All Chapters of Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!: Chapter 91 - Chapter 100
140 Chapters
Bab 91
"Baiklah, kamu cepat pergi dari sini, jangan sampai kelihatan orang, terutama Nurma." Aku mendengar Helen bicara seperti itu.Entah apa yang ia rahasiakan dariku, sepertinya ini bukan hal yang main-main, aku mendengar pesannya begitu serius.Helen balik badan setelah pria yang diajak bicara pergi meninggalkannya, aku belum sempat melihat wajah lelaki itu, tetapi sudah disuruh pergi oleh wanita yang baru kukenal beberapa hari ini.Wajah Helen sedikit terkejut ketika melihat aku berada di hadapannya. Matanya ia alihkan ke sembarang tempat sambil mengukir senyuman."Ka-mu da-ri tadi di belakangku?" Helen bertanya dengan nada gugup. Sebab Ia bicara agak terbata-bata.Aku tidak langsung menjawab, sebab ingin mengetahui sampai di mana ia merasa panik.Helen menggigit bibirnya, aku dapat membaca mimik wajah yang ia tunjukkan. Ini bukan kali pertamanya aku memergoki orang lain yang kerap menyimpan kebohongan. Salah satu contoh adalah mas Firman dan sedikit demi sedikit kebohongannya pun terbo
Read more
Bab 92
Aku semakin serius menanggapi obrolan Tante Soraya, tapi aku pun harus hati-hati terhadap Helen. Sesekali mata ini melirik ke arahnya yang berada di belakangku, tubuh ini sengaja aku belokkan sedikit supaya bisa memantau wanita itu.'Aman,' gumamku dalam hati. Ternyata Helen juga tengah bicara dengan seseorang melalui sambungan telepon, ia tidak memperhatikanku."Orangnya tinggi, kurus, terus pakai sweater hitam. Wajahnya agak menyeramkan gitu ya Tante?" Aku menebaknya, sebab menurut feelingku, orang yang Tante Soraya lihat adalah lelaki yang bersama Helen tadi."Bener banget ciri-cirinya seperti itu. Kamu tahu?" Nanti Soraya membenarkan ciri-ciri yang aku berikan."Tadi Helen ngobrol dengan orang itu, aku dengar sedikit percakapannya, ia menyuruh lelaki tersebut hati-hati terutama padaku," terangku."Kamu dengar seperti itu. Helen tahu nggak ada kamu yang dengerin pembicaraan mereka?" tanya Tante Soraya."Tadi sempat aku tanya tapi karena jawabnya ia tidak jujur jadi aku tidak melanj
Read more
Bab 93
"Maksudnya gimana, Dok? Bukankah operasi sudah selesai?" tanya Helen menyusul."Iya, maksud saya setelah melakukan operasi tadi, kami tim medis tidak bisa memastikan apakah pasien akan kembali seperti sedia kala," ungkap dokter.Kali ini aku sangat penasaran. Apa maksud dokter ada masalah dengan kakinya Airin hingga tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa lagi?"Kakinya patah kah, Dok?" tanyaku dengan menebak saja. "Bukan, kondisi kaki pasien memang ada benturan akibat mobil yang menabrak, tapi tidak sampai patah tulang kok," jawab dokter."Lantas apa, Dok?" Helen pun sama sepertiku, ia penasaran dibuat dokter yang berada di hadapan kami."Melihat saat operasi di lehernya tadi, ada kerusakan di pita suara pasien." Aku terbelalak mendengar ucapan dokter barusan. Apa yang ia maksud adalah bisu?"Maksud Dokter, Airin itu akan bisu?" tanya Helen. "Menurut penglihatan kami sebagai dokter seperti itu. Makanya tadi operasi agak lama, kami memanggil Dokter THT secara mendadak, dipastik
Read more
Bab 94
Kami menulis secara bersamaan ternyata Eric yang datang. Mbak Siska kelihatan sangat kesal melihat kedatangan laki-laki yang sudah tunangan itu."Kok kamu bisa ada di sini?" tanya Mbak Giska."Tadi sepupunya Yunna yang bilang kalian ada di sini, jadi aku susul aja," ucap Eric.Mbak Giska menyunggingkan senyuman terpaksa. Ia seperti tidak menyukai kedatangan Eric."Ketemu Helen di mana memangnya?" tanyaku ikutan ngobrol."Tadi dia ke rehabilitasi, tempat di mana kakaknya menjalani perawatan," terang Eric.Ternyata Helen pamit pulang menemui kakaknya, aku pikir ada rencana lain di otak dia, entah kenapa aku jadi berprasangka buruk terus pada Helen.Aku menanyakan keberadaan calon istri Eric, yang tidak lain adalah temanku di kampung. Heran dengan lelaki yang satu ini, kenapa setiap bertemu dengan Mbak Giska ia tidak membawa Yunna?Eric pun bercerita pada kami semua bahwa Yunna masih berada di rehabilitasi. Helen tidak mengizinkan Yunna ikut pergi dengannya."Aku baru tahu kalau Helen it
Read more
Bab 95
Namun, ketika kami menghampiri, ternyata sudah tidak ada orang."Itu bukan?" tanya Eric.Aku menoleh ke arah seberangnya ternyata orang itu sudah lari. Kemudian Mbak Giska meminta Eric untuk mengejar orang tersebut."Tolong kejar orang itu Eric, jangan sampai lepas. Dia sengaja mengikuti kita tolong introgasi!" Tanpa menunggu waktu untuk berpikir, Eric langsung berlari sekencang mungkin.Kini aku dan Mbak Giska menuju ruangan Mas Firman, untuk memberikan kabar kondisi Airin. Sementara Eric, kami biarkan untuk mengejar, lelaki yang mencurigakan itu. Dimana orang itu sempat berbicara dengan Helen.Setibanya di kamar inap, aku dan Mbak Giska langsung ke tempat Mas Firman bersandar."Bagaimana perkembangan Airin?" Mas Firman sudah langsung menanyakan kabarnya."Operasi sudah selesai, Mas, dan lancar," sahut Mbak Giska."Alhamdulillah kalau gitu, terima kasih ya, maaf aku ngerepotin kalian." Mas Firman menatap wajah kami lirih.Aku menatap Mbak Giska, ingin bertanya siapa yang harus menga
Read more
Bab 96
Dadaku bergetar mendengarnya, ia mengakui bahwa kecelakaan itu sebuah rekayasa. Itu artinya pernikahanku dengan Mas Firman juga karena terpaksa."Maksud kamu bagaimana, Mas?" tanya Mbak Giska.Yang aku tahu Airin memang masa lalu Mas Firman, bahkan ia menganggap Mbak Giska lah perebut calon suaminya. Namun aku tidak mengetahui bahwa kecelakaan yang membuat Mbak Giska bisu dan lumpuh adalah sebuah rekayasa."Kamu yang membuat Mbak Giska celaka, Mas?" tanyaku kesal. Darahku mendidih ketika mendengar pengakuannya barusan."Bukan aku tapi Airin, hanya saja aku menyetujui hal ini. Tadinya berpikir setelah mencelakai Giska, maka kami berdua bisa menikah. Namun kenyataannya, Giska malah menjodohkan ku dengan kamu, Nurma," jelas Mas Firman dengan menatapku penuh.Sekarang dia sudah mengaku dan ini sangat jelas. Namun aku tidak tahu bagaimana caranya Airin bisa mencelakai Mbak Giska.Wanita berhijab yang ada di dekatku terdiam. Matanya berair ketika mendengar penjelasan dan pengakuan Mas Firma
Read more
Bab 97
"Bebaskan aja, kami mau kembali ke Jakarta," ucap Mbak Giska tanpa senyum sedikit pun. Benar dugaanku, ia sudah tutup buku terhadap Mas Firman dan Airin. Jadi yang berurusan dengan keduanya sudah ia tak hiraukan lagi.Eric tercengang mendengar penuturan Mbak Giska, sebab tadi kakak maduku itu sangat penasaran dengan laki-laki yang mencurigakan."Kok gini? Aku udah capek loh ngejar-ngejar. Kenapa dibebaskan gitu aja, dia udah ngaku tadi memang ngikutin kalian," ungkap Eric.Badan Mbak Giska berputar iya menghadap ke arah di mana Eric berdiri."Kamu nggak ikhlas menolong aku? Kalau nolong jangan ada kata penyesalan dong," timpal Mbak Giska.Tanda Soraya menghela napas, kali ini aku pun merasa terhibur dengan perdebatan mereka. Padahal suasana tadi sempat haru, Mbak Giska juga tadi menangis pilu, sekarang malah berubah jadi galak lagi.Apa kondisi suasana hati Mbak Giska belum stabil? Masih sering berubah-ubah seperti sekarang ini. Aku pun hanya bisa menyimak sambil memperhatikan sikapny
Read more
Bab 98
Kami semua menyimak ucapan suster. Namun tidak dengan Mbak Giska, ia sendirian yang cuek seraya tak ingin tahu kabar ini."Pasien sudah siuman, Dokter di dalam tengah memeriksa kondisinya, apakah harus pindah ke ruang rawat inap atau masih memerlukan perawatan intensif." Aku bernapas lega atas berita ini. Mbak Giska pun ikut menunjukkan perasaan lega atas apa yang diberitakan suster tadi.Aku menatapnya sambil tersenyum, orang baik seperti Mbak Giska tidaklah mungkin tega, ia pasti masih mengharapkan kesembuhan Airin."Kenapa liatin aku seperti itu?" Mbak Giska sadar bahwa aku tengah memperhatikan dirinya."Udah, jangan terpancing emosi dengan hal sepele," pesan Tante Soraya.Mungkin saat ini Mbak Giska masih sensitif, jadi hal apapun dibuat besar olehnya."Iya aku juga heran, Giska ini kenapa sih? Dari tadi bawaannya sewot aja," sambar Eric.Mbak Giska menoleh ke arah Eric berdiri. Ia berkacak pinggang dan membuka matanya lebar."Aku sudah bilang sama kamu, Eric, jangan urusi urusan
Read more
Bab 99
Aku tidak tahu apa yang sebenarnya Airin katakan, yang jelas kini jarinya memegang pulpen untuk menulis sesuatu."Tuti ke mana?" Tulisan itu ditulis Airin dengan jelek sekali. Sepertinya jarinya belum cukup tenaga untuk banyak bergerak. Menulis saja kelihatan seperti ceker bebek. Airin bertanya dengan singkat memakan waktu satu menit lebih."Tuti meninggal dunia saat kejadian, Airin," jawabku sangat pelan, hal ini membuat Airin mengernyitkan dahi. Aku pikir ia dengar dengan apa yang kukatakan ternyata tidak dengar. Ia menulis kembali di buku tersebut."Yang keras suaranya," jawab Airin.Aku menghela napas, baru ingat jika bicara dengan orang bisu harus keras karena bisa jadi pendengarannya pun terganggu. Apa mungkin karena suaraku memang terlalu kecil, sebab masih mikir ini ruangan ICU khawatir suster melarang untuk bicara keras-keras.Dikarenakan tidak mau mengeluarkan suara keras, akhirnya aku pun meraih pulpennya dan menuliskan jawaban tentang apa yang ia tanyakan.Aku menuliskan d
Read more
Bab 100
Kemudian ia meminta buku itu kembali, tangannya yang masih lemas menulis apa yang ingin ia katakan.Aku menyerahkannya dan membantu Airin memegang buku itu. Dia mulai menuliskan sesuatu dengan tangan gemetar. Airin berusaha mengungkapkan semua yang ingin Ia katakan.Mbak Giska menoleh ke arahku, iya memandang dengan mendongakkan dagu. Aku yang melihatnya langsung mengangguk. Ya aku paham betul bahasa isyarat itu. Mbak Giska seakan bertanya Ada apa dengan Airin? Aku pun menjawab mengangguk sambil mengedipkan mata seraya menjawab dan meminta Mbak Giska untuk tetap menunggu.Jarinya bergerak terus menulis huruf demi huruf. Dengan susah payah huruf-huruf tersebut digabung menjadi satu kata, kemudian kata-kata tersebut sudah menjadi satu kalimat. Aku melihatnya hingga berubah menjadi satu paragraf."Aku minta maaf dulu pada kalian. Aku juga ingin mengakui kesalahan yang telah kulakukan padamu, Giska. Aku yang sudah membuatmu jadi lumpuh dan bisu," terang Airin dalam tulisannya yang ia cata
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status