"Jika kau ingin selamat, jadilah budakku. Cintai aku." Setelah dibuang ke luar tembok perbatasan, Fjola Addalward harus kembali ke negerinya untuk balas dendam kepada orang-orang yang telah memporak-porandakan hidupnya. Namun, hal itu tidaklah mudah. Di saat kritis, seorang peri tampan menawarkan bantuan kepadanya. Fjola tak dapat mempercayai peri itu. Pasalnya, mereka suka menipu dan memperbudak manusia. Namun, tanpa bantuan dari peri itu, Fjola mustahil selamat hingga kembali ke naungan tembok perbatasan. Apa yang mesti Fjola lakukan? Mampukah ia mempertahankan tekadnya untuk tidak menjadi budak peri itu? Atau sang peri mampu membuatnya luluh? Berhasilkah Fjola kembali memasuki tembok dan balas dendam?
View More“Bagaimana? Apa aku sudah mirip budak yang cantik?” tanya Fjola mengelus rambutnya yang pendek.
“Belum,” bisik Arnor sang peri berdiri di belakang gadis itu. “Tapi, tetang saja. Aku akan mengatasinya.”
Dengan tangannya yang lembut, ia mengelus bahu Fjola, bibirnya mengecup tengkuk sang gadis. Darah Fjola mendesir. Napasnya tertahan. Arnor mendekatkan tubuhnya ke gadis itu hingga hampir tak ada jarak. Dadanya sampai menyentuh punggung Fjola.
“Kau mau apa?” tanya gadis itu.
Namun, Arnor diam saja. Perlahan, tangannya turun ke dada gadis itu dan bermain-main di sana. Bibirnya menelusuri leher Fjola yang terekspos.
Jantung gadis itu berdegup kencang. Wajahnya panas. “Jangan,” ujarnya lirih. "Tolong hentikan.”
Alih-alih, sang peri berbisik, “Jadilah budakku.”
Napasnya yang hangat menggelitik leher Fjola hingga membuat otak sang gadis meleleh.Tangannya yang lembut lantas naik, menyentuh kerah kemeja Fjola. Perlahan, ia menarik turun kerah itu. Pundak sang gadis menjadi terekspos. Tak berhenti sampai di situ, jemari Arnor menyusuri tepi kerah, kemudian mencoba melepas kancing kemeja yang dipakai oleh Fjola. Refleks, tangan gadis itu mencegahnya.“Hentikan.” Suaranya terdengar parau. Fjola membasahi bibirnya yang kering. Ia menoleh. Tatapannya berserobok dengan mata hijau sang peri. Sejenak, ia melirik bibir menawan Arnor dan seketika, ia terhanyut dalam gairah.
Ia ingin sekali menarik Arnor ke dalam pelukannya, kemudian menciumnya. Namun, ia tak dapat melakukan hal itu. Ia sudah berjanji akan menjadi milik orang lain. Ia terpaksa mengalihkan pandangannya. “Jangan lakukan ini. Kumohon ...."
“Kau harus melakukannya,” jelas sang peri. Ia lalu memutar tubuh Fjola hingga mereka saling berhadapan. Mata mereka kembali bertemu. “Lupakan kekasihmu.”
Fjola menelan ludah. “Aku—“
“Cintai aku,” potong Arnor. Dengan satu tangan, ia memeluk pinggang gadis itu, menariknya kuat-kuat. Tangannya yang lain mengelus rahang Fjola. Ujung ibu jarinya menyapu bibir gadis itu, menggodanya. Dahi mereka saling bersentuhan, begitu pun dengan perut mereka.
Fjola tersentak. Jantungnya bertalu-talu. Aroma musim semi yang disuarkan Arnor membuat gejolaknya membuncah. Tubuh dan hatinya ingin merespons sang peri, tetapi akal sehat mencegahnya. “Tidak—“
Arnor membenamkan wajahnya ke leher Fjola. Bibirnya menyapu kulit gadis itu. Hal itu membuat Fjola tercekat. Perutnya seolah jungkir balik. Tangannya mencengkeram tepi meja di belakangnya. Ia menggigit bibir untuk mencegah dirinya supaya tidak terhanyut dalam gejolak yang berbahaya.
Meski menikmati sentuhan itu, ia tak dapat melakukan lebih. Ia harus realistis. Jika ia nekat mencintai Arnor, hanya ada kesia-siaan dalam hidupnya kelak. Betapa tidak? Arnor pernah berkata bahwa dia lebih memilih bangsanya untuk dinikahi. Fjola hanyalah manusia biasa, yang akan berakhir sebagai budak seandainya ia nekat melanjutkan hubungan ini. Ia tak mau jadi budak.
“Jangan,” ujarnya menolak. Ia berusaha mendorong dada sang peri. “Kumohon, hentikan, Arnor.”
Peri itu tak mau berhenti. Tangannya menahan tengkuk Fjola. Dia mengecup lekukan di leher gadis itu, di area sensitifnya. Hal itu membuat tubuh Fjola bergelenyar. Mendadak, akal sehatnya tertekan oleh gairah. Pertahanannya ambrol. Ia tak dapat menolak peri itu lebih lama lagi. Ia mengerang saat sang peri memainkan lidahnya.
Sembari bibirnya bermain-main, tangan Arnor menelusuri kemeja Fjola lagi. Sentuhannya yang lembut membuat Fjola seolah melayang. Tubuhnya tergelitik oleh sensasi yang memabukkan. Arnor membuka kancing kemeja Fjola satu persatu. Kali ini, gadis itu pasrah. Tetapi saat Fjola sangat menginginkan sang peri menyentuhnya lebih banyak, Arnor malah menarik diri.
Gadis itu tersengal. Detak jantungnya berderap. Tangannya mencengkeram bahu sang peri kuat-kuat, seakan ingin menariknya ke dalam pelukan. Ia memandang peri di hadapannya itu dengan tatapan memohon. “Arnor,” sebutnya.
Sang peri mengecup rahang Fjola sekilas kemudian berkata, “Berbaliklah.”
Sang gadis menurut. Arnor mendorong tubuh Fjola sampai membungkuk di atas meja. Ia lantas menarik kemeja gadis itu hingga punggungnya terbuka. “Mungkin kau akan merasa sakit nanti. Tetapi, bertahanlah,” bisiknya membungkuk di atas gadis itu. Jemarinya mengelus punggung Fjola yang telanjang. Bibirnya menyapu kulit sang gadis.
Fjola mendesah pasrah.
“Aku akan melakukannya selembut yang kubisa.” Peri itu mengecup punggung Fjola dan bermain-main di sana.
Mata sang gadis terpejam, menikmati sentuhan Arnor. Ia tak melihat ketika Arnor meraih belati yang tergeletak di sampingnya. Fjola mendesah, tetapi tak lama kemudian ia menjerit.
***Disclaimer:
Buku ini merupakan buku ke 2 dari judul Jerat Cinta Sang Selir. Jadi, alangkah baiknya sebelum baca ini kalian baca dulu Jerat Cinta Sang Selir yang juga tersedia di GoodNovel. Namun, jika kalian tetep mau baca ini dulu juga tidak apa-apa. Ada ringkasan ringkasan dan penjelasan tentang buku sebelumnya di sini.
Cerita ini merupakan cerita romansa fantasi yang mengambil setting dunia tengah. Jadi belum ada listrik maupun ponsel. Meski romansa, cerita ini tak melulu tentang anu-anu kok. Tapi, tetep aja ada adegan-adegan yang hanya boleh dinikmati bagi yang sudah cukup umur saja. Tidak ekplisit tentu saja. Tidak ada penyebutan organ intim.
Lagi pula, selain unsur romansa, cerita ini juga berbalut perang, pemberontakan, pengkhianatan, dan perjalanan menantang mara bahaya serta memuat makhluk-mahkluk fantasi. Jadi, selamat menikmati.
Fjola bakal percaya kalau dirinya sudah mati apabila makhluk buas yang tadi menyerangnya menghilang. Karena bagaimanapun, ia yakin bahwa makhluk sekeji itu tak mungkin dapat masuk ke dalam dunia kekal nan nyaman serta indah. Lagi pula, saat ia menengok ke samping, Barrant masih tertelungkup tak berdaya.Yang paling membuatnya yakin ini hanya mimpi adalah keberadaan Arnor yang berdiri di depannya, menahan pedang makhluk menyeramkan yang berniat membunuhnya. Padahal, dari kilasan yang pernah dikirimkan oleh Eleanor, saudara kembar Arnor yang memiliki kekuatan pikiran, ia mendapat kabar bahwa Arnor sudah mati. Ditambah ucapan Malakora ketika menyerangnya, Fjola kian yakin bahwa peri itu telah tiada. Namun sekarang, sang peri berdiri di depannya. Tubuhnya solid dan utuh. Meski baru bisa melihat punggungnya, gadis itu yakin Arnor baik-baik saja. Ia hidup.Hati Fjola lega luar biasa. Bahkan saking lega dan bahagia, ia sampai menitikan air mata. Dalam hati, ia bersyukur dapat bertemu lagi de
Fannar merasa sia-sia melepaskan anak panah ke makhluk yang sedang mengayunkan pedang secara membabi buta di depannya. Pasalnya, kulit makhluk itu sulit dilukai hanya dengan sebuah panah bermata besi. Meski dalam jarak yang dekat serangannya tak mampu melukai lawan. Yang ada si lawan malah bertambah murka.Makhluk itu menusukkan pedangnya yang panjang ke tubuh kecil Fannar tanpa ampun. Dengan kegesitan yang luar biasa, pemuda belia itu mampu menghindar. Tangannya yang bebas meraih benda apa pun di dekatnya untuk dilempar ke makhluk itu. Ia malah tampak seperti anak kecil yang merajuk. Hal itu membuat si makhluk semakin jengkel.Makhluk yang adalah salah satu panglima terkuat Malakora itu pun menyapukan pedangnya memutar ke sekelilingnya. Hal itu menyebabkan baju bagian dada Fannar terkena ujungnya lalu robek.Zoe yang datang setelah memastikan kuda yang membawa lari Fjola dan Pangeran Barrant sudah melaju dan tak kembali pun menghujamkan belatinya ke punggung sang makhluk ketika lenga
Langkah makhluk itu tampak mantap saat mendaki bukit. Meski tubuhnya berat sehingga mata kakinya terbenam dalam tumpukan salju, ia berjalan dengan langkah ringan. Seringai menghiasi wajahnya yang jelek, membuatnya semakin jelek. Pedangnya yang tajam dan panjang diseret hingga bagian ujungnya membelah salju di bawah, menciptakan bekas yang mengalur di samping jejaknya. Matanya menatap lurus ke tujuan. Setelah dua hari mengikuti, akhirnya ia mampu mengejar buruannya.Meski rajanya tidak memerintahkan secara langsung untuk memburu mereka, namun dari pengalamannya, Malakora selalu membunuh anggota kerajaan dari negeri yang diserangnya. Ia ingat ketika mereka menyerang salah satu kerajaan yang mayoritas penduduknya merupakan bangsa kurcaci. Waktu itu hampir semua prajurit mereka binasakan. Namun, Malakora tak berhenti membantai.“Sudahlah! Biarkan sisannya kita pekerjakan sebagai budak. Bukankah mereka pandai membuat senjata?” katanya.Malakora yang baru saja merenggut seorang bayi dari de
Sementara itu, di sebuah ruangan kecil di istana Malakora, sebuah kotak seluas 2 x 3 meter yang tingginya hanya satu meter dan terbuat dari baja, dengan kaca sebagai jendela, dikunci sedemikian rupa sehingga hanya lubang sepanjang kepalan tangan yang disekat teralis menjadi satu-satunya jalan untuk udara. Seorang peri berambut cokelat kayu dipernis terikat dengan kedua tangannya terentang. Ia tergantung dengan posisi setengah berlutut. Kakinya yang lemah tertekuk ke belakang. Kepalanya menunduk. Bajunya koyak, beberapa bagian tampak bekas terbakar. Darah dan kotoran menghiasi sosoknya.Seorang peri cantik berjalan masuk ke ruangan itu bersama dua pengawalnya yang setia. Salah seorang pengawal itu menarik kursi sampai di depan kotak baja. Setelahnya, peri cantik tadi duduk di sana, menyilangkan kaki dan bersedekap. Matanya memandang kotak dengan pongah. Ia mengibaskan tangan, menyuruh pengawalnya untuk membuka pintu kotak itu.Salah satu pengawal itu tergopoh-gopoh menuju kotak baja, m
Istal istana kosong melompong. Tak ada kuda maupun kereta yang tersisa. Semuanya lenyap. Ada satu kuda yang berbaring di kandang. Keadaannya tak lebih baik dari mereka. Kuda itu kurus dan lemas. Bahkan untuk mengangkat kepala saja sulit. Fjola tak mungkin memaksanya membawa mereka bertiga, mustahil.“Lepaskan aku,” rintih Barrant. “Aku harus membunuh peri itu.”“Diamlah, Barrant!” Fjola yang kelelahan tambah frustrasi. “Kita ke pintu belakang. Semoga saja ada kuda yang dapat kita gunakan,” tambahnya memberi aba-aba kepada Ishak yang memapah sang pangeran di sisi satunya.Untungnya, pintu belakang istana tidak terkunci, bahkan menjeblak terbuka. Fjola menyeret tubuh Barrant yang langkahnya diseret melewati pintu besi itu. Namun, saat berhasil keluar, Fjola harus kecewa karena tak ada apa pun di sana kecuali seorang prajurit telanjang yang pingsan. Ia dan Ishak berusaha menyeret tubuh Barrant yang kini pingsan menjauh dari istana.Sebuah gerobak berisi tong-tong bekas makanan teronggok
Fjola tengah ditanya apakah ia bersedia menerima Barrant apa adanya, dalam susah maupun senang, dalam sehat maupun sakit, dalam kaya maupun miskin, ketika guncangan itu terjadi. Ia memakai gaun terindah yang pernah dikenakannya, terlembut yang pernah disentuh oleh kulitnya, teringan yang pernah disangganya. Rambutnya yang pendek setengah teralin ke belakang. Sepatunya yang tinggi tampak mengilap dan bersih. Bunga yang disusun indah digenggamnya dengan mantap. Matanya yang sembap karena lagi-lagi menangis, berhasil ditutupi olesan bedak oleh Ishak.Meskipun demikian, kecantikan Fjola hanya menarik decak kagum dari tamu para tamu khusus itu sebentar saja. Sebab, setelah guncangan yang membuat gedung tempat dilaksanakan upacara pernikahan itu bergoyang, orang-orang yang ada di dalamnya terpekik terkejut. Dengung bagai lebah terdengar dari mulut mereka. Tak lama berselang, guncangan itu terjadi lagi. Saking besarnya sampai-sampai tanah bergetar, atap runtuh. Seketika keadaan menjadi kacau
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments