Lahat ng Kabanata ng Bukan Istri Pilihan Suamiku : Kabanata 41 - Kabanata 50
264 Kabanata
Bab 41
"Permisi pak Daffin," ucap pria yang saat ini berdiri di ambang pintu. "Masuk." Daffin menghentikan pekerjaannya dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi berwarna hitam yang empuk tersebut. Pria itu masuk ke dalam ruangan Daffin, yang berukuran besar dengan mengunakan konsep disain modern dan elegan. Dinding menggunakan wallpaper berwarna hitam yang dikombinasi putih yang menjadi warna favorit para laki-laki. Ruang ini sangat luas dan terasa lapang karena memang hanya ada meja kerja yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran yang cukup besar berwarna hitam, kursi kerja berwarna hitam dan besar. Kursi sofa berwarna putih, lemari yang menutupi sebagian dinding, yang menjadi tempat penyimpanan dokumen penting dan lemari riasa. "Apa laporan yang kamu bawa?" tanya Daffin."Sampai saat ini saya belum menemukan keberadaan Berliana, pak. Saya sudah melacak ke berbagai tempat yang sekiranya mungkin akan didatanginya namun ternyata Berliana tidak ada di sana"Bagaimana dengan Susi?"
Magbasa pa
Bab 42
Bab 41"Sudah dulu ya, assalamualaikum." Daffin tersenyum."Waalaikum salam."Daffin memutuskan sambungan video call bersama dengan istrinya ketika detektif yang ditunggunya sudah masuk ke dalam ruangannya.Jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya ketika, pria itu duduk di depannya dan meletakkan map tebal di atas meja. "Saya sudah mengumpulkan semua berkas mengenai ibu Hana. Saya juga sudah mengumpulkan semua berkas mengenai Berliana dan juga ibu Susi." Daffin menganggukkan kepalanya. Ia ingin mencocokkan semua cerita yang didengarnya dari istrinya dan juga semua cerita yang didengarnya dari Berliana. Ia akan melihat bukti secara fakta, berdasarkan informasi yang diberikan detektif yang saat ini sudah datang dengan dan siap menunjukkan semua bukti yang diinginkannya. "Apa informasi yang anda dapatkan?"Dani membuka map yang di bawahnya. Diambilnya lembar paling atas didalam map tersebut.Daffin tidak sabar untuk melihat bukti berdasarkan fakta tertulis yang dibawa Dani. "Ibu H
Magbasa pa
Bab 43
Daffin diam, ketika mendengar Dani menceritakan semua informasi tentang Berliana dan Susi."Susi yang begitu sangat ingin anaknya menjadi artis dan terkenal berusaha membujuk anak tirinya untuk mau menjual rumah dengan alasan membayar hutang mendiang suaminya. Dengan alasan ini Susi memaksa ahli waris, untuk menandatangani surat penjualan rumah. Awalnya ibu Hana menolak dan tidak mau menandatangani surat tersebut. Hingga pada akhirnya Susi dan Berliana membuat adegan sandiwara. Susi membayar orang untuk berpura-pura menjadi penagih hutang dan mengancam akan mengambil Hana, yang merupakan anak kandung Amriadi untuk dijadikan penebus hutang. Mereka mengatakan akan menjadikan Hana sebagai psk. Susi memohon-mohon kepada orang tersebut agar tidak membawa anaknya dan berjanji akan melunasi hutang itu secepatnya. akhirnya istri, anda menandatangani surat penjualan rumah itu."Daffin begitu sangat marah dan juga emosi, ketika mendengar apa yang diceritakan Dani. Dirinya sungguh tidak mendu
Magbasa pa
Bab 44
Rafasa diam ketika mendengar ucapan Daffin. Besar harapannya agar sahabatnya, tidak melakukan perbuatan kriminal. "Jangan mengandalkan emosi menghadapi masalah seperti ini," nasehatnya."Dia sudah menipuku.""Apa yang sudah diperbuatnya. Apa maksud kamu?" Rafasa merupakan sahabat akrab Daffin. Pria itu sangat mengetahui semua cerita tentang sahabatnya tersebut."Berliana ternyata dia sudah menipuku. Yang sebenarnya terjadi, dia tidak ada hubungan darah dengan Hana, istriku. Mereka hanya saudara tiri beda ibu dan beda ayah." Hatinya terasa sakit ketika mengatakan hal ini. Kebusukan Berliana, kini sudah diketahuinya."Apa kamu yakin?" Rafasya mengerutkan keningnya. Selama ini Raffasya tahu bahwa Berliana memiliki saudara tiri beda ayah. Hal ini diketahuinya bukan hanya dari Daffin saja, namun juga dari Karin kekasihnya yang merupakan sahabat Berliana.Daffin menunjukkan bukti surat nikah serta bukti akte kelahiran milik Hana dan juga milik Berliana kepada Raffasya. Ia juga menunjukkan f
Magbasa pa
Bab 45
Daffin menggelengkan kepalanya. Sampai saat ini, dirinya belum tahu apakah ini rasa cinta, rasa kasihan atau rasa bersalah. "Karena perbuatan Berliana kepadaku, aku memperlakukan Hana dengan sangat tidak baik. Aku tidak mengerti dengan perasaan yang saat ini kurasakan."Daffin diam sejenak. Yang terlintas di dalam pandangannya, tatapan mata istrinya. "Setiap kali menatap matanya, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Rasanya damai dan tenang." Daffin berkata dengan jujur."Setelah aku mendengar apa yang kamu sampaikan kepadaku, aku merasa kamu berhak untuk membahagiakan dia. Aku kasihan melihatnya, dia dengan sengaja dijadikan tumbal oleh Susi dan Berliana." "Iya, aku tahu. Tapi sekarang masalahnya, Mama, papa sudah tahu apa yang aku lakukan terhadap Hana dan mereka mengancam akan mengambil Hana.""Bagaimana ceritanya mereka bisa tahu?' Raffasya memandang Daffin dengan mata yang terbuka lebar."Aku membuat Hana cedera. Saat ini dia mengalami cedera di kedua tangannya. Jadi dirawat
Magbasa pa
Bab 46
Mata Hana terbuka lebar saat mendengar ucapan pengawal pribadinya. Ia sungguh tidak menyangka bahwa ternyata suaminya menepati janji"Assalamualaikum."Hana memandang Nara dan Cinta yang berdiri di depan pintu. "Waalaikumsalam, Nara, Cinta." Hana memanggil kedua nama temannya itu dengan suara yang keras."Waalaikumsalam silakan masuk." Mita mempersilahkan kedua gadis itu untuk masuk.Nara dan Cinta masuk ke dalam kamar rawat Hana. Kedua gadis itu tampak kagum ketika melihat kamar pasien yang seperti hotel mewah. "Tante, nama saya Nara." Gadis yang berwajah cantik itu, menyalami tangan Mita dan memperkenalkan dirinya. "Apa Nara teman kuliahnya Hana?" tanya Mita."Iya Tante, kami sama-sama satu jurusan, sedang nyusun skripsi. Dosen pembimbingnya juga sama." Nara menjelaskan dengan tersenyum."Oh iya, tante sering dengar Hana cerita," ucap Mita yang begitu sangat ramah."Tante, nama saya Cinta." Cinta menyalami tangan Mita dan mencium punggung tangan wanita tersebut. "Wah kalian ini c
Magbasa pa
Bab 47
"Kalian benar-benar bisa buat Tante jadi senang. Meminta dan berdoa, harus lengkap. Minta dapat suami yang ganteng, pintar, rajin bekerja, bertanggung jawab, tidak pelit, banyak duit, kaya raya, setia, mertua baik." Kalau sudah seperti ini, baru oke." Mita tersenyum "Ih Tante tahu aja selera kami. Tante diam-diam ngajarin kami matre ini." Nara tertawa.Hana tertawa ketika melihat kedua temannya yang sudah begitu sangat akrab dengan mama mertuanya."Bukannya ngajarin matre tapi yang namanya kita perempuan butuh jaminan. Jaminan masa depan, maksudnya." Mita tersenyum. "Ha... Ha... Kalau seperti ini, kami setuju Tante." Nara dan Cinta berkata dengan serentak. "Itu masih kurang, agamanya, akhlak, no 1." "Oke Tante, ajaran dari Tante akan menjadi panduan kami nanti ketika cari jodoh." Nara tersenyum.Mereka begitu sangat asyik bercerita, dan tertawa bersama.Daffin yang baru akan masuk ke kamar istrinya dan membuka pintu, mendengar suara tertawa Hana. Senyum mengembang di bibirnya, ke
Magbasa pa
Bab 48
"Belum pa," jawab Hana dengan memajukan bibir bawahnya."Sabar ya nak, sebentar lagi tangannya sehat kok." Surya tersenyum dan mengusap kepala menantunya. Nara tersenyum, saat melihat sahabatnya yang sudah sangat bahagia seperti ini. Ia merasa senang dan bahagia, ketika melihat Hana yang sangat disayangi suami serta mertuanya. Akhirnya, sahabatnya, bisa menikmati kebahagiaan yang sempurna, pikirnya."Ayo dilanjutin makanya," ucap Surya."Iya Om," jawab Nara dan juga Cinta."Papa mau apa?" Mita meletakkan jus mangga di depan suaminya."Spaghetti saja deh." Surya melihat box coklat yang berisi spaghetti.Mita mengambilkan spaghetti yang di minta suaminya dan meletakkan di depan Surya. Daffin mengambil pizza dan meletakkan di bibir istrinya. Hana tersenyum dan mengigit piza tersebut. Bila ada yang mengatakan, sakit itu nikmat, maka Hana merasakannya. Diperlukan seperti ini, oleh suaminya yang galak, terasa mimpi untuknya. Daffin mengigit pizza di tangannya dan kembali menyuapi istri
Magbasa pa
Bab 49
Seperti janjinya dengan Hana, sore ini Daffin mengurus istrinya dan memandikannya. Pekerjaan ini terasa begitu sangat menyiksanya. Setiap kali memandikan hingga selesai, memasangkan pakaian, pria itu harus menahan nafasnya dan mengendalikan hasrat di dirinya. Mendapatkan perhatian yang seperti ini dari suaminya, membuat Hana merasa disayang. Meskipun sampai detik ini, dirinya tidak bisa membaca raut wajah Daffin yang penuh misteri menurutnya. Posisinya hanya sebagai pengganti. Apa yang dikatakan suaminya di saat hari pertama pernikahannya, masih terkonsep jelas dibenak kepalanya. Tiap kata yang didengarnya, tidak pernah dilupakannya. Ia tidak ingin memiliki rasa cinta untuk Daffin. Agar nanti, bila waktunya disuruh untuk pergi ataupun waktunya untuk ditinggalkan, ia tidak terluka lebih dalam lagi, karena cinta yang dimilikinya. "Ini karena dia takut sama mama dan juga papa, kemudian juga dia pasti hanya sekedar sandiwara. Ayolah Hana, jangan senang dulu. Yakinlah, dia hanya berpu
Magbasa pa
Bab 50
"Itu namanya tipu-tipu dong."Daffin memandang istrinya dengan mengerutkan keningnya. Iya kemudian menganggukkan kepalanya. "Ia benar juga," ucapnya yang tidak menyalakan ucapan istrinya."Tuh kan, kenapa nggak ditulis aja 13 nya daripada main tipu-tipu.""Angka 13 itu, di identik dengan angka yang tidak baik. Karena itu, setiap kali gedung-gedung yang tinggi dan banyak lantai, menghindari angka 13. Biasanya mereka akan membuat lantai 13, menjadi gudang tempat penyimpanan barang-barang yang tidak dipakai. Atau tempat yang memang tidak difungsikan untuk umum. Jadi karena itu, lantai 13 kadang dibuat gudang. Terkadang tidak dibuat angka 13 tapi 14." Daffin menjelaskan dengan sabar.Hana memandang Daffin dan kemudian menganggukkan kepalanya. Ia berjalan bersama dengan suaminya menuju taman depan rumah sakit. Daffin terus memegang pinggangnya meskipun sebenarnya ia tidak perlu diperlakukan seperti ini ketika berjalan."Nanti bila sudah sehat apa mau jalan-jalan?" tanya Daffin.Hana mengg
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
27
DMCA.com Protection Status