All Chapters of TERJERUMUS TEMAN KOS: Chapter 21 - Chapter 30
40 Chapters
Naikkan Jadi 30 jt
Zeline mulai mencari cara untuk membalikkan keadaannya. Tidak lucu kalau harus kalah sama orang yang jauh lebih tua di ronde pertama. Zeline harus segera menemukan cara sebelum energi dan tenaganya banyak terkuras seiring permainan Om Firman yang semakin beringas.Dimulai dengan mengalihkan tangannya. Tangan yang tadi menekan kepala Om Firman itu melonggar. Jemarinya menyisir rambut laki-laki yang sudah mulai beruban tipis itu. Menjambaknya lembut, seperti memijat, hingga kemudian menarik dari dadanya.Agar tidak protes, Zeline buru-buru menyergap bibir yang tadi bermain di dadanya itu dengan ciuman lagi. Bibir mereka bertaut lagi. Meski tangan Om Firman masih dengan gemas bermain di dua bukit kembarnya, tapi paling tidak Zeline tidak tersiksa oleh lidah Om Firman lagi.Di tengah ciuman panjang itu tangan Zeline turun. Gerakan pinggulnya berhenti. Digantikan tangannya saat ia tiba di sana. Mengocok pelan, naik turun mengikuti ciuman dan lenguhan di bibir mereka.
Read more
Zeline Lesbi?
  Keesokan harinya sepulang dari apartemen Om Firman, Zeline terpaksa harus memaksakan dirinya yang lelah ke kampus karena hari ini adalah hari terakhir pendaftaran ulang.“Loh kok cepet?” tukas Layla begitu meemukan motor Zeline sudah terparkir di rumah lagi setelah baru beberapa menit pamitan padanya pergi ke kampus.“Iya nih,” balas Zeline sambil melepas helm yang ia kenakan. Tampak rambut halus mengembang terawat miliknya jatuh terurai berantakan karena helm. Tergerai menutupi sebagian garis wajahnya. “Udah selesai cuman ngisi form aja, nggak sampai yang rumit diterangin segala macem kok.”Padahal Layla sudah pasti tidak akan tahu apa yang terjadi sebenarnya. Zeline sendiri juga sudah pasti tak akan bercerita tentang apa yang terjadi tadi di kampus. Zeline tak mungkin bilang pada Layla kalau semua berkasnya sudah dibereskan Om Firman termasuk biaya kuliah.Saat ke kampus t
Read more
Lo Gue
Alana dan Zeline berkejaran, memutari ruang tengah. Alana yang kini jadi geli karena Zeline mengaku bahwa dirinya lesbian. Dan Zeline yang tak puas-puas menggoda Alana. Terus mengejar perempuan itu, bahkan hingga keluar ruang tengah masuk dapur, tembus teras. Belum puas Alana, berlari lagi lebih jauh hingga ke jalan raya.Hingga suara teriakan geli perempuan itu terdengar semakin mengecil, semakin jauh. Meninggalkan Layla yang masih duduk tenang di kursinya, sampai akhirnya bosan sendiri.Ia berdiri, mengambil piring kotor milik Zeline dan Alana yang tergeletak di atas meja. Berjalan menuju sudut dapur dekat kamar mandi di mana ada wastafel yang sekaligus tempat cucian piring kotor. Hanya karena terbiasa di rumah, Layla langsung mencuci setumpuk piring itu. Tak mau pekerjaannya makin berat karena banyaknya piring kotor nanti.“Dasar dua orang itu. Main-main mulu kalau lagi berdua kayak gitu,” gumam Layla geleng-geleng kepala. Ia masih dihantui perasa
Read more
Kedua Kalinya
“Lu pergi hari ini?” Alana beringsut. Setelah cukup lama tidur tak mengerjakan apa pun di atas kasur. Hanya mengobrol dengan Layla, scrolling media sosial yang tidak ada ujungnya.Sore jatuh, menggantikan pagi dan siang hari ini yang dihabiskan Zeline di rumah bercanda dengan Alana dan Layla. Siapa yang menyangka persabatan di antara mereka bertiga terjalin secepat itu. Mereka punya humor dan selera bercanda yang sama. Zeline tak perlu merasa sungkan atas semua tingkah usilnya karen Alana dan Layla sudah pasti langsung mengerti.“Iya nih, gue juga jadi heran. Kamu, eh maksudnya lu.” Layla meringis. Lidahnya masih kaku dengan dua kata ‘Lo Gue’. “Lo ke mana aja sih, tiap jam segini selalu ngilang nggak tau ke mana. Pulang-pulang pagi,” tandas Layla yang duduk menjajari Alana. Bersandar di pintu lemari, beralas kasur lantai tipis yang sekaligus alas tidur bagi mereka.“Ada deh,” jawab Zeline singkat. Tubuh
Read more
Hari Ketiga Dimulai
Dingin udara apartemen mewah ini kembali menyentuh kulit Zeline. Lampu gantung dengan rangkaian kaca bermotif berlian memendarkan sinar jingga yang lembut. Turun, bercampur dengan lampu putih yang tak kalah cerah. Hinggap di lapisan kulit Zeline.Gadis itu, masih jadi satu-satunya orang yang mengisi kamar apartemen kosong ini. Tadi setibanya di apartemen Zeline baru sadar kalau Om Firman mengiriminya pesan sedang keluar sebentar mengurusi beberapa usaha yang baru dirintisnya.Zeline duduk di sofa, menyimak televisi yang menyajikan berita di depannya. Masih dengan kemeja kotak-kotak kebesaran yang ia kenakan sejak dari rumah. Bedanya, celana levi’s itu sudah tanggal.Menyisakan celana pendek yang hanya mampu menutupi pangkal pahanya. Lebih panjang ujung kemejanya daripada celana putih pendek itu. Wajahnya yang cantik dibalut bedak tipis. Tak lupa lipstik merah menyala, dan parfum khas kesukaannya.Bosan dengan televisi di hadapannya, Zeline mengangka
Read more
Jalan yang Dipilih
“Sa‐sayang, are you–““Serious?” potong Om Firman cepat sembari menyeriangai penuh kemenangan. Bayangan yang tercetak di wajahnya dari sorot lampu apartemen menambah kesan seram pria sugar daddy Zeline tersebut. “Yes I’am. Aku tak pernah lebih serius dari ini, sayang.”Mata Zeline terbelalak, alisnya terangkat. Kerongkongannya mendadak mengering, lidahnya kelu. Hiam bola matanya bergetar nanar menelisik mata laki-laki di sebelahnya. “Tapi sayang ...,” rengek Zeline.Suara rengekan tertahannya sudah seperti seekor rusa yang lehernya telah dicengkeram kuat taring singa. Zeline ingin berteriak melayangkan protes tak terima. Tapi di saat yang sama, realita bahwa ia di tempat ini hanya bekerja jadi teman tidur Om Firman mencekik lehernya.Om Firman hanya tersenyum, menatap sendu wajah gadis itu. Menelusuri garis wajah Zeline dengan jari-jari besarnya. “Zeline-Zeline, kau sepertinya lupa dengan a
Read more
Minum Dari Tempat yang Lain
Meski tampak ragu tapi lagi-lagi Zeline tak bisa mengelak. Raut wajahnya tak bisa menyembunyikan jantungnya yang berdetak jauh lebih cepat dari sebelumnya. Indra di tubuhnya sekakan ikut merespon jadi terasa semakin sensitif. Setiap sentuhan yang dilakukan Om Firman terasa dua kali leibih menggelikan. Tak hanya sentuhan, Zeline sampai menelan ludah, menatap wajah Om Firman yang jadi beringas.Pria yang bersimpuh persis di depannya. Kepalanya berada persis di depan pangkal paha Zeline. Mendongakkan wajahnya menatap ke atas. Posisinya berada persis di bawah liang kewanitaan Zeline. Sudah jelas laki-laki itu bisa menyaksikan semuanya dari sana. Lekuk tubuh Zeline, bahkan hingga ke dalam lubang vaginanya yang ditumbuhi bulu halus miliknya.Zeline menelan ludah lagi. Membayangkan isi botol ini jatuh ke atas permukaan kulitnya. Sementara hanya memegang botolnya saja Zeline bisa merasakan betapa dingin botol itu di telapak tangannya.Zeline memejam, ia tak ingin membua
Read more
Lubang Belakang
Meski suasana sudah semakin panas, dan kepala Om Firman yang terus naik di tubuhnya. Lidah itu puas bermain di sana, di pusarnya. Kini naik, menelusuri garis bukit kembarnya. Lidah itu menjulur, menapaki kulit Zeline dengan ujungnya. Zeline hanya bisa pasrah. Bibirnya merancu tidak jelas, mendesah, melenguh, mengumpat. Apa saja yang ingin ia katakan. Menggambarkan kenikmatan yang kini tengah ia rasakan. Menggambarkan birahi yang tengah memuncak di kepalanya. Zeline tak lagi protes soal permainan ini. Justru sebaliknya, Zeline tak sadar sungguh benar-benar menikmatinya. Hingga tak terasa cairan anggur merah itu semakin banyak jatuh dari bibir botolnya. Kini sudah menyusup di antara dua pahanya. Membasahi dua bilah bibir vaginanya. Bercampur dengan lendirnya  sendiri. Zeline memekik, Om Firman dengan sengaja menggigit kecil puncak bukit kembarnya. Lidahnya bermain di sana. Berputar, beradu ujung lidah dengan ujung daging kenyal yang sudah bangun terangsang
Read more
Prestasi yang Tergeser
Dua tahun setelah pertemuan pertama Zeline dengan Alana dan Layla. Perjalanan waktu yang tak terasa sudah berjalan sejauh ini.Hari ke tujuh ratus lima puluh, setidaknya itu yang tertulis di catatan kalender ponsel Alana. Karena untuk pertaman kalinya hidup jauh dari rumah, Alana iseng-iseng menandai hari pertama mereka menginjakkan kaki di Kota Gani. Siapa yang menyangka Alana bahkan bisa bertahan sejauh ini.Uniknya lagi setelah satu tahun berlalu, Alana dan Layla enggan berpisah dengan Zeline. Mereka berdua memutuskan untuk memperjanjang umur kontrakan dan sekaligus memperpanjang kontrak hidup dengan Zeline.“Kayaknya emang kebanyakan orang kota tuh sama modelannya kayak Zeline semua deh,” tukas Layla waktu itu saat ditanya Alana soal apa masih perlu mereka pergi menjauh dari Zeline.“Nah, kebetulan gue juga mikir hal yang sama, La.” Alana menyahuti dengan logat ‘Lo’ dan ‘Gue’ nya yang s
Read more
Arya
“Nggak.” Layla menelan senyumnya. “Nggak papa kok, Al.” Keputusannya bulat, ia tak ingin memberitahu Alana apa yang ia pikirkan.“Ih…. Bikin penasaran aja!” dengus Alana sebal.“Hehehe… “Layla terpaksa melakukannya. Tak mungkin rasanya ia memberitahu Alana tentang apa yang ia pikirkan. Soal kemungkinan Zeline membeli peringkat rangking itu. Berita yang berembus cukup kencang tentang kedekatan Zeline dengan para dosen kampus bukan isapan jempol semata. Meski berlum mempunyai bukti, tapi Layla yakin itu benar.Satu-satunya alasan logis kenapa Zeline bisa ada di puncak rangking cuma apa yang ia pikirkan. Pilihan Layla menyembunyikan dugaannya dari Alana bukan tanpa risiko. Alana terus melipat wajah sepanjang jalan. Suasana di antara mereka berdua jadi canggung untuk waktu yang cukup lama.Untungnya, toko buku segera berhasil mencairkan suasana.Lampu berwarna jingga yang berpendar,
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status