Semua Bab Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!: Bab 81 - Bab 90
140 Bab
Bab 81
Bertanya pada penjaga bukan cara efektif untuk mengetahui pasien yang baru saja masuk. Orang administrasi yang lebih tahu akan hal ini. Jadi, kami memutuskan untuk masuk ke dalam."Kalau begitu, kami masuk dulu ya, Pak," ucapku sambil menundukkan kepala sebagai rasa hormat terhadap yang lebih tua.Kemudian kami melangkah ke dalam. Mencari di mana administrasi yang menangani pasien. "Kita ini kayak detektif, mau liburan jadi seperti ini. Aduh kapan ya longgar nih pikiran?" Tante Soraya mengeluhkan masalah ini."Iya, aku ini heran kok kita mau aja ya disuruh datang ke sini sama Helen?" Aku menyambung obrolan Tante Soraya. Sedangkan Mbak Giska, menghentikan ayunan kakinya. Ia menoleh ke arah kami berdua secara bergantian."Adnan nggak ikut ya?" tanya Mbak Giska tiba-tiba. Ia teringat orang'kepercayaannya itu. "Seharusnya kita ke sini minta pendapat Adnan dulu, kan dia yang selalu beri pendapat," sambung Mbak Giska.Padahal dari awal yang antar kami memang Pak Heru, sebab Adnan akan bera
Baca selengkapnya
Bab 82
Aku melangkah maju ke arah wanita berdagu lancip itu. Ia menoleh dan memperhatikan kami dengan pandangan kosong. Manik matanya berpindah dari arah Mbak Giska ke arahku lalu sampai pada Tante Soraya. Bibir seksi wanita itu basah saat melihat kami semakin mendekatinya."Kalian siapa? Mau kalian ini apa?" Aku mencerna pertanyaan darinya.Tidak ada satu pun dari kami yang menyahutinya, kami semua sibuk menyorot wajah cantik wanita yang nasibnya lebih buruk dari aku dan Mbak Giska."Sella ini tenang, ia hanya ingin mengulang kembali ke masa lalu. Dia butuh teman untuk meyakinkan bahwa ini semua adalah takdir Tuhan yang tidak dapat dicegah," ungkap Bu Tira saat mengantarkan kami ke kamar Sella."Oh, tapi dia tidak takut orang?" tanyaku penasaran. Sebab, biasanya rasa trauma membuat orang lain tidak ingin melihat siapa pun.Bu Tira menggelengkan kepalanya, lalu ia tersenyum. "Ya, menurut adik kandungnya, beliau tidak takut orang, hanya saja selalu menginginkan papanya kembali," tuturnya.Aku
Baca selengkapnya
Bab 83
Sella membelai pipi Mbak Giska, ia terus menatap wajah Mbak Giska dengan disertai mata yang berair."Kamu pakai hijab, pantas saja Mas Firman bersikeras mempertahankanmu," ucap Sella.Aku terkesiap mendengar penuturannya. Ini tidak salah dengar? Artinya hubungan itu terjadi saat Mbak Giska sudah bersama Mas Firman. Benar-benar gila laki-laki itu. Suka sekali bermain dengan perasaan wanita. Ia menjelajahi semua wanita, lalu Airin, apakah ia tahu tentang hal ini? Wanita itu terlalu percaya diri, menurut Airin, Mas Firman sangat mencintainya dan tidak akan bisa lepas darinya, tapi kenyataan yang kulihat justru laki-laki itu memang buaya darat.Mbak Giska meraih tangannya. Lalu membawa wanita itu duduk di sofa yang berwarna merah.Ia duduk di sebelah Mbak Giska, sedangkan aku dan Bu Tira tetap berdiri di hadapan mereka berdua."Aku ini baru berhijab, selama tiga tahun aku lumpuh dan bisu, jadi mungkin yang dimaksud oleh Mas Firman terhadap kamu adalah Airin," ungkap Mbak Giska."Airin, wa
Baca selengkapnya
Bab 84
Wanita itu balik badan, terlihat dokter itu adalah benar Yunna, temanku yang bertunangan dengan Eric. Aku benar-benar tidak menyangka bertemu dengannya di sini. Sebelumnya memang ia menghubungi dan bilang akan nyusul tunangannya ke Jogjakarta, tapi aku tidak menyangka ia ke sini bersama sepupunya yaitu Sella.Bukan hanya aku yang terkejut, Mbak Giska, Tante Soraya pun sama. Mereka terperangah melihat kedatangan Yunna. Aku melihat mata keduanya membuka lebar saat melihat kedatangan Yunna."Wah, Nurma, kalian di sini?" Yunna pun terkejut melihatku ia melangkah dan memelukku. "Dunia sempit amat, aku ini mau nyusul kalian tapi malah ketemu di sini," tambahnya lagi.Aku tersenyum, masih shock karena ternyata Yunna sepupunya Helen dan Sella. Tante Soraya juga terlihat menyorotku dan Yunna yang tengah bicara akrab. Aku rasa hal yang wajar kalau kami kaget dengan menyaksikan kejadian ini."Eh kalian ini kenal dengan Mbak Sella dan Mbak Helen?" tanya Yunna. Ternyata ia sepupu tapi mungkin ora
Baca selengkapnya
Bab 85
"Ya, kami pulang duluan ya, sampai ketemu kapan-kapan," ucap Mbak Giska sambil menepuk bahu Eric.Kemudian, kami bergegas meninggalkan rumah sakit kecil yang dikhususkan untuk para penderita gangguan jiwa. Sejujurnya melihat Sella bicara tadi, aku rasa ia hanya tertekan dan sebenarnya bisa sembuh asalkan sabar dalam merawatnya. Mungkin selama ini Helen langsung membawanya ke rehabilitasi khusus penderita gangguan jiwa. Jadi, ia terbawa pasien yang lain dan aku rasa itu yang menyebabkan Sella tidak ada perkembangan. Atau kalau tidak, ia masih ada beban pada Mbak Giska, sehingga saat bertemu dengannya, beban itu terasa berkurang."Kenapa bengong?" Tante Soraya mendadak mengejutkan Mbak Giska yang hampir jatuh karena tidak lihat lubang di depannya."Nggak apa-apa, Tante. Aku kepikiran Sella," jawab Mbak Giska sambil kembali jalan."Lubang sampai nggak tahu gitu, cuma gara-gara mikirin Sella, kan kamu bilang kita tidak ada lagi urusan dengannya," timpal Tante Soraya.Kemudian, Mbak Giska
Baca selengkapnya
Bab 86
"Jadi kita mau ke mana? Bandara atau ke rumah sakit?" Aku bertanya pada Mbak Giska."Kita ke Bandara juga percuma, kalau Adnan nggak ada mau nganter siapa?" Mbak Giska bicara dengan wajah gelisah, kelihatan sekali saat ia menggigit bibirnya seraya mencemaskan seseorang. Apa kakak maduku mencintai Adnan?Sopir diperintahkan untuk melaju dengan kecepatan sedang. Sebab, kami masih ragu mau ke mana saat ini. Sementara aku terus mencari Adnan melalui sosial media. Khawatir juga terjadi sesuatu dengannya.Menit jam terus berlalu, arah tujuan pun jadi tak jelas. Tiba-tiba ponsel Mbak Giska berdering kembali. Saat itulah wajahnya berubah menjadi bersinar. "Adnan nih telepon. Akhirnya," ucap Mbak Giska seraya lega.Aku dan Tante Soraya pun sama, menghela napas sambil tersenyum karena sudah tenang perihal Adnan yang sudah menghubungi balik Mbak Giska."Speaker aktifin, Giska, mungkin Nurma mau dengar," ledek Tante Soraya.Mbak Giska mengindahkan ucapan tantenya. Aku menautkan kedua alis karena
Baca selengkapnya
Bab 87
"Memang ini keluarga Ibu ya?" tanya polisi menginterogasi."Sepertinya iya, wajahnya tadi mirip dengan mantan pembantu saya yang di Jakarta." Mbak Giska menjawab pertanyaan polisi."Wah sayangnya KTP dan lainnya tidak ada, Bu. Jadi korban kecelakaan dikabarkan kecopetan dan ketabrak mobil saat mengejar copet," terang polisi.Itu artinya kami tidak bisa mengenal apakah itu Mbok Tuti atau bukan kecuali proses visum."Tapi kalau mau lihat wajahnya silakan, siapa tahu kelihatan ciri-cirinya dan kami akan meminta tambahan bukti foto yang kalian miliki," tambah petugas kepolisian.Kemudian, kami membuka wajah yang masih dipenuhi darah, Tante Soraya dan Mbak Giska terkejut bahwa yang dilihat kami ternyata wajahnya nyaris tak kelihatan.Helaan napas terdengar dari arah Mbak Giska. "Kita tidak bisa memastikan ini Tuti atau bukan. Wajahnya hampir tak terkenali," kata Mbak Giska."Darahnya bisa lap sedikit nggak ya, Pak? Biar kami bisa memastikan," tanya Tante Soraya.Polisi saling menoleh, tapi
Baca selengkapnya
Bab 88
Dadaku bergetar, jujur saja sangat takut jika memang itu Airin, aku tidak bisa membayangkan rasanya bagaimana, sebab menurut keterangan suster tadi, kerongkongan wanita itu mendapatkan luka tusukan senjata tajam. Beruntungnya ada korban yang masih bernyawa. Mungkin memang sudah takdir wanita itu harus berjuang mempertahankan nyawanya.Langkah demi langkah kami hentakan untuk melihat korban kecelakaan tersebut, polisi turut mendampingi kami bertiga.Setelah berada di balik tirai kami dipersilakan oleh suster untuk melihat korban. Aku dan Giska saling menoleh juga Tante Soraya sebab wanita itu benar Airin. Ia terbaring lemah dan matanya masih terpejam belum sadarkan diri. Lehernya bersimpuh darah namun sudah diperban oleh petugas medis. Bagian kakinya pun masih banyak luka dan darah mengalir."Astaghfirullah, itu benar Airin," ucap Mbak Giska sambil menutup mulutnya. "Iya Giska, artinya wanita yang tewas adalah Tuti," tambah Tante Soraya."Jadi benar itu saudara kalian? Korban kecelak
Baca selengkapnya
Bab 89
"Cincin siapa, Pak?" tanya Mbak Giska."Yang jelas bukan korban, ini cincin laki-laki," jawab polisi."Kami nggak kenal cincin itu, apa mungkin cincin preman yang nodong mereka?" tanya Mbak Giska penuh curiga."Bisa jadi. Kami pikir kalian tahu, bisa menambah keterangan, tapi ternyata tidak. Ya sudah, kalau begitu, silakan lanjutkan jika mau menemui suaminya," tuturnya."Maaf, Pak. Apa tidak sekalian Bapak ikut untuk menjelaskan ke Mas Firman tentang kecelakaan yang dialami oleh calon istri suami kami?" Mbak Giska meminta tolong pada petugas."Seharusnya seperti itu, tapi kami ingin melanjutkan pemeriksaan ke TKP. Sebentar, saya akan panggil anak buah saya dulu, konfirmasi pembagian tugas," ucapnya memohon izin sebentar.Kami menunggu lagi, sebab ingin cari aman membawa polisi ke ruangan Mas Firman supaya tidak ada kecurigaan padanya terhadap kami. Selang beberapa menit kemudian, polisi datang dan mengajak kami untuk ke ruangan Mas Firman. Akhirnya kami menemui lelaki itu didampingi
Baca selengkapnya
Bab 90
Kenapa Helen jadi berpihak pada Mas Firman? Ia menuduh kami segala aku jadi tambah curiga padanya."Dari awal Tante sudah tidak setuju kamu berhubungan dengan wanita ini, Giska, ternyata feeling Tante tepat. Helen tak sebaik yang kita kira," cetus Tante Soraya.Helen terkekeh, sedangkan aku dan Mbak Giska saling beradu pandang."Apakah ini wajah asli Helen yang sebenarnya?" Mbak Giska bertanya padanya langsung.Namun, wajah Helen berubah kembali. Ia tersenyum sambil menghadap ke arah Mas Firman.Kini Helen berdiri di hadapan kami, kemudian tangannya tiba-tiba merangkul Mbak Giska."Aku kenal betul siapa Giska dan Nurma, jadi aku yakin bukan mereka, Firman. Yang namanya kecelakaan, mana bisa disabotase," jelas Helen. Kini raut wajahnya kembali baik. Binar matanya memperlihatkan kebaikan, tidak seperti tadi yang tampak bagai iblis.Aku terdiam, kenapa Helen melakukan hal ini? Mau menakuti kami, kah?"Maaf, Helen. Jangan main-main dengan pernyataan kamu, ucapan yang tadi bisa membuat ora
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status