Semua Bab KESOMBONGAN DIBAYAR TUNAI: Bab 21 - Bab 30
32 Bab
Bab 21
Ya Tuhan, kakakku bagaimana keadaannya di sana? Apakah suaminya tidak bertanggung jawab atas pernikahan mereka? Kalau terjadi sesuatu dengan Kak Murni, aku akan meminta pertanggungjawaban dari suaminya, Mas Aldi.Kenapa Kak Murni bisa putus asa seperti ini? Itu artinya, ia sudah tak ada teman untuk berkeluh kesah. Di mana Mas Aldi berada saat ini? Apakah ikut putus asa juga bersama Kak Murni? Apa mereka ingin mati berdua?Pikiranku kini gelisah, rasa cemas begitu melanda. Tidak bisa kubiarkan ini terjadi pada kakakku. Mama harus tahu kabar ini.Aku segera mencari kontak mama lagi, dan menghubunginya lalu memberikan informasi bahwa Kak Murni kini ingin bunuh diri."Halo," ucap mama."Halo, Mah. Syukurlah langsung diangkat," ujarku saat mama baru mengucapkan kata halo."Ada apa, Raya?" tanya mama. Sepertinya ia belum mengetahui keadaan Kak Murni. Astaga, aku bingung harus bicara mulai dari yang mana."Kak Murni, Mah. Ia ...." Aku tak sanggup mengungkapkan ini semua."Raya, ada apa? Jang
Baca selengkapnya
Bab 22
"Kamu tidak tahu rasanya jadi aku? Sesekali bertukar posisi!" pungkasnya sambil sesegukan.Ia terus menerus membenarkan perbuatannya ingin mengakhiri hidupnya. Seandainya Kak Murni ingat bagaimana dulu aku sulitnya mencari uang untuk sekadar makan, pasti ia tidak seperti ini."Kak, dengar aku baik-baik. Orang yang berputus asa itu, hanya orang yang tidak mempercayai adanya takdir. Ini takdir dari Allah, Kak Murni hadapi, jangan menyerah!" ucapku kini mulai membangkitkan semangatnya. Tidak ada gunanya menyalahkan perbuatan yang telah lalu. Ini saatnya memberikan ia semangat baru."Aku nggak kuat, Ray. Mas Aldi juga nggak cari Kakak.""Siapa bilang? Mas Aldi ada di rumah Mama. Kita ke sana, yuk! Selesaikan masalah dengan kepala dingin," ujarku mengajak Kak Murni bergegas ke rumah mama. Namun, Mas Fariz keburu pulang."Wah, ada tamu. Kapan datang, Kak?" tanya Mas Fariz. Kemudian Kak Murni menyeka air matanya."Baru setengah jam yang lalu, kamu baru pulang kerja? Katanya sudah dipecat? Ap
Baca selengkapnya
Bab 23
Jangan pernah berputus asa, karena putus asa itu hanya untuk orang yang tak percaya takdir. Takdir yang sudah ditetapkan Tuhan untuk umatnya.Kak Murni dan Mas Aldi bangkit kembali dari keterpurukannya. Itulah manusia, ada naik turunnya iman. Kadarnya kadang sedikit kadang juga banyak. Tergantung manusianya lebih berusaha introspeksi atau tidak."Raya, Fariz, terima kasih banyak. Semoga kalian berlimpah rezeki. Tolong jangan bosan menolong Kakak," ucap Kak Murni. "Iya, Kak. Aku akan lebih perhatiin ke Kakak, tapi tolong jangan pernah putus asa lagi, ya! Kita kekal di akhirat, dunia hanya sementara," ujarku menasihati.Terkadang aku juga tak bisa menasihati diri sendiri. Namun, selalu berusaha menguatkan orang lain. Itulah kiranya manusia butuh orang lain. Untuk saling mengingatkan jika berada pada suatu kesalahan.Mulai saat ini, Kak Murni tinggal di rumah mama bersama Tante Lira juga yang sudah tak punya rumah. Mereka tinggal di rumah mama sampai benar-benar stabil kondisi keuangann
Baca selengkapnya
Bab 24
Wah ternyata teman Kak Murni ada yang sudah berpenghasilan 13.000.000 rupiah bulan ini. Nominal yang sangat banyak untuk pekerja dari rumah. Aku balas pesan dari Kak Murni agar ia semakin semangat untuk ikut menuangkan keahliannya dalam menulis.[Besok aku ke rumah Mama. Siapa tahu bisa bantu Kak Murni dalam menuangkan ide dalam tulisannya.][Oke.] Saling berbalas pesan singkat sudah usai. Semoga ini awal yang baik, agar Kak Murni dapat menyelesaikan masalah keuangannya."Mas, besok aku ikut saat kamu berangkat kerja, ya!" pesanku menjelang tidur."Mau ke mana, Dek?" tanya Mas Fariz."Ke rumah Mama, aku ingin lihat pertama kalinya Kakakku nulis di platform KBM App.""Baiklah, ingat ya, kamu hanya membantu, tidak usah ikutan nulis juga. Khawatir yang baca kabur," ucap Mas Fariz becanda."Mas Fariz, ih ...." Aku menggelitik ketiaknya sambil tertawa renyah.Sudah lama sekali tidak becanda seperti ini dengan suami. Jarang ngobrol berdua akhir-akhir ini. Kami sibuk mengurusi duniawi.***
Baca selengkapnya
Bab 25
Teringat kala itu, saat aku terjebak pinjaman online. Sudah kepentok harus pinjam ke mana lagi. Dengan nominal yang sama dengan tagihan Kak Murni saat itu.***Flashback saat terjerat pinjaman online."Kak, ini terakhir aku pinjam. Benar-benar sudah nggak tahu lagi harus cari ke mana. Tagihan pinjol 500.000 Kak. Tolong, please. Aku janji setelah ini nggak akan nyebur lagi."Aku memohon pada Kak Murni. Ia sering kurepotkan masalah uang. Ada perasaan sungkan juga di hati ini terhadapnya."Kakak akan bantu kamu, tapi harus janji setelah ini kamu tutup akun online. Kalau perlu jangan ada lagi nomer rekening yang kamu punya!"Setelah kutimbang lagi, perkataan Kak Murni ada benarnya. Jika aku masih menggunakan rekening yang sama, maka akan kembali lagi"Baik Kak, aku akan tutup rekening. Disaksikan oleh Kak Murni. Kak Murni bersedia antar aku ke Bank?" tanyaku pasrah. Jika ini yang terbaik, maka akan aku lakukan agar menjadi orang lebih baik lagi."Baiklah, awas kamu ya kalau masih seperti
Baca selengkapnya
Bab 26
"Coba kamu telepon lagi, Raya!" suruh Kak Murni."Nggak bisa, dihubungi. Om Dio juga kenapa ikutan nggak bisa dihubungi, sih!" keluhku pada Tante Lira. "Sabar, lebih baik kamu salat dulu, itu sudah masuk waktu maghrib," ucap Tante Lira. Mereka sedang tidak salat, halangan bulanan.Aku bergegas untuk salat, sambil berdoa agar tidak terjadi sesuatu pada suamiku dan Om Dio. Tidak pernah Mas Fariz nonaktifkan nomernya selama ini. Jika baterai sudah habis, pasti ia numpang charger ke temannya.Rasa khawatir makin menjadi-jadi, saat matahari sudah mulai tenggelam ia belum juga datang. Aku berdoa di atas sajadah. Agar senantiasa Mas Fariz diberikan perlindungan oleh yang maha kuasa.Kubuka mukena mama yang aku pakai, kemudian meletakkannya kembali. Rasa khawatir membuat air mataku sedikit keluar dari kelopak mata. Cemas diri ini terhadap suami yang tak ada kabar."Kenapa nangis?" tanya mama saat melihatku menyeka air mata. Tangan mama ikut membantuku menghapus air mata yang sudah terlanjur
Baca selengkapnya
Bab 27
"Mah, memang dompetnya isi apa aja?" tanyaku penasaran, setahu aku tadi mama bawa dompet yang biasa ia bawa ke tukang sayur, bukan untuk bepergian ke pasar. Biasanya dompet itu memang hanya berisikan uang receh seadanya.Mama mengerenyitkan dahi. Ia masih panik dengan perampasan tadi."Tadi Mama hanya membawa uang receh, tapi tiba-tiba kepingin bawa uang lebih. Jadi, tadi ambil duit di dompet 500.000 rupiah," ucap mama. Ini pasti memang feeling kuat akan kehilangan uang."Ya Allah, duit segitu lumayan, Mah," ucap Kak Murni. Mungkin ia menyayangkan karena ia tidak punya uang sebanyak itu saat ini.Semoga saja malingnya segera tertangkap. Agar tak begitu membuat mama sesak. Aku dan yang lainnya menghabiskan makanan yang masih tersisa banyak. Namun, jantungku tak hentinya berdetak lebih cepat. Makan pun jadi tidak kuhabiskan.Padahal, tadi kami sedang bersenang-senang dan bahagia. Namun, di tengah kebahagiaan ada saja masalah yang kami hadapi ini. Saat ini pesan mama jadi terngiang-ngia
Baca selengkapnya
Bab 28
Aku dan Mas Fariz terkejut, mata kami saling bertatapan. Ada rasa takut dan cemas di dalam hatiku.Kemudian kami beranjak dari tempat tidur. Melihat ke arah sumber suara tersebut. Aku berada di belakang Mas Fariz yang mengendap-endap. Begitu terkejutnya kami, saat melihat ada tiga orang anak muda sedang menyongkel pintu tetangga.Tanpa berpikir panjang, kami berdua berteriak sekeras-kerasnya. Agar warga sekitar bangun dari tidur lelapnya."Maling ... maling ...." Ketiga orang tersebut terperanjat saat mendengar teriakkan kami berdua. Kemudian kami ke luar. Namun, belum sempat warga mengeroyok, mereka kabur mengendarai motor yang mereka bawa. Satu motor tiga orang, itu artinya belum ada yang kebobolan saat itu."Pak Fariz, terima kasih banyak," ucap tetangga yang hampir kebobolan. Mereka terbangun karena mendengar teriakkan kami berdua dan suara motor yang tiba-tiba ngebut."Sama-sama, Pak." Mas Fariz pun menjadi saksi untuk melaporkan ke RT setempat."Ada apa, Pak? Bagaimana kejadian
Baca selengkapnya
Bab 29
"Mah, kok malah diam. Jawab dong!" tanyaku memaksanya untuk menjawab.Kemudian Tante Lira menghampiriku. Ia mengajakku untuk bicara. Kenapa tiba-tiba tubuhku jadi bergetar seperti ini. Ada apa dengan mereka? Rahasia apa yang tidak aku ketahui?"Raya, memang kamu belum tahu?" tanya Tante Lira membuatku semakin bingung. Ini ada apa sih? Kenapa mereka aneh begini. Perasaan kemarin masih lihat status di Facebook Kak Murni normal-normal saja."Ada apa, Tante? Jangan bertele-tele deh!" ucapku dengan nada menekan. Rasanya sudah dongkol sekali, sedari tadi belum diberitahu kenapa Kak Murni tidak ada di rumah."Murni sudah dijemput oleh mertuanya, ia sekarang tinggal bersama mertua di rumahnya." Ucapan Tante Lira membuatku terkejut. Astaga, ini akan menjadi tekanan untuk Kak Murni, jika mertuanya membandingkan ia dengan adik iparnya bagaimana? Bukankah mereka selalu saja bersaing."Kenapa dikasih, Tante? Aku nggak rela jika Kak Murni kenapa-kenapa lagi," ujarku kesal."Mertuanya sudah melunasi
Baca selengkapnya
Bab 30
"Mah, Kak Murni sombong banget, aku hubungi dia malah matikan telepon!" ucapku kesal. Kemudian mama dan Tante Lira berusaha menenangkan aku.Aku terus mengelus dada, agar tidak timbul rasa kesal pada Kak Murni. Ia sudah lama berubah. Masa iya kembali ke sifatnya yang dulu lagi?"Jangan buruk sangka dulu, nanti kita ke rumahnya, bagaimana?" tanya mama menawarkan berkunjung ke rumah Kak Murni. Aku yakin sebenarnya Mama pun khawatir, tapi ia berusaha menutupi itu.Ada baiknya juga, jangan-jangan Kak Murni tersiksa lagi hidupnya di sana. Ada mertua yang menggembleng kerjaan rumahnya. Astaga, kenapa aku jadi buruk sangka begini!"Aku izin Mas Fariz dulu, Mah. Jangan sampai Mas Fariz cemas dengan keadaanku.""Ya sudah kirim pesan pada Fariz dulu sana! Mama juga ingin melanjutkan masak dulu." Mama kembali ke dapur. Aku masih bersama dengan Tante Lira di sini.Tante Lira sudah dua bulan lebih tinggal bersama mama di sini. Sepertinya uangnya belum cukup untuk renovasi rumahnya yang dilahap si
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status