All Chapters of Pesona Sang Peri: Chapter 41 - Chapter 50
100 Chapters
Bab 40. Fannar
FannarFannar tengah mengendap-endap di koridor rumah persembunyian. Ia berhati-hati ketika melangkah supaya tidak meimbulkan bunyi pada lantai yang terbuat dari kayu mengilat. Matanya melirik ke sekeliling rumah yang gelap. Telinganya dilebarkan. Jantungnya berdegup semakin kencang ketika mendekati tujuannya. Tangannya sedikit gemetar ketika mencoba memutar gagang pintu dengan gerak sepelan mungkin. Dalam hati ia berdoa supaya pintu itu tidak terkunci.Meski udara dingin, tangan Fannar berkeringat. Ia kesulitan ketika memutar kenop. Setelah mengusap telapak tangannya ke baju sekilas, ia mencoba lagi. Kali ini ia berhasil memutarnya hingga bunyi klik samar terdengar. Dengan pelan ia mendorong pintu hingga terbuka sedikit, hanya cukup untuk mengintip.Di dalam ruangan, tampak Mr. Q berdiri membelakangi pintu. Di depannya terdapat meja setinggi pinggang yang alasnya berbentuk kotak. Di sekeliling meja itu berdiri anggota Garda. Mata mereka terfokus dengan memandang apa pun yang ada di m
Read more
Bab 41. Usulan yang Disetujui
"Di mana aku?" adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Aguste. Matanya melebar. Pupilnya bergerak menyapu ruangan gelap. Ketika melihat Fannar yang berada di samping ranjangnya, ia berjengit. "Siapa kau?""Aku ...." Fannar terdiam. Ia bingung harus menjawab apa. Ia teringat perkataan Zoe tadi. Mereka belum tahu siapa lelaki asing itu. Pun tak tahu dia kawan atau lawan."Sudah berapa lama aku pingsan?" tanya Aguste."Tiga hari," penuda itu menjawab.Mendadak, Aguste bangkit. Ia menyibak selimut dan mencoba berdiri. Keseimbangannya oleng karena pening. Ia sempoyongan. Fannar membantu mendudukannya kembali ke ranjang. "Kau masih belum pulih betul.""Aku harus pergi." Tekad Aguste begitu menggebu. Ia memaksa tungkainya lurus. Dengan langkah tertatih-tatih, ia mulai berjalan ke lorong terbuka yang ada di sana.Jantung Fannar berdegup lebih kencang. Para anggota Garda sedang mengadakan rapat rahasia. Aguste tak boleh mengetahuinya. Bagaimanapun, ia harus mencegah lelaki asing itu kel
Read more
Bab 42. Pasukan
FjolaPada hari ke-tiganya menginap di negeri peri kegelapan, Fjola merasa tersiksa. Bagaimana tidak? Ia dilarang keluar dari kamarnya yang pengap. Bahkan, sekedar membuka jendela saja tidak boleh. Makanan selalu diantar oleh Sofia ke kamarnya. Dan, yang lebih membuatnya tersiksa adalah ketidakmunculan Arnor. Peri itu tak pernah lagi bertandang ke kamar Fjola. Kenapa? Dan, ke mana dia selama ini?Setiap hari, Sofia memindahkannya ke kamar lain. Namun, meski berada di kamar yang berbeda, auranya tetap sama saja. Perabotnya juga sama-sama suram. Di istana itu memang banyak sekali kamar dengan pintu yang hampir serupa. Kadang, Fjola heran bagaimana Sofia dapat menemukannya dengan tepat? Ia juga bertanya-tanya, kenapa Sofia sering memidahkannya? Apakah setelah memindahkannya, ia tak memberi tahu Arnor sehingga peru itu tak menemuinya?Fjola merasa curiga kepada Sofia. Jangan-jangan wanita itu sengaja mengurungnya. Ia juga menahan Arnor supaya tidak menemuinya. Tetapi, kenapa Sofia melakuk
Read more
Bab 43. Tak Terkendali
Hati Fjola terasa panas ketika melihat kedekatan Arnor dan Irina di ujung tanah bukaan di depan istana Malakora. Mata mereka tampak saling memandang. Mereka berbicara dengan saling berbisik. Bahkan, tangan Arnor tampak mencengkeram kedua bahu Irina.Meski hanya melihat punggungnya, Fjola dapat membayangkan ekspresi girang Irina. Wajah gadis itu tertekuk ketika menapaki tangga batu. Bibirnya cemberut. Ia mengentakkan kakinya dengan berisik. Namun, sebelum tubuhnya benar-benar keluar ke tanah bukaan, Sofia segera mencekal lengannya.“Apa yang kaulakukan di sini?” tanyanya memelotot. “Kan sudah kubilang untuk tidak keluar dari kamar.”“Memangnya kenapa aku tidak boleh keluar kamar? Supaya Arnor dapat bermesraan dengan Irina tanpa kuketahui?" Sofia segera membekap mulut Fjola. “Jangan keras-keras,” desisinya.Fjola menepis tangan wanita itu. "Percayalah, aku tidak akan marah Arnor berduaan dengan Irina. Dia berhak melakukan itu. Aku sadar bukan siapa-siapa di matanya," katanya masam. Mes
Read more
Bab 44. Ketidakpercayaan
Fjola memutar bola matanya dengan skeptis. Ia tidak percaya dengan ucapan Sofia. Sebab, ucapannya tidak masuk akal.Mereka tengah berdiri di tengah tangga istana. Suasana pada siang itu sepi. Penjaga dan pasukan Malakora yang biasanya berlalu lalang di sana untuk menyampaikan laporan, atau bahkan menjaga penguasa negeri itu sedang berkumpul di tanah lapang mahaluas di balik bukit. Mereka tengah mengumpulkan kekuatan untuk menyerang entah bangsa yang mana. Fjola hanya berharap mereka tidak akan menyerang bangsanya. Sebab, jika itu terjadi niscaya bangsanya akan habis. Namun, dia tidak terlalu khawatir karena ada tembok perisai yang pasti bakal menghalangi serangan mereka.Sofia yang berdiri di anak tangga paling atas kembali turun dan menarik lengan Fjola supaya mengikutinya. “Aku tidak tahu alasan Tuan Evindur menyembunyikanmu. Tapi, kumohon kembalilah ke kamar.”Fjola tidak mau menurut. “Untuk apa? Kan sudah kubilang, tak ada gunanya aku sembunyi. Tanda ini tidak akan berpengaruh apa
Read more
Bab 45.Ancaman
Tubuh Fjola menegang. Matanya melebar ketika melihat sosok Malakora yang kekar menghampirinya, merangkulkan tangannya ke bahu gadis itu. Napasnya tertahan.“Mari, akan kutunjukkan sesuatu padamu,” cetus peri berkekuatan jahat itu. Ia menuntun Fjola ke pintu keluar istana.Angin tak berembus siang itu. Namun, sebagai ganti mendung tampak menggantung di langit. Udara amat lembap. Meski sinar matahari menyorot samar karena terhalang, Fjola merasa gerah. Keringat muncul di dahinya. Jantungnya berdetak lebih kencang ketika Malakora membawanya ke tanah bukaan di depan istana.“Bukankah Anda ingin memeriksa pasukan Anda?” tanya Sofia coba-coba.Malakora berhenti sejenak, memaksa Fjola juga berhenti. Ia menoleh ke arah wanita itu yang segera menunduk. “Untuk apa? Aku tidak perlu khawatir dengan mereka. Aku punya anak buah yang mumpuni. Lagi pula, aku hanya perlu hasilnya.” Ia lantas kembali menuntun Fjola keluar istana.Arnor menoleh dan terkejut ketika melihat Malakora menggandeng bahu Fjola
Read more
Bab 46. Kematian
Mata Malakora tampak bengis ketika mendekatkan belati milik Irina ke mulutnya. Ia menghidu aroma darah Arnor yang menempel pada ujung belati itu dengan puas. Kemudian, ia menjilatnya sembari menyeringai. Ia menutup mata saat menikmati rasa dari peri itu. Menggunakan darah yang tersisa, ia menggambar simbol kekuatan Arnor di udara. Sembari merapal mantra, sebuah goresan terbentuk di udara tempat jemarinya menggambar. Goresan itu membentuk belati dengan ujungnya yang runcing, gagang sepanjang lima jari yang berukir dua garis melengkung. Tepat seperti belati yang dimiliki oleh Fjola.Perlahan, simbol itu bergerak dan merasuk ke dada Malakora dan membuat depan baju yang dikenakannya hangus. Peri jahat itu mengerang ketika simbol itu membakar kulit-kulitnya. Setelah proses pembakaran itu selesai, mata Malakora berkilat-kilat penuh kemanangan. Ia dapat merasakan kekuatan baru. Di dadanya kini terukir tato baru. Tato itu tampak lebih terang ketimbang tato lain yang juga terukir hampir di sem
Read more
Bab 47. Lari
“Tidak! Hentikan!” Fjola menjerit. Matanya membelalak ketika menyaksikan Malakora menancapkan cakar-cakarnya ke tubuh Arnor.Ketika Malakora menarik cakar-cakar itu keluar dari tubuhnya, darah Arnor melumurinya. Ia menjilatnya dengan nikmat. Tak sampai di sana, peri jahat itu kembali menghujamkan cakarnya lagi ke tubuh Arnor. Hal itu membuat darah Arnor keluar lebih banyak. Bahkan, sampai memancar.Setelah puas, ia menarik sulur yang membebat Arnor. Malakora lantas bangkit. Ia tertawa puas. Matanya berkilat-kilat penuh kepuasan. Para panglima yang ada di sana pun ikut tertawa.Fjola merasa dunianya seolah menghilang ketika melihat Arnor ambruk. Tubuhnya tergolek ke tanah. Dengan beringsut, ia mendekatinya. Ia menangkupkan tangannya ke wajah peri itu, kemudian membalikkan tubuhnya yang tak bergerak. Ia memangku kepala Arnor. Tangisnya pecah saat melihat sang peri menutup mata. Darah keluar dari sudut bibirnya. “Arnor,” panggilnya lemah. Jubahnya basah oleh cairan merah. Namun, ia tak
Read more
Bab 48. Sesuatu Hanya Dia yang Tahu
Hutan tempat Fjola berada sekarang berbeda dengan hutan yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Tak ada satu pun hewan yang berani menampakkan dirinya. Kabut menyelimuti hutan itu seperti uap yang terkukung dalam kaca. Pohon yang masih sanggup beradaptasi memiliki warna lebih pekat dari pohon pada umumnya. Matahari mustahil dapat menyinari pohon-pohon itu.Kuda Sofia beberapa kali memutari rawa. Langkahnya melambat karena hati-hati. Kadang, kuda itu meringkik ketakutan. Namun, dengan sabar Sofia selalu mengelusnya, membisikkan kata-kata penenang ke telinga sang kuda.Di belakangnya, Fjola mencengkeram erat jubah Arnor. Air matanya menggenang. Apa yang telah terjadi kepada peri itu adalah salahnya. Fjola merasa pantas dihukum. Dan, ketika melihat Arnor yang semakin melemah, bahkan tangannya yang terkulai tampak terombang-ambing dengan tidak nyaman, jantung Fjola seolah tersayat. Ia ingin menolong peri itu. Namun, bagaimana caranya, ia tak tahu. Yang dapat dilakukannya sekarang adalah tegar
Read more
Bab 49. Dia yang Menyelamatkanmu
Udara menjadi dingin seiring dengan tenggelamnya matahari. Arnor belum juga membuka matanya. Namun, napasnya mulai teratur. Fjola sedikit lega karenanya. Ia pikir, peri itu akan mati. Ia tak dapat membiarkannya mati. Ia pasti akan menyalahkan dirinya sendiri kalau sampai Arnor mati.Sejak tadi, Sofia pergi mencari tanaman obat dan sampai sekarang, dia belum kembali. Fjola khawatir jika terjadi apa-apa kepadanya. Namun, ia juga tak mampu pergi jauh dari Arnor yang masih terbaring di ranjang dalam tenda. Api dari perapian berderak-derak menghangatkannya.Meski begitu, tubuh Arnor dingin. Bibir yang biasanya bersemu merah tampak memucat. Darah sudah berhenti mengalir dari luka-lukanya. Namun, luka itu masih terbuka. Kendati tampak kecil, jumlahnya banyak serta dalam. Fjola duduk di samping ranjang Arnor. Matanya basah oleh air mata. Ia terkenang dulu, ketika pertama kali melihat peri itu di gua. Prasangka buruk selalu menghantuinya. Ia bahkan curiga bahwa Arnor akan membunuhnya. Tetapi
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status