All Chapters of Lelaki Dua Wajah: Chapter 231 - Chapter 240
259 Chapters
Bab 231
"Nyonya Dekker, ada tamu untuk Anda!" beritahu seorang sipir kepada Nyonya Dekker.Wanita berkacamata tebal itu bergegas keluar dari sel tahanan menuju ruang khusus untuk menerima tamu.Matanya menyipit kala melihat sosok yang duduk di seberang dinding kaca. Lelaki itu terlihat asing.Ragu-ragu Nyonya Dekker meraih gagang telepon."Bagaimana rasanya berada di balik jeruji besi, Nyonya?" tanya sosok lelaki yang mengunjungi Nyonya Dekker tanpa basa-basi."Kalau kedatangan Anda hanya untuk menghinaku, pergilah! Aku tidak mengenal Anda," sentak Nyonya Dekker. "Oh, jangan-jangan Anda yang membuatku terdampar di tempat terkutuk ini.""Itu tidak penting! Saya senang akhirnya Anda berakhir di penjara.""Siapa kamu?!" Nyonya Dekker tak lagi menggunakan sapaan sopan. "Mengapa kamu seakan menaruh dendam padaku, hah?""Cih, bahkan di tempat seperti ini pun Anda masih bersikap angkuh."Tatapan tajam sosok tamu itu menembus dinding kaca yang membatasi keduanya."Anda yakin tidak mengenali saya, Nyo
Read more
Bab 232
"Ha–hantuuuu!"Nyonya Dekker berteriak histeris. Saat ia tersadar, hal pertama yang melintas di ingatannya adalah wajah pucat dan mata Karel yang menakutkan."Diam! Berisik!" hardik sipir penjara yang menunggui Nyonya Dekker di klinik kesehatan rumah tahanan itu.Setelah dokter memeriksa kondisi Nyonya Dekker dan wanita itu dinyatakan baik-baik saja, sang sipir perempuan membawa kembali Nyonya Dekker ke ruang tahanan."Tidak! Aku tidak mau kembali ke sana!" jerit Nyonya Dekker, berusaha melepaskan diri dari cekalan sipir. "Aku tidak mau melihat hantu itu lagi!"Sipir tersebut tak menghiraukan jeritan dan penolakan Nyonya Dekker. Ia terus menyeret wanita itu tanpa rasa belas kasihan.Sudah terlalu banyak tahanan yang berpura-pura gila untuk mengecoh petugas. Pengalaman adalah guru terbaik. Ia tidak akan tertipu dengan trik murahan itu.Nyonya Dekker terus diseret masuk ke ruang tahanan.Dari kejauhan, Karel menyaksikan adegan itu dengan seringai sinis. Baru setelah itu ia masuk ke mobi
Read more
Bab 233
Uhuk!Karel tersedak air liurnya sendiri.Walau ia sudah menebak arah pembicaraan Tuan De Groot, tetap saja ia merasa kaget. Tak menyangka bahwa mantan mertuanya itu akan begitu frontal mengajukan pertanyaan."Um, saya sih bagaimana perasaan putri Anda saja, Tuan," sahut Karel dengan wajah sedikit bersemu.Sungguh akting yang sangat bagus.Merasa mendapat lampu hijau dari Karel, Tuan De Groot tersenyum semringah."Putri saya sangat beruntung bisa mendapatkan Anda, Dokter.""Maksud Anda ... Anda akan—""Ya. Saya akan menjodohkan putri saya dengan Anda, Dokter," potong Tuan De Groot.Manik mata Karel memancarkan kilat misterius yang luput dari pantauan Tuan De Groot."Um, Tuan ... saya tidak ingin putri Anda merasa terpaksa.""Dokter, saya belum akan memintanya untuk menikahi Anda dalam waktu dekat. Anda dapat melakukan pendekatan terlebih dahulu. Saya yakin, setelah mengenali dan merasakan kebaikan Anda, putri saya akan luluh pada pesona Anda. Bagaimana?"Tentu saja Karel tak menolak t
Read more
Bab 234
"Bagaimana kencanmu dengan Dokter J? Kau tidak mempermalukan aku, 'kan?" interogasi Tuan De Groot begitu Xela melintas di depannya.Sengaja ia duduk di ruang tengah, menunggu sang putri pulang."Bukankah aku tidak punya kebebasan untuk bertindak mengikuti kata hatiku? Kenapa Ayah masih bertanya?"Binar di mata Xela redup. Memikirkan pertanyaan ayahnya, ia semakin paham bahwa ayahnya tidak pernah peduli dengan perasaannya. Lelaki itu hanya peduli dengan reputasinya sendiri.Tak ada gunanya berlama-lama menghabiskan waktu berbincang dengan ayahnya. Xela menderap ke kamarnya."Xela!"Bang!Teriakan Tuan De Groot disahuti dengan bantingan pintu.Xela melempar tasnya ke atas kasur, lalu beranjak ke kamar mandi, membasuh muka.Setelah membersihkan sisa-sisa make-up, Xela merebahkan badan di atas kasur. Bayang perlakuan romantis Karel menari di pelupuk matanya.Apakah dia salah bila masih berharap mantan suaminya akan kembali padanya? Tak dipungkiri sosok Dokter J baik dan dewasa. Lelaki itu
Read more
Bab 235
Waktu begitu cepat berlalu. Tak terasa dua bulan sudah Karel melakukan pendekatan dengan Xela."Jadi, kapan kalian akan menikah?" tanya Tuan De Groot saat Karel datang berkunjung pada hari libur.Keduanya asyik bermain catur."Tergantung putri Anda, Tuan," balas Karel seraya menjalankan menterinya. "Sekakmat!""Aah, lagi-lagi Anda pemenangnya, Dokter!" seru Tuan De Groot, terdengar kecewa sekaligus bangga."Ini hanya permainan, Tuan. Mungkin pikiran Anda sedikit terganggu.""Anda benar. Sepanjang permainan, saya terus memikirkan kapan Anda akan melamar putri saya," aku Tuan De Groot. Padahal, dengan konsentrasi tinggi pun dia tetap saja akan kalah."Saya siap kapan saja Anda menginginkannya, Tuan, tapi ... kalau Anda berencana untuk menikahkan putri Anda dan saya dalam waktu dekat, kemungkinan kita terpaksa menunda resepsi.""Lo, kenapa begitu?""Ayah saya baru saja terbang karena ada panggilan penting. Bagaimana? Kalau Anda tak masalah, besok pun saya siap melamar, bahkan menikahi pu
Read more
Bab 236
"Kenapa, Nona? Kok kelihatannya gelisah?" tanya Nyonya Beth melihat pandangan Xela tidak fokus ke cermin saat berhias diri."Oh, tidak apa-apa, Aunty!" elak Xela.Dia juga tidak mengerti mengapa jantungnya berdetak lebih cepat, seperti sedang menonton film horror."Saya tahu ... Anda pasti gugup karena akan segera menikah. Iya, kan?" kelakar Nyonya Beth. "Itu wajar, Nona. Setiap wanita akan merasa deg-degan saat akan mengakhiri masa lajangnya."Sesaat kemudian Nyonya Beth menepuk mulut sambil menahan tawa, teringat bahwa ini bukanlah pernikahan pertama untuk Xela."Tarik napas dalam-dalam, Nona! Embuskan pelan-pelan! Bawa tenang!""Xela, kau sudah siap?" teriak Tuan De Groot dari balik pintu. "Calon suamimu sudah tiba."Nyonya Beth menggandeng lengan Xela untuk turun.Akad nikah dilaksanakan di ruang tamu. Hanya dihadiri segelintir orang dari kedua belah pihak. Tidak ada wartawan yang meliput acara sakral itu.Karel bahkan tidak mendatangkan orang tuanya. Tidak juga mengundang Sir Col
Read more
Bab 237
"Xela boleh tetap tinggal di sini jika Ayah keberatan. Aku tak masalah." Karel berkata acuh tak acuh."Apa maksudmu?" tanya Tuan De Groot, kaget."Maksudku, kalau Ayah tidak bersedia melepas putri Ayah untuk tinggal bersamaku, dia bisa terus tinggal di sini selama yang Ayah inginkan.""Sebentar! Maksudmu, hanya Xela?" ulang Tuan De Groot.Karel mengangguk. "Ya.""Astaga! Kalian baru saja menikah. Apa kata orang kalau tahu kalian tinggal terpisah, hah?""Ayah, rumah ini jaraknya cukup jauh dari tempat kerjaku," tukas Karel. "Aku tidak bisa menggadaikan nyawa pasien hanya untuk menunggu kedatanganku."Alasan Karel terdengar sangat masuk akal."Baiklah. Terserah padamu mana baiknya," putus Tuan De Groot, pasrah pada keadaan walau dengan sangat berat hati.Setelah asar, Karel memboyong Xela ke apartemennya. Apartemen itu baru dibelinya dua hari menjelang pernikahan mereka. Ukurannya cukup luas dengan dua kamar tidur serta interior yang serba mewah."Kau dapat menyusun pakaianmu di sana,"
Read more
Bab 238
"Gila kamu, Bro! Masa malam pertama kumpul sama kami? Enggak kasihan sama istri cantikmu?""Biar saja. Biar dia tahu bagaimana rasanya dibuang saat sayang-sayangnya.""Bagaimanapun, dia tidak pernah menyakiti kamu secara langsung."Hannie menyela obrolan Dave dan Karel. Sebagai sesama wanita, ia ikut berempati terhadap penderitaan Xela."Justru dia yang jadi biang keroknya!" geram Karel. "Kalau saja dia tidak menjadikan aku sebagai objek taruhan konyol bersama teman-temannya, aku tidak akan menjadi korban kekejaman ayahnya."Kau tidak tahu bagaimana penderitaanku di ambang kematian. Entah bagaimana nasibku andai hari itu Dave dan Mark tak menemukan aku. Mungkin saat ini aku hanyalah sosok roh penasaran yang bergentayangan dan menuntut balas dendam."Dada Karel terasa sesak mengingat masa-masa kelam itu. Setiap siksaan yang mendera seakan masih begitu nyata sakitnya.Dave mengelus punggung Karel. "Aku mengerti perasaanmu. Kami semua di sini paham, tapi Karel ... kami tidak ingin kau ke
Read more
Bab 239
"Lakukan apa pun sesukamu, tapi jangan pernah memasak untukku, apalagi sampai menungguku!"Nyiit!Lagi-lagi hati Xela bagai disayat sembilu.Susah payah ia melupakan bayangan kelam semalam dan menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya.Bukan ucapan terima kasih dan kecupan penuh kasih sayang yang ia terima, melainkan serangkaian kata setajam belati.Mata Xela berkaca-kaca, melepas kepergian Karel yang tak sedikit pun menyentuh masakannya. Menoleh pun tidak.Hari berganti minggu. Dua minggu sudah Xela tinggal bersama Karel. Tanpa disadarinya, ia telah kehilangan sebagian bobot tubuhnya."Astaga, Xela!" seru Tuan De Groot kala sang putri menyambanginya ke rumah. "Apa kalian selalu lembur? Lihat tubuhmu! Kau terlihat lebih kurus."Tuan De Groot mengira perubahan fisik putrinya dikarenakan Xela terlalu bersemangat menikmati bulan madu."Ayah ... aku ...." Lidah Xela terasa kelu.Andai ia bercerita, akankah ayahnya percaya?"Masuklah! Tidak baik bicara sambil berdiri di tengah pintu," kata Tu
Read more
Bab 240
"J, a–apa kamu sibuk hari ini?" tanya Xela, sedikit gugup."Setiap hari aku selalu sibuk. Kau tahu itu, bukan?" jawab Karel, tak menoleh pada Xela.Ia terus saja memasangkan kancing kemejanya."Maksudku ... apa kamu bisa meluangkan waktu untukku siang ini?" ralat Xela dengan redaksi pertanyaan yang berbeda.Sebenarnya ia tidak berani berharap banyak bahwa Karel akan menyetujui permintaannya. Akan tetapi, ia harus mencobanya."Untuk apa?"Karel menyisir rambutnya. Lagi, tatapannya tak sedikit pun berpaling pada Xela yang berdiri satu meter dari dirinya."Siang ini, teman-teman kuliahku mengadakan reuni dan kami diminta untuk datang dengan membawa pasangan," jabar Xela."Lakukan apa pun yang membuatmu senang, tapi jangan pernah melibatkan aku," sahut Karel dengan nada dingin."J, hari ini genap dua bulan kita menikah. Belum pernah sekali pun kita pergi bersama. Aku ingin kita seperti pasangan lainnya."Kali ini Karel mematri tatapannya pada wajah Xela."Aku punya urusan yang lebih penti
Read more
PREV
1
...
212223242526
DMCA.com Protection Status