sudah normal. Sebenarnya ini tidak akan terjadi jika tidak ada beban yang mengganggunya," terang Rose sesekali menatap wajah pucat Chan, "Tuan Chan benar-benar tidak bisa dan tidak boleh frustrasi."Steave menarik satu napas panjang, "Ada yang tidak baik, Dokter Rose," Rose menyipitkan matanya dengan kening yang berkerut, "kau tau peserta terakhir tadi?" Lanjutnya memastikan."Ah~
Read more
25. Perubahan Tak terduga
Jam dinding seakan berdetak terlalu cepat bagi Rose. Rasanya ia ingin mengulang waktu. Tapi itu mustahil. Ia harus mengurus Chan sekaligus mempersiapkan ujian proposalnya.Tubuhnya terbaring diatas ranjang, tepat menghadap jendela kamar yang menembus cahaya pagi. Sesekali mata Rose menyipit, ingin rasanya bangun, namun semuanya terasa berat.Mata dan seluruh tubuhnya mendadak kaku. Mungkin itu karena Rose terlalu lelah. Kemudian ia justru berbalik ke kiri.Tapi, tunggu. Kenapa pergerakannya sangat terbatas? Dan kenapa ini sangat hangat? Detik itu juga, matanya berhasil terbuka sempurna bahkan mata bulatnya kian membulat saat mendapati dada bidang di hadapannya. Lalu sedikit mendongak ke atas.Chan?Jantung Rose berdegup kencang. Membuat keributan tersendiri. Pasalnya posisi mereka hampir tidak berjarak. Pun Chan mengunci pergerakan Rose dengan sebuah pelukan.Ada keanehan disini. Rose tergugu. Kenapa ia bisa tidur satu ranjang dengan Chan? Lantas ia kembali menerawang ke segala sudut r
Read more
26. Piano
Na-Na sengaja memilih tempat paling ujung di kafe kecil kampusnya. Jihye dan Somin juga telah duduk dihadapannya. Mereka menikmati bubble tea untuk menyegarkan diri setelah menahan penat selama di kelas. Pun ketiganya mengulang kembali kejadian tempo hari yang sangat disesalkan."Aku masih tidak habis pikir, Na-Na. Bagaimana bisa kau keluar begitu saja dari kompetisi itu?" Jihye memainkan sedotan di dalam genangan minumannya. Menyesali keputusan sahabatnya.Sebenarnya semua ini hanya pengulangan saja, mereka bertiga tidak punya banyak topik pembicaraan. Sebab, gadis-gadis itu selalu menghabiskan waktu bersama. Baik di rumah maupun di kampus, semua curahan hatipun dengan mudah selalu tercurah setiap saat."Aduh! Kenapa kalian membahas itu lagi? Sudahlah, biarkan saja air mengalir. Malam itu aku benar-benar gugup." Na-Na memijat keningnya. Terlalu jengah untuk membahas apa yang tak bisa terulang lagi."Tapi ini memang patut dibahas, Na-Na. Bukannya kau ingin menjadi musisi?" tambah Somin
Read more
28. Dilema
Diam-diam sejak kejadian dimana Chan pingsan saat acara pencarian bakat itu, Rose menggali semua tentang Ailin dari beberapa media daring. Itu membuatnya semakin kesal tanpa alasan. Bahkan perubahan Chan yang seolah semakin cinta padanya seolah tak selaras dengan fakta bahwa Ailin pernah mengisi hati Chan seindah itu. Bae Ailin dinyatakan hilang di hari debutnya. Leyo Studio bekerja sama dengan polisi dan menanyakan keberadaan keluarganya. Namun, jejaknya seolah terhenti di Kota Daegu tanpa alasan. Park Chan tampak sedih saat pianis baru asuhannya hilang begitu saja. Bae Ailin adalah pianis yang hilang di hari debutnya tanpa kejelasan. Dia sangat berbakat dan cantik. Hhh.. Rose menghempaskan napasnya secara kasar. Memijat keningnya yang berdenyut, "Jadi, dia hilang?" "Tapi media tak ada yang pernah memberitakan hubungan spesialnya dengan Chan," lanjutnya berusaha menerka, "mereka berdua pasti diam-diam berkencan dan saling mengisis satu sama lain." Rose lantas terkekeh, "Apa aku
Read more
29. Kejutan
Han Na-Na tercengang setelah mencerna kalimat Steave. Matanya membulat tak percaya, "I-ini sungguhan?" "Tentu. Aku hanya ingin memberitahumu. Jangan sampai kau salah mengambil keputusan. Menyianyiakan sebuah kesempatan emas yang belum tentu datang untuk yang kedua kalinya." tukas Steave dengan nada-nada lembut yang hangat. Na-Na menimbang lagi kalimat Steave yang dirasa sangat benar bersama seluruh kalimat dua sahabatnya yang pada intinya juga mengharapkan Na-Na bisa menjadi musisi hebat dna jangan melewatkan kesempatan bagus. Dan pikiran yang paling mendominasi adalah sosok Han Ah-Lim. Sang Ibu tercinta yang hanya tinggal seorang diri di Daegu. Tapi ada satu hal yang membuatnya masih sangat ragu dan juga menyesal. Park Chan. Pria itu membuat Na-Na seperti kehilangan daya. "B-baiklah. Aku menerimanya." jawab Na-Na dengan segala pertimbangan. Semua demi perekonomian keluarganya yang kian memburuk. "Selamat!" Steave menarik satu senyuman sambil menyodorkan tangannya untuk saling b
Read more
30. Anomali
"Oh iya! Dimana si caplang sialan itu? Aku ingin menjenguknya." tambah Hyesi menerawang ruangan Chan yang masih sepi."Sejak kecelakaan itu, dia belum sembuh total, jadi dia masih rawat jalan dan berangkat ke kantor juga tidak terjadwalkan." jawab Steave apa adanya. Menenggerkan kedua tangan di saku celana."Ailin lagi, Ailin lagi. Ternyata cinta itu membutakan, ya." Hyesi melipat kedua tangannya ke depan dada sambil menahan rahangnya agar tidak mengeras saat berucap nama yang paling dibencinya.Steave tak menanggapi dengan sesuatu yang berarti. Ia hanya mengulum bibir dan menaikkan kedua alisnya. Sebab, ia tak ingin membela siapapun. Steave sangat mencintai kedamaian yang abadi."Uhmm.. kalau gitu sambil menunggu Chan, mau segelas kopi dulu?" tawarnya.Sempat memutar bola matanya malas, kemudian pasrah, "Karena kau yang mengajak, aku tak bisa menolak."Keduanya melangkah bersama menuju kafe yang ada di lantai 2 gedung Leyo Studio. Tampak Hyesi yang dingin itu terus dicairkan oleh Ste
Read more
31. Kedatangan Tamu
Sepanjang perjalanan menuju gedung LEYO Studio, Rose meneyetir dengan sebelah tangan. Sementara tangan kirinya sibuk memberi pijatan di kening. Rasanya benar-benar pening menjalani kehidupan baru yang dikelilingi orang terpandang. Seluruh ucapan Bibi Park tadi masih terngiang jelas dikepalanya. "Kenapa hidup ini menjadi semakin rumit? Bagaimana jika Cheon Da-Reum mengintaiku?" keluhnya. Rose mencari jalanan yang sepi dan memijak remnya disana. Setelah mobil telah berhenti, ia membanting tubuhnya ke punggung kursi mobil, sekedar menenangkan diri sejenak. Menarik satu napas dan menghembuskannya secara kasar, "Inilah alasan kenapa aku tidak ingin menjadi tokoh punlik. Hidup tidak tenang. Nyawapun bisa saja terancam." Detik selanjutnya, Rose berteriak tanpa suara seraya mengacak-acak rambutnya. Deru napasnya tampak berantakan. Naik turun tak keruan. Tak menyangka bilamana hidupnya bisa seabstrak ini, bahkan secara mendadak. Hidup Rose di masa lalu memang tak indah. Ia kehilangan kedua
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status