All Chapters of Kepincut Boss Ndeso: Chapter 41 - Chapter 50
59 Chapters
Bab 41. Lapar yang Lain
Seperti pembekalan saja, Ibu sudah menjadi konsultan pernikahan saja. "Kamu, jadi tidak kerja lagi?" tanya Ibu lagi. Sebelum menikah, memang Kak Jazil tidak memperbolehkanku memperpanjang kontrak magang. Katanya, kerja cari uang itu tanggung suami. "Ya, Bu. Laras sudah pamit ke kantor sekalian memberi kabar akan menikah." "Walaupun tidak kerja, di rumah juga harus bantu usaha suamimu. Kalian harus saling membantu. Itu` disebut MAKARYA. Jangan terlalu kaku, ini tugas suami, itu tugas istri. Pernikahan itu bukan pembagian tugas, memang piket kelas." Ibu tertawa kemudian meneguk tandas minumannya. "Laras juga tidak mau kalau seperti itu, Bu." "Kalau seperti itu, nantinya akan seperti di cerita-cerita itu, lo. Suami pulang kerja tidak mau bantu istri di rumah, karena merasa itu bukan kerjaannya. Jalani pernikahan dengan penuh cinta, sayang, dan pengertian," terang Ibu dengan tersenyum, seperti menikmati indah pernikahan yang dia jalani. "Masih ada lagi, SB2M!" tambahnya membuatku
Read more
Bab 42. Masuk Rumah Pertama
Waktu liburan sudah habis. Aku dan Kak Jazil kembali ke Bali. Di bandara, Bapak dan Ibu menunggui mengantar kami. Terlihat jelas, Bapak mulai menyayangi Kak Jazil. Sesekali punggung Kak Jazil di tepuk sembari mengucapkan, entah apa, yang aku lihat Kak Jazil mengangguk kemudian memeluk Bapak. Ibu menggenggam jemariku sambil berkata, "Jadi istri yang baik. Anak ibu sekarang, bukan remaja yang seenaknya, dan sudah mempunyai tanggung jawab. Yang rukun dengan suamimu, ya." Mata ibu berkaca-kaca, kemudian memelukku erat. "Anak Ibu sudah besar," bisiknya terdengar serak. Aku usap bahunya untuk meredakan rasa haru yang juga menyelimutiku. Kak Jazil dan Bapak menghampiri kami. Bergantian mencium tangan Bapak dan Ibu. Terakhir Bapak menepuk pundak Kak jazil, kemudian berkata, "Kau sudah menjadi anak kami, jangan sungkan. Bapak dan Ibu adalah orangtuamu. Kalian bahagia, ya."Sambil melambaikan tangan, kami berpisah setelah memasuki pembatas pengantar dan penumpang. Setiba di Bali, kami lang
Read more
Bab 43. Istri Bule
"Tak jarang, mereka memberi label kami yang bersuamikan bule adalah perempuan pemuja seks. Gila, kan?" serunya sambil tertawa.Aku hanya bisa geleng-geleng kepala. Kebenaran sosial sering kali merujuk pada kekeliruan. Menyamaratakan pandangan yang belum tentu benar."Pandangan orang-orang, laki-laki bule melambangkan kesejahteraan. Kalau kita mempunyai hubungan khusus, berarti dia akan mendapatkan uang dollar yang berlimpah. Apaan! Tuh lihat, banyak kasus mereka meninggalkan anak tanpa memberi nafkah. Syukurlah, Andrew bukan golongan orang seperti itu. Aku dan dia tidak bertemu di sini." "Oya. Maaf, boleh cerita sedikit, Mbak Jasmin. Pasti kisahnya romantis," pintaku sambil menyodorkan minuman dingin. Dia tersenyum menunjukkan lesung pipit di pipi kiri, kemudian mulai bercerita.Mereka bertemu di Canberra, Australia, tepatnya di ANU--Australian National University. Jasmin yang anak pengusaha furnitur di Bali ini, dikirim untuk mendalami managemen bisnis. "Dia kakak tingkatku, kami
Read more
Bab 44. Kerja Plus-Plus
Menjadi istri seorang Jazil Ehsan berbeda sekali dengan keseharianku biasanya. Menuntutku untuk cepat beradaptasi.Aku ngotot untuk membantu Kak Jazil bekerja, memegang administrasi. File yang berantakan membuat tangan ini gatal, dan akhirnya Kak Jazil mengerti. Tidak mungkin istrinya hanya berdiam diri, dan seharian menunggu dia selesai bekerja.Kalau dulu, pagi pukul delapan aku harus sudah di kantor dan kembali pulang pukul lima sore, sekarang terserah kita yang mengatur. Ke kantor mulai pukul berapa, suka-suka.Enak, dong?Sudah jadi bos dan bisa semaunya.Tidak!Kalau dulu delapan jam kerja itupun dipotong istirahat, setelah itu merdeka. Sekarang full day, otak tercatat dengan sendiri tentang pekerjaan. Saat mandi, masak, bahkan sebelum tidurpun masih kepikiran kerjaan."Ayo tidur ...," bisik Kak Jazil. Tangannya merangkul pinggangku dengan kepala menyelusup di tengkuk ini. Kalau biasanya, disaat seperti ini, pasti aku langsung melahapnya. Sekarang tidak ingin."Kak .... File unt
Read more
Bab 45. Jangan Tebar Pesona
Aku merapikan rambut dan riasanku, bersiap menemui Ms. Berta. Dia janji akan datang pukul sepuluh."Tuh, kan. Dia baru saja datang. Kalau kita nunggu tanpa ada kegiatan, pasti lama. Aku pintar, kan?" celetuk Kak Jazil di belakangku. Bayangan wajahnya yang tersenyum terpantul di cermin. Aku tersenyum sambil mendesis, "Iiis .... Dasar suami rakus!"Kami pun keluar menemui Ms. Berta. Dia berasal dari Itali dan sudah menjadi pelanggan tetap, setiap tahun pasti ke Indonesia untuk belanja. Biasanya, khusus Jaz Furniture, dia menaruh order untuk satu peti kemas ukuran dua puluh fit."Buongiorno, Ms. Laras?" teriak Ms. Berta mengucapkan selamat pagi kepadaku."Buongiorno, Ms Berta. Come stai?" balasku kemudian menanyakan kabar. Untung aku sedikit mengerti bahasa Itali, sebelumnya, aku pernah PKL di perusahaan yang pemiliknya orang Itali. Tidak lama, hanya dua bulan. Cukup untuk mengerti percakapan biasa."Bene, grazie." Ms Berta menjawab baik.Kemudian kami membicarakan apa saja yang sudah di
Read more
Bab 46. Alarm Bahaya
Persetujuan Kak Jazil tentang anak magang, disambut senang oleh Mbak Jasmin. "Syukurlah Jazil setuju, jadi saya tidak mencarikan tempat lagi. Sebenarnya ada dua orang, yang cewek di tempatku dan yang cowok di tempatmu. Correct?""Ya, correct!" jawabku yakin. Lumayan mendapat pekerja tambahan sebelum aku mendapatkan karyawan yang tepat. Lamaran online sudah dibuka, namun kami masih belum ada kesepakatan memilih yang mana. Kalau aku memilih yang menurutku pas, Kak Jazil tidak setuju, hanya gara-gara foto profilnya terlihat mirip dia. Laki-laki baru lulus kuliah dan berambut panjang. Katanya, takut aku keliru memeluk orang.Alasannya aneh, kan?Dia juga, pilihannya perempuan yang membuatku snewen. Memang berpengalaman dan berpenampilan baik dan bersih. Awalnya aku merasa klik, tapi setelah selesai tes wawancara, ada kejadian yang membuatku ragu.Ketika datang, tampilannya menarik, anggun dengan menggunakan blus putih berlengan panjang dan rok panjang di bawah lutut. Saat berbincang d
Read more
Bab 47. Bule Magang
Hati ini mulai memanas. Membayangkan saja membuat hati ini kesal. "Kalau Kak Jazil mau menerimanya, telpon saja sendiri! Nih, data lamarannya!" teriakku dengan membanting berkas di depannya. Sengaja aku tunjuk nomor ponsel wanita itu. Ingin tahu, seberapa kuat imannya. Walaupun, hati ini ketar-ketir seandainya Kak Jazil jadi menghubunginya, mati aku. "Dek Laras, marah? Cemburu, ya." Tangannya terulur ke arahku. Aku segera berdiri dan menepisnya. Kemudian pergi kembali ke rumah joglo di sebelah kantor. Huuf ...! Laki-laki kok tidak peka, kalau ada garangwati yang mulai keluar tanduknya. Sebagai perempuan, aku tahu benar bagaimana tatapan menggoda atau pun gerakan tubuh yang mengundang hasrat. Masih teringat jelas bagaimana caranya dia menyilangkan kaki dan melemparkan pandangan ke Kak Jazil. Dan, itu tertangkap pada pengamatanku. Dengan sogokan makan es krim bersama, akhirnya senyum ini berkembang kembali. Dengan syarat yang aku ajukan, administrasi merupakan arealku termasuk
Read more
Bab 48. Legitan Aku
Clara Winson dan Dareen Collin, kami antar ke apartemen yang sudah disiapkan oleh Mbak Jasmin. Setelah memberi tahu ini itu, kami tinggalkan mereka di sana. "Kenapa Laras, dari tadi diam saja. Ada yang kamu pikirkan?" tanya Mbak Jasmin tanpa menoleh ke arahku. Dia konsentrasi mengemudikan mobil."E ... tentang Darren, Mbak.""Kenapa?" Dia menoleh sekilas."Aku kawatir Kak Jazil marah. Darren terlalu keren untuk ukuran bule yang magang," ucapku sambil memijit pelipis, mencoba menghilangkan pusing. "Urusan Jazil, biar aku bantu ngomong. Mereka berdua tanggung jawabku. Nanti aku mampir, deh. Sekalian ngomong dengan Jazil, titip Darren, ya.""Ya, semoga dia mengerti. Dia itu suka cemburu, Mbak. Makanya sampai sekarang tidak dapat karyawan. Alasannya aneh, takut aku salah peluk katanya. Gila, tidak?" Mbak Jasmin mengangguk-angguk sambil tertawa. Ya, siapa sih, yang tidak akan menyebut penampilan Darren di atas rata-rata. Tubuh atletis, wajah mirip artis, dan warna kulitnya, walaupun bu
Read more
Bab 49. Darren Bersamaku
"Kak Jazil belum makan?" tanyaku sesudah dia mengunci pintu gerbang kayu. Selot kunci dari kayu yang hanya dimasukkan ke daun pintu satunya."Sudah, tadi Embuk sudah siapkan makan. Dek Ras, tadi aku makan sendiri. Rasanya tidak enak," ucapnya seraya menarik pinggangku untuk duduk dipangkuannya. "Mulai besuk, kamu tidak akan terlalu sibuk. Ada anak magang itu yang bantu kamu," tambahnya.Aku tidak yakin dengan pernyataan terakhir, tunggu saja besuk. Apakah dia membiarkan aku bekerja bersama dengan Darren, si Liam Hemsworth versi muda. Kalau diperbolehkan, aku akan mendapat vitamin setiap hari.Dia merapikan rambut panjangku, membelai dan berhenti di balik ujung rambut. Jahilnya kumat. Tanpa menghentikan kesibukannya dia berkata, "Jangan terlalu capek membantuku bekerja, simpan tenaganya untuk menemaniku saja. Tadi sudah makan?" Aku tersenyum, hidungnya aku telusuri dengan telunjukku. "Aku sudah makan, tadi di bandara dengan Mbak Jasmin. Trus, kenapa Kak Jazil bilang aku belum makan?"
Read more
Bab 50. Aku Ingin Kamu Potong Rambut
Kak Jazil selesai mandi dan hanya mengunakan handuk sepinggang. Biasanya, saat seperti inilah yang aku suka, mengodanya saat dia menyikat gigi. Namun, sekarang kenapa aku lebih menyukainya saat dia belum mandi?"Dek Ras, kamu sekarang aneh," celetuknya setelah berkumur, kemudian berbalik ke belakang. "Selain aneh, juga tambah menggoda" ucapnya sambil menarik pinggangku. "Aku mau mandi," pekikku saat tali piyama ditariknya pelan. "Aku membantumu untuk bersiap mandi," tolak Kak Jazil, memberi pembenaran untuk melucutiku segera....."Sini aku bantu," pintanya mengambil pengering rambut dari tanganku. Aku yang masih kesal, mendelik ke arahnya. Inginku berlama-lama mandi sendiri, malah digoda dan berakhir harus mandi bersama. "Siapa suruh, semakin hari semakin membuatku gemas." Dia mengedipkan mata dan tersenyum jahil. Aku hanya bisa berdesis kesal akan pelakuannya tadi. Sempat aku tolak, walaupun berakhir dengan tenggelam bersama di samudra hasrat. "Nanti mau makan apa?" tanyanya
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status