All Chapters of Lelaki Dua Wajah: Chapter 211 - Chapter 220
259 Chapters
Bab 211
"Tuan, ada polisi menunggu di ruang tamu," lapor Lewis."Polisi?" Kening Tuan De Groot mengerut. "Apa telah terjadi sesuatu di rumah ini?""Sebaiknya Anda segera turun, Tuan."Didorong oleh rasa penasaran, Tuan De Groot meninggalkan meja kerjanya, dengan tumpukan dokumen yang masih menggunung. Selama ia menjalani perawatan, banyak pekerjaan yang tertunda."Selamat siang, Tuan! Kami dari pihak kepolisian datang dengan membawa surat perintah penangkapan untuk Nyonya Lauren Dekker.""Penangkapan?" Tuan De Groot terkejut. "Tunggu! Mungkin ada kesalahpahaman di sini. Bagaimana mungkin ... Lauren ditangkap?""Maaf, Tuan. Kami hanya menjalankan tugas. Untuk lebih jelasnya, silakan datang ke kantor polisi," sahut salah satu dari aparat kepolisian itu. Kumis tebalnya memberi kesan tegas dan tak terbantah."Tapi ... Lauren ... sedang tidak di rumah.""Kapan Nyonya Dekker pulang, Tuan?"Belum sempat Tuan De Groot membuka mulut untuk memberikan jawaban, terdengar deru mesin mobil memasuki pekaran
Read more
Bab 212
"Urusan dengan Profesor Jansen sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu!""Baiklah. Terima kasih."Begitu sambungan berakhir, Karel memasukkan ponsel ke saku.Jay bertindak sesuai dengan permintaannya. Lelaki itu menyerahkan nasib Tuan De Groot di tangannya.Hukuman penjara terlalu ringan untuk Tuan De Groot. Dia bisa saja bebas dengan bersyarat. Jadi, Karel lebih memilih untuk menghukum Tuan De Groot dengan caranya.Akan tetapi, tidak ada salahnya memberikan sedikit guncangan kecil kepada Tuan De Groot.Seringai iblis terbit di wajah Karel. Ponsel yang bersembunyi di saku, kini telah berada dalam genggamannya.Jempol Karel menari lincah, mengetik pesan.[Apa kabar, Tuan?][Anda menyukai kejutan yang kuberikan?][Giliran Anda akan segera tiba]Satu detik.Dua detik.Sepuluh detik kemudian, sebuah pesan balasan masuk ke nomor khusus Karel.[Siapa kau?! Pengecut!][Jangan main-main denganku][Kau akan menyesal pernah terlahir ke dunia]Karel menyeringai. Targetnya ternyata sangat keras kepal
Read more
Bab 213
Dugh!"Ah, maafkan saya, Nona!" seru Tuan Jaffan setelah balik badan.Ia sedikit membungkuk. Benar-benar merasa bersalah pada seorang perempuan yang tak sengaja ditabraknya saat bergeser ke samping.Sehelai kemeja pria terlepas dari tangan wanita itu. Ia pun memungutnya."A–Ayah ...."Wanita itu berseru kaget. Cepat-cepat ia berdiri. Menatap lekat wajah Tuan Jaffan.Tuan Jaffan menelengkan kepala. Matanya menyipit. Berusaha mengenali wajah perempuan di hadapannya itu."I–ini aku, Ayah. Xela!" ujar Xela, dengan dada berdebar-debar.Setelah beberapa detik berpikir, Tuan Jaffan bersorak sembari tersenyum lebar, "Ah, aku ingat ... Xela ... menantuku?""I–iya, Ayah."Perasaan aneh menyelimuti hati Xela kala Tuan Jaffan menyebutnya menantu."Apa kabar, Ayah?" tanya Xela, mulai berbasa-basi. Ia celingukan, mencari keberadaan Karel. "Ayah ... sendirian?"Xela tahu pasti Tuan Jaffan datang bersama Karel. Dia sengaja bertanya agar tak dicurigai bahwa dia menguntit mereka.Begitu Karel memisahka
Read more
Bab 214
Hosh! Hosh!Xela mengembuskan napas kencang seraya mengipas-ngipas leher dengan dua tangan.Bersembunyi di antara pakaian yang bergantungan sembari menahan napas sungguh membuat dada terasa sesak dan gerah."Nona! Syukurlah akhirnya saya menemukan Anda," seru Nyonya Beth, buru-buru mendekap Xela. "Masa ditinggal ke toilet sebentar Anda menghilang, Nona! Hampir saja saya terkena serangan jantung, saking paniknya mencari Anda.""Ssssst!" Xela menyilangkan jari telunjuk di bibir. "Sekarang sudah ketemu, kan? Diamlah!"Bola mata Xela bergerak liar, menyapu orang-orang yang berlalu lalang, keluar masuk toko."Ada apa, Nona?" tanya Nyonya Beth. "Anda ... bertemu dengan mantan suami Anda?"Xela mengangguk lemah. "Ayo kita pulang! Aku tidak mau dia memergoki kita."Nyonya Beth mengernyit. "Bukannya sudah bertemu?""Dengan ayahnya," tukas Xela. "Aku belum siap bertemu dengan Karel sekarang."Nyonya Beth mafhum. "Baiklah. Saya mengerti, Nona. Mari! Lewat sini saja!"Sebelum masuk ke toko, tempa
Read more
Bab 215
"Oh ya, Karel ... selama aku tinggal di sini, aku tidak pernah melihat istrimu. Ke mana dia? Apa kalian bertengkar?"Uhuk!Karel tersedak. Cepat-cepat Karel menyambar segelas air putih. Makanan yang terhidang di atas meja tiba-tiba tak lagi menggugah selera.Bagaimana dia harus menjelaskan pada ayahnya tentang Xela? Karel bingung. Ayahnya sangat menyayangi Xela dan memperlakukan wanita itu seperti putri kandung sendiri.Tuan Jaffan mengamati wajah Karel dengan tatapan menyelidik."Ada apa? Kalau terjadi kesalahpahaman di antara kalian, selesaikan! Bicarakan dengan kepala dingin," imbuh Tuan Jaffan.Suasana makan malam yang semula hangat, perlahan menjadi canggung."Tidak ada apa-apa, Ayah," sahut Karel, setelah berusaha mengendalikan riak wajahnya. "Ayah Xela belum lama ini menjalani pembedahan otak. Dia harus merawat ayahnya."Karel tidak sepenuhnya berbohong. Untung saja akalnya cepat mengingat musibah yang dialami oleh Tuan De Groot, sehingga kejadian itu dapat dijadikan alasan yan
Read more
Bab 216
"Ayah, jangan coba-coba melarikan diri setelah aku pergi!"Glek!Tuan Jaffan tercekat."Apa yang kau bicarakan, Nak?" sahut Tuan Jaffan, berusaha bersikap normal. "Kau tahu aku tak mungkin pulang ke Terrariant tanpa persetujuan darimu."Karel mengamati penampilan ayahnya. Entah kenapa hatinya menaruh curiga pada ayahnya semenjak di mall kemarin siang."Apa ada yang aneh dengan penampilanku?" tanya Tuan Jaffan. "Huh! Apa seleraku seburuk itu?"Tuan Jaffan, ikut melabuhkan pandangan pada pakaian yang dikenakannya.Sebenarnya, Tuan Jaffan dapat merasakan kecurigaan Karel. Namun, dia bersikap seolah tatapan menyelidik yang dilayangkan putranya itu hanyalah sebuah bentuk perasaan aneh Karel terhadap penampilannya."Tidak terlalu buruk," sahut Karel. "Sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan! Aku pergi, Ayah.""Ya. Hati-hati!" teriak Tuan Jaffan, melambaikan tangan pada Karel yang nyaris mencapai pintu.Cepat sekali Karel melesat dari hadapannya.Tuan Jaffan mengulum senyum kala mendengar deru m
Read more
Bab 217
"Apa yang harus kuketahui?""Err, tidak ada. Sepertinya saya salah bicara."Karena pikiran Karel sedang tertuju pada ayah angkatnya, ia tak lagi memperpanjang obrolan yang tidak jelas itu."Dokter Smith, setelah makan siang, aku ada urusan penting yang tidak dapat diwakilkan," kata Karel. "Jadi, aku tidak akan menerima pasien."Dokter Smith melihat keseriusan pada tatapan Karel. "Baiklah. Saya tidak akan mengganggu waktu Anda, Dokter J.""Terima kasih."Karel merasa senang Dokter Smith tidak menanyakan detail urusannya."Oh ya, Kelihatannya, Anda sengaja menungguku. Ada apa?"Dokter Smith ingin mengonfirmasi berita yang beredar di jagat maya. Akan tetapi, menyadari Karel tidak tahu apa-apa tentang berita tersebut, ia mengurungkan niatnya."Ah, tidak ada yang spesial. Saya hanya mengkhawatirkan Anda. Tidak biasanya Anda datang terlambat," kilah Dokter Smith. "Saya ingin memastikan bahwa Anda baik-baik saja."Karel merasa sungkan mengetahui Dokter Smith begitu memperhatikan dirinya."Te
Read more
Bab 218
"Sial! Mereka belum menyerah!""Memangnya siapa mereka?""Pemburu berita."Karel menurunkan kecepatan.Para awak media itu berkerumun seperti sekawanan lebah. Karel tak menyangka mereka begitu keras kepala dan tak mau menyerah. Bahkan, mereka diam-diam membuntutinya."Apa mereka memburumu?" tanya Profesor Jansen tanpa melepaskan pandangan dari orang-orang yang terus berlarian, menyongsong mobil Karel."Ini karena aku sedikit lengah."Profesor Jansen meneleng, menatap Karel dengan kening berkerut."Jangan bilang mereka mengenali wajahmu!"Karel menghela napas panjang seraya menginjak rem. Jika tidak, akan ada yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas.Profesor Jansen segera paham. "Mungkin memang sudah saatnya kau memperlihatkan wajah aslimu pada dunia," kata Profesor Jansen."Ayah yakin ini saat yang tepat?" tanya Karel. "Jika itu terjadi, mereka juga akan memburu Ayah.""Aku sudah tua, Karel. Sudah waktunya bagiku untuk pensiun dan menikmati hari tua dengan hidup tenang. Kini gilira
Read more
Bab 219
"Nyonya Harioth, aku di sini dan tidak ke mana-mana! Apa maksudmu mengatakan aku belum pulang? Mau memfitnahku dan membuatku terlihat jelek di mata putraku?"Nyonya Harioth membeku. Jelas-jelas setelah Karel pergi, Tuan Jaffan juga meninggalkan rumah dengan menaiki sebuah taksi. Kenapa bisa tiba-tiba muncul dari ruang tengah?"T–Tuan ... s–saya ...." Nyonya Harioth membungkuk sembilan puluh derajat. "M–maafkan saya, Tuan. M–mungkin saya salah lihat."Ingatan Nyonya Harioth tak pernah keliru. Dia belum pikun. Masih tersimpan dalam memori otaknya permintaan Tuan Jaffan sebelum lelaki itu pergi."Ingat, Nyonya! Rahasiakan kepergianku dari putraku!" tegas Tuan Jaffan. "Kalau dia menelepon dan menanyakan aku, jangan katakan apa pun.""Tapi, Tuan ... bagaimana kalau Dokter J terus mendesak?""Gunakan akalmu untuk menciptakan alasan yang masuk akal!"Nyonya Harioth hanya bisa mendesah pasrah. Tuan Jaffan lumayan licik."Sudahlah, Nyonya Harioth. Anda tidak perlu merasa bersalah. Lanjutkan sa
Read more
Bab 220
"Ayah angkatmu benar-benar Profesor Jansen yang itu?" tanya Tuan Jaffan, menunjuk ke arah pintu kamar Profesor Jansen.Walau ia menyeret Karel cukup jauh, ia masih saja berbicara dengan nada berbisik."Iya. Memangnya kenapa, Yah? Ayah tidak percaya padaku?"Tuan Jaffan jadi salah tingkah. "B–bukan begitu," sanggahnya, dengan tatapan gusar.Bola matanya bergerak liar, takut kalau Profesor Jansen tiba-tiba keluar dari kamar."Ada apa, Yah? Ayah mengetahui sesuatu tentang Ayah Jansen?""Entahlah." Tuan Jaffan menunduk, mengembuskan napas tak pasti.'Bagaimana kalau aku salah? Bagaimana kalau bukan dia? Tapi, kalau itu benar-benar dia, apa yang harus kulakukan?'Beragam tanya berkelindan di benak Tuan Jaffan. Perlahan ia merasakan jemarinya tremor. Cepat-cepat ia menyimpan tangannya ke dalam saku celana.Butiran keringat memancar dari pori-pori kulit pelipis dan punggungnya."Ayah, Ayah baik-baik saja?" tanya Karel, mulai dirasuki rasa cemas.Tuan Jaffan tampak berbeda dari biasanya. Kare
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
26
DMCA.com Protection Status