Share

Bab 26

"Coba kamu telepon lagi, Raya!" suruh Kak Murni.

"Nggak bisa, dihubungi. Om Dio juga kenapa ikutan nggak bisa dihubungi, sih!" keluhku pada Tante Lira.

"Sabar, lebih baik kamu salat dulu, itu sudah masuk waktu maghrib," ucap Tante Lira. Mereka sedang tidak salat, halangan bulanan.

Aku bergegas untuk salat, sambil berdoa agar tidak terjadi sesuatu pada suamiku dan Om Dio. Tidak pernah Mas Fariz nonaktifkan nomernya selama ini. Jika baterai sudah habis, pasti ia numpang charger ke temannya.

Rasa khawatir makin menjadi-jadi, saat matahari sudah mulai tenggelam ia belum juga datang. Aku berdoa di atas sajadah. Agar senantiasa Mas Fariz diberikan perlindungan oleh yang maha kuasa.

Kubuka mukena mama yang aku pakai, kemudian meletakkannya kembali. Rasa khawatir membuat air mataku sedikit keluar dari kelopak mata. Cemas diri ini terhadap suami yang tak ada kabar.

"Kenapa nangis?" tanya mama saat melihatku menyeka air mata. Tangan mama ikut membantuku menghapus air mata yang sudah terlanjur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status