Semua Bab PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA: Bab 121 - Bab 130
138 Bab
Bab 121
Dunia memang sempit. Mereka tidak pernah menyangka akan bertemu pada waktu dan tempat yang tidak terduga sebelumnya.Hendra menghela napas panjang lalu membuangnya perlahan. Rani pun terlihat mengatur nafasnya yang tidak tentu. Sedangkan Agus, hanya diam mematung di samping Rani bersama Khaila. Kini semua mata tertuju pada Hendra lalu pada keluarga Rani."Mbak Arum sekongkol dengan lelaki itu?" tanya Rani, jari telunjuknya menunjuk pada Hendra. Sedangkan Arum yang ditanya masih tidak mengerti."Saya bisa jelaskan semuanya!""CK …." Rani berdecak. Pandangannya kini ia alihkan ke sembarang arah.Tangannya sengaja ia lipat di depan dada."Kamu bicara apa, Ran?" sahut Bayu, tatapannya tidak kalah tajam kearah adik iparnya itu."Tunggu, apa ini yang kamu ceritakan itu, Mas? Kamu bilang, ada yang jual rumah. Tapi dia bilang sama istri dan ibunya hanya di gadai. Awalnya kamu menolak, takut jika suatu saat nanti akan menjadi masalah. Apakah mereka?" tanya Nanik. Pandangannya tertuju pada Ran
Baca selengkapnya
Bab 122
Cerai?"Apa maksud ucapan kamu, Rani?" tanya Agus tidak mengerti. "Ya, Mas. Aku pengen kita cerai. Kamu nggak mau kerja. Jual rumah Ibu kamu juga tidak bilang. Lantas menunggu apa lagi? Kamu selingkuh? Atau kamu punya hutang banyak?" terisak Rani membuat semua orang menggelengkan kepala. Termasuk Arum, dia nampak mengusap perutnya terus menerus. "Semuanya bisa dibicarakan baik-baik, Rani." Kini Marni bersuara. Dia Ibu Arum, tentunya Ibu Bayu juga. Wajar jika memberi nasehat."Ibu tahu apa tentang rumah tanggaku?" "Jaga ucapan kamu, Rani!""Kenapa, Mbak? Mbak marah? Mbak nggak pernah tahu gimana posisi Rani. Aku kerja Mbak, dan adik iparmu ini duduk santai di rumah. Aku juga harus memenuhi kebutuhannya. Lelaki macam apa itu! Dan satu lagi, aku juga harus mengurus Ibunya.""Astagfirullahaladzim, Rani. Jaga ucapan kamu! Tidak perlu kamu menyebut Ibu yang jelas-jelas sudah tidak ada." Bayu kini berpendapat. Tangannya mengepal kala mendengar penuturan Rani. Rani memang demikian, mungki
Baca selengkapnya
Bab 123
Pagi menjelang, Bayu bersiap pergi bekerja. Sedangkan Arum dan Khaila bersiap pergi ke warung. Hari ini hari pertama warung cabang dibuka. Tentunya Arum akan hadir disana. Sedangkan acara syukuran digelar seminggu lagi. Dan semuanya sudah disiapkan oleh Ratih."Kamu sarapan dulu ya, sayang," pinta Arum pada Khaila. Sedangkan Bayu memasukan bekal makanan ke dalam tas. Menyeruput kopi lalu menyomot roti tawar yang sudah disiapkan Arum.Tok … tok."Assalamualaikum." Terdengar salam dari luar. Membuat Arum dan juga Bayu saling melempar pandangan. Bayu tidak menanggapi ucapan Arum malah dia terlihat melirik ke arah pintu."Siapa?" "Nggak tahu!""Aku lihat dulu, siapa yang bertamu pagi-pagi." Bayu beranjak dari duduknya. Setelah menelan roti dengan susah payah. Tidak lupa ia menyeruput kopi terlebih dahulu.Langkah Bayu pelan mendekati pintu utama. Dibukanya pintu, tetangga lama mereka sudah nampak berdiri di teras sembari tangan menenteng sebuah plastik putih."Pagi, Mas Bayu.""Eh, Bu Su
Baca selengkapnya
Bab 124
"Semua ini gara-gara Mbak Arum. Kalau dia tidak buka usaha warung itu dan sukses. Aku nggak akan pernah dipandang sebelah mata oleh semua orang. Seharusnya yang saat ini berada di atas itu aku bukan kamu, Mbak!" gumam Rani pelan. Tatapannya penuh kebencian jika mengingat nama Arum. Karena Arum dia terlihat kecil, terlihat seperti butiran debu di mata orang-orang. Rani ingat betul, bagaimana ia tinggal satu atap dengan kakak iparnya itu."Ih, Mbak Rani. Tumben belanja? Biasanya juga Mbak Arum.""Iya Bu. Lagi pengen saja.""Oh …." Terdengar suara sumbang dari belakang. Meskipun pelan namun telinga Rani masih normal jika hanya digunakan untuk mendengar.Rani sesekali melirik ke arah gerombolan Ibu-ibu yang tengah berbisik. Memuji Arum sang kakak ipar. Rani berdecak, dengan langkah kuat dan juga tidak ramah ia pergi begitu saja. Tanpa senyum apalagi berniat menegur. Ah, hati wanita itu mungkin sudah tertutupi rasa iri dan dengki. Padahal Allah sudah membagi rezeki-Nya kepada hamba sesu
Baca selengkapnya
Bab 125
"Agh …." Rani mendorong Arum cukup kuat. Hingga tangan yang menggenggam erat jemari Khaila terlepas. Arum mengaduh kesakitan. Namun tidak digubris oleh Rani. Dia menarik lengan sang anak yang terus meronta dan menjerit. Sedangkan Arum sudah tergeletak di tanah dengan mata terpejam.Teriakan Khaila membuat semua orang yang masih ada dirumah seketika keluar. Melihat tubuh Arum yang tidak berdaya membuat para tetangga berdatangan memberi pertolongan. Peristiwa itu terjadi begitu cepat, hingga Arum sudah sampai di rumah sakit atas pertolongan para tetangga."Bagaimana keadaan istri saya?" Kedatangan Bayu disambut dengan tatapan iba. Entah siapa yang menghubungi laki-laki itu. Yang pasti dia sudah datang dengan wajah yang bisa ditebak, khawatir dan takut."Sabar, Mas. Mbak e masih ditangani dokter. Kita berdoa saja, semoga istri dan anak Anda bisa terselamatkan," ucap lelaki paruh baya itu. Terlihat di sampingnya ada beberapa orang, mungkin tetangga yang lain."Kenapa bisa seperti ini, Pak
Baca selengkapnya
Bab 126
Arti kehidupan Angin semilir menyentuh wajah Arum yang terlihat pucat pasi. Ia masih menutup mata. Di tangannya tertempel beberapa peralatan medis. Ditambah selimut putih menyikap tubuhnya sebagian. Bayu dengan setia duduk sembari tangan menggenggam erat kelima jarinya.Diusapnya rambut wanita itu dengan lembut. "Yu, sebaiknya kamu makan, Nak. Bukan hanya Arum saja yang harus sehat. Tapi kamu juga harus tetap sehat. Emak lihat dari kemarin kamu tidak makan." Marni mengusap lembut Bahu Bayu. Sedangkan lelaki itu hanya menoleh sekilas. Kemudian netranya kembali tertuju pada Arum. "Benar apa yang dikatakan Emak. Kamu harus makan, Yu. Tidak baik jika seperti ini terus. Arum pasti juga akan sedih jika kamu seperti ini!" Lagi-lagi Bayu hanya diam, dia menunggu reaksi yang ditunjukan Arum.Janin yang ada didalam rahim Arum dinyatakan meninggal. Ini kedua kalinya janin itu merasakan guncangan hebat. Arum mengalami pendarahan. Membuatnya harus merelakan sang buah hati pergi untuk selama-la
Baca selengkapnya
Bab 127
"Oh, ya sudah. Sehat-sehat ya, Ibu Arum.""Iya, Dok. Terima kasih banyak!" "Mari!" "Iya, terima kasih banyak sus."Ketiga orang itu akhirnya pergi meninggalkan Arum dan juga Marni. Semua barang yang akan dibawa pulang sudah di siapkan. Tinggal menunggu Bayu datang menjemput.Kring ….Suara dering ponsel milik Arum berbunyi. Lingkaran hijau itu terlihat melompat-lompat. "Siapa, Rum?" tanya Marni, Arum yang tengah memperhatikan layar ponsel akhirnya menoleh ke arah Marni."Tini, Bu!""Halo, Assalamualaikum.""Waalaikumsalam, Mbak Arum.""Ada apa, Tin?""Sudah siap-siap belum? Ini kami sudah otw ke rumah sakit. Mas Bayu nggak bisa jemput. Katanya ada tamu.""Ow, ya?""Memangnya dia belum ngabari Mbak Arum?" tanya Tini.Arum melihat layar ponselnya. Ternyata ada pesan dari Bayu, suaminya. Namun belum sempat ia baca."Iya, Tin. Ada pesan dari Mas Bayu tapi belum sempat aku buka. Ya sudah kalau begitu, kamu kesini!""Iya, ini juga di jalan. Cuma Tini sendiri, Mbak, yang lain sekarang ngum
Baca selengkapnya
Bab 128
"Kamu tidak apa-apa sayang?" tanya Bayu. Arum menghapus air mata yang kembali jatuh. Tangannya berada di pusaran. Jika saja peristiwa itu tidak terjadi, dia akan senang menyambut kehadiran sang buah hati."Iya, Mas," jawab Arum singkat. Sembari bibir dipaksa tersenyum."Kita akan jalani semuanya sama-sama! Keputusan kamu sudah benar. Membawa masalah ini ke pihak berwajib.""Mas …." "Iya, sayang.""Nggak jadi.""Kenapa? Apa yang ingin kamu katakan?"Arum menggeleng. Lalu melempar pandang nya jauh ke luar kaca."Kita ke warung sebentar ya?" pinta Arum."Kita pulang, sayang. Warung biar diurus sama Bude kamu. Kamu istirahat dulu. Jangan banyak-banyak kegiatan. Untuk hari ini cukup sampai di sini!" Arum menghela nafas panjang. Tidak berapa lama, mereka tiba di rumah. Arum turun dari mobil lalu berjalan masuk kedalam rumah. CeklekWanita itu membuka pintu rumah, diikuti Bayu yang berjalan di belakang. Arum menjatuhkan bokong tubuhnya di sofa lalu meletakan tas di sampingnya."Kamu mau d
Baca selengkapnya
Bab 129
Nanik dan juga Hendra duduk di sofa. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu membawa sebuah map berwarna merah muda."Ada apa ya, Bude?" Nanik menyerahkan sebuah map berwarna merah muda."Ini surat rumah milik Awang dan juga Ratih.""Sertifikat rumah? Kenapa ada ditangan Bude Nanik."***"Karena mereka berniat menggadai rumah itu pada kami. Bude hanya ingin mengatakan pada kamu, Rum. Mungkin Mbak mu lagi ada masalah. Siapa tahu kamu bisa bantu. Jadi tidak sampai menggadai rumah seperti ini, kasihan."Arum diam sejenak. Dia memperhatikan map merah muda itu. "Memang sih, Bude. Waktu lagi ada di rumah sakit Mbak Ratih pulang dulu. Alasannya harus menjemput anak-anaknya sekolah. Tapi aku nggak tahu apakah itu alasan yang benar atau tidak."Semua orang terlihat sibuk dengan pikiran masing-masing. Ruangan itu akhirnya hening tanpa ada satu percakapan pun. "Nanti saya tanya sama Mbak Ratih, Bude. Terima kasih banyak sudah memberitahu kami!""Sama-sama!""Saya buatkan minum sebenta
Baca selengkapnya
Bab 130
"Nggak usah repot-repot, Mbak.""Nggak papa." Arum berjalan ke dapur. Menyiapkan pisang goreng dalam piring. Tidak lupa membuatkan kedua ayah dan anak itu minuman. Arum kembali ke ruang tamu tentunya dengan nampan yang ada di tangan."Silahkan diminum cantik, pisangnya dimakan ya!" pinta Arum membuat Khaila tersenyum."Kamu belum daftarkan dia ke sekolah?" tanya Arum pandangannya kini tertuju pada Agus yang tengah menyesap teh."Belum, Mbak. Belum ada uang!""Terus selama ini kamu ngapain saja di rumah?""Khaila nggak ada yang jaga, Mbak. Aku nggak enak jika harus menitipkan dia sama Mbak terus.""Kalau kamu nggak kerja. Gimana sekolah Khaila? Gimana makan dia?"Agus hanya diam. Bagaimanapun dia tetap saudara kandung Bayu. Bagaimanapun juga dia tetap memikirkan Khaila. Khaila anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Dan lihat, dia tidak mau minum teh itu maupun mengambil makannya. Padahal dulu, dia sangat cerewet dan juga manja jika dengan Arum."Sayang, kok nggak makan?" tanya Arum. Dia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status